Ekspresi Kolaborasi di Soundrenaline
A
A
A
FESTIVAL musik dan seni tahunan terbesar di Asia Tenggara, Soundrenaline, hadir dalam kemasan kolaborasi apik antargenre.
Mengangkat tema The Soul of Expresion, Soundrenaline digelar di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, pada Sabtu dan Minggu (8-9/9). Tahun ini Soundrenaline menghadirkan band rapcore rock asal Amerika Serikat, Limp Bizkit, sebagai bintang utama pada hari kedua.
Tidak ketinggalan, bintang musik Asia Tenggara dan Australia ikut meramaikan, seperti Tension (Australia), Hujan (Malaysia), Zee Avi (Malaysia), Yellow Fang (Thailand), dan Phum Viphurit (Thailand).
Band Indonesia pun hadir, seperti Sheila On 7 Maliq & D’Essentials, Mocca, Navicula, Padi Reborn, Semiotika, Seringai, Shaggy Dog, Sheila on 7, The Adams, The SIGIT, Pee Wee Gaskin, Endank Soekamti, Endah N Rhesa, Eden Band, Efek Rumah Kaca, Elephant Kind, Fourtwnty, Pusakata, Silampukau, hingga musisi independen Sisitipsi, Teddy Adhitya, The Pantura, The Hydrant, Theory of Discoutic, Tony Q Rastafara, Wake Up, Iris!, Zat Kimia, Rayssa Dynta, Rollfast, Rubah di Selatan, Scared of Bums, Sentimental Moods, Jogja Hiphop Foundation, Kelompok Penerbang Roket, Gemalara, Heals, Hip Hop Hore, Hurt ‘Em, Jason Ranti, dan Kimokal.
Gelaran hari pertama yang dihelat pada Sabtu (8/9) sore dibuka penampilan manis Mocca.
Band Barasuara pun menyuguhkan beberapa lagu baru di panggung, di antaranyaHagia, Sendu Melagu, Seribu Racun, dan Tirai Cahaya.
Sementara itu, Sheila On 7 menutup kemeriahan hari pertama Soundrenaline 2018 dengan sederet lagu hit mereka, seperti Pejantan Tangguh, Hari Bersamanya, Terima Kasih Bijaksana, Kita, Melompat Lebih Tinggi, Film Favorit, dan Jadikan Aku Pacarmu (JAP). Selain itu, kolaborasi demi kolaborasi dilakukan dalam festival musik ke-16 ini.
Misalnya, Efek Rumah Kaca melengkapi aksinya panggung trio dengan karya seni rupa dari Cult Icon Yogyakarta, Eko Nugroho. Nuansa intim dan syahdu tidak hanya datang dari tata panggung dan musik, tapi juga detail karya Eko yang sureal dan komikal, membuat setiap mata terpaku selama satu jam penampilan mereka.
Dialog Dini Hari juga berkolaborasi bersama musisi rock duo Scaller. Terdapat juga aksi panggung beberapa seniman Tanah Air dengan memainkan instalasi musik bernama Thunderdorm.
Seperti namanya, beberapa instrumen musik akan dirangkai membentuk kubah yang menyuguhkan aksi musik yang belum pernah ada sebelumnya. Beberapa nama besar, seperti Iga Massardi, The Upstairs, Elda (Stars n Rabbit), Kimo, dan Bam Mastro (Elephant Kind), bergantian berkolaborasi dari dalam Thunderdorm pada dua hari gelaran Soundrenaline.
Yang menarik, ada sebuah patung bambu Penari Baris Raksasa dari I Made Aswino Aji dkk yang menjadi perbincangan saat ini. Patung tersebut setinggi 6,5 meter dan lebar 8,5 meter. Vokalis Barasuara Iga Massardi menilai Soundrenaline bukan hanya festival musik, tapi juga etalase musik tempat band berbagai genre dan daerah, baik dalam maupun luar negeri, mendapat kesempatan yang sama tampil di panggung.
“Soundrenaline menjadi sebuah sinergi menarik karena panggung musik tidak bisa tanpa bantuan art visual . Ini sebuah ekosistem musik yang gak bisa dipisahkan satu sama lain,” ucapnya.
Mengangkat tema The Soul of Expresion, Soundrenaline digelar di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, pada Sabtu dan Minggu (8-9/9). Tahun ini Soundrenaline menghadirkan band rapcore rock asal Amerika Serikat, Limp Bizkit, sebagai bintang utama pada hari kedua.
Tidak ketinggalan, bintang musik Asia Tenggara dan Australia ikut meramaikan, seperti Tension (Australia), Hujan (Malaysia), Zee Avi (Malaysia), Yellow Fang (Thailand), dan Phum Viphurit (Thailand).
Band Indonesia pun hadir, seperti Sheila On 7 Maliq & D’Essentials, Mocca, Navicula, Padi Reborn, Semiotika, Seringai, Shaggy Dog, Sheila on 7, The Adams, The SIGIT, Pee Wee Gaskin, Endank Soekamti, Endah N Rhesa, Eden Band, Efek Rumah Kaca, Elephant Kind, Fourtwnty, Pusakata, Silampukau, hingga musisi independen Sisitipsi, Teddy Adhitya, The Pantura, The Hydrant, Theory of Discoutic, Tony Q Rastafara, Wake Up, Iris!, Zat Kimia, Rayssa Dynta, Rollfast, Rubah di Selatan, Scared of Bums, Sentimental Moods, Jogja Hiphop Foundation, Kelompok Penerbang Roket, Gemalara, Heals, Hip Hop Hore, Hurt ‘Em, Jason Ranti, dan Kimokal.
Gelaran hari pertama yang dihelat pada Sabtu (8/9) sore dibuka penampilan manis Mocca.
Band Barasuara pun menyuguhkan beberapa lagu baru di panggung, di antaranyaHagia, Sendu Melagu, Seribu Racun, dan Tirai Cahaya.
Sementara itu, Sheila On 7 menutup kemeriahan hari pertama Soundrenaline 2018 dengan sederet lagu hit mereka, seperti Pejantan Tangguh, Hari Bersamanya, Terima Kasih Bijaksana, Kita, Melompat Lebih Tinggi, Film Favorit, dan Jadikan Aku Pacarmu (JAP). Selain itu, kolaborasi demi kolaborasi dilakukan dalam festival musik ke-16 ini.
Misalnya, Efek Rumah Kaca melengkapi aksinya panggung trio dengan karya seni rupa dari Cult Icon Yogyakarta, Eko Nugroho. Nuansa intim dan syahdu tidak hanya datang dari tata panggung dan musik, tapi juga detail karya Eko yang sureal dan komikal, membuat setiap mata terpaku selama satu jam penampilan mereka.
Dialog Dini Hari juga berkolaborasi bersama musisi rock duo Scaller. Terdapat juga aksi panggung beberapa seniman Tanah Air dengan memainkan instalasi musik bernama Thunderdorm.
Seperti namanya, beberapa instrumen musik akan dirangkai membentuk kubah yang menyuguhkan aksi musik yang belum pernah ada sebelumnya. Beberapa nama besar, seperti Iga Massardi, The Upstairs, Elda (Stars n Rabbit), Kimo, dan Bam Mastro (Elephant Kind), bergantian berkolaborasi dari dalam Thunderdorm pada dua hari gelaran Soundrenaline.
Yang menarik, ada sebuah patung bambu Penari Baris Raksasa dari I Made Aswino Aji dkk yang menjadi perbincangan saat ini. Patung tersebut setinggi 6,5 meter dan lebar 8,5 meter. Vokalis Barasuara Iga Massardi menilai Soundrenaline bukan hanya festival musik, tapi juga etalase musik tempat band berbagai genre dan daerah, baik dalam maupun luar negeri, mendapat kesempatan yang sama tampil di panggung.
“Soundrenaline menjadi sebuah sinergi menarik karena panggung musik tidak bisa tanpa bantuan art visual . Ini sebuah ekosistem musik yang gak bisa dipisahkan satu sama lain,” ucapnya.
(don)