Miller Khan dan Widyawati dalam Drama Musikal untuk Lombok
A
A
A
SEJUMLAH artis peran, mulai Miller Khan, Widy a wati, Niniek L Karim, hingga Aida Nurmala, akan berperan dalam drama musikal Bunga Terakhir Badai & Kasih yang akan di gelar pada 20-21 Oktober 2018 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta.
Pementasan ini dihelat dalam rangka menyambut hari ulang tahun ke-9 Yayasan Perempuan untuk Negeri. Drama ini mengambil tema loyalitas dan cinta untuk negeri dalam balutan kehidupan dan percintaan di Indonesia Timur.
Karena itu, seluruh penjualan tiket dalam pergelaran ini juga akan diberikan untuk para korban gempa Lombok, dengan fokus membantu mendirikan sekolah. Untuk pementasan ini, Perempuan untuk Negeri berkolaborasi dengan Ari Tulang dan Sidi Saleh sebagai sutradara serta Titien Wattimena selaku penulis naskah.
Adapun Harry Goro didaulat sebagai penata musik. Acara ini juga akan mempertunjukkan tampilan spesial lagu Bunga Terakhir dari Bebi Romeo dan Punners. Untuk karakter utama bernama Badai, artis asal Malaysia, Miller Khan, dipercaya memerankannya.
Karakter ini sebelumnya pernah dibawakan penyanyi Marcell Siahaan saat pergelaran serupa yang diadakan pada 2013. Aktor berdarah Tionghoa-India-Arab-Melayu tersebut mengaku antusias memerankan Badai yang dinilainya sebagai kesempatan untuk mengembangkan aktingnya.
“Overexcited banget gitu lho. Pas aku mulai latihan hari pertama, kedua, ketiga, seru banget, nggak ngerasa beban,” ujar Miller saat jumpa pers di The Dharmawangsa Hotel, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/8) petang. Demi kesempurnaan berperan, Miller pun membedah sosok Badai.
“Aku ikutin karakter basic-nya dia yang traveler, freesoul and free spirit, dan orangnya nggak bisa menetap di satu tempat. Tapi di sini dia tujuannya mencari rumah untuk tinggal dan menetap dengan orang yang bisa mengisi hatinya. Nah , di situ perjalanan cintanya,” tutur aktor kelahiran Johor Bahru, 3 Maret 1987, itu.
Dalam pementasan tersebut, Miller juga harus bernyanyi. Namun, hal itu tidak membuatnya gentar. Sementara itu, pengalaman menarik dirasakan aktris senior Widyawati Sophiaan yang berperan ganda menjadi produser sekaligus pemain.
“Saya diminta terlibat menjadi produser. Saya bilang, ‘Waduh , naik pangkat nih,’ tapi saya mencoba dan ternyata stressful juga ya karena kita mesti ngadepin semua yang biasanya kita sebagai pemain tahu beres,” ungkapnya.
Meski demikian, menjadi produser dan pemain adalah tantangan baru untuknya. Belum lagi, dia harus menari dan menyanyi dalam drama musikal ini. “Ini suatu pengalaman yang sangat menarik. Ada sesuatu yang tidak hanya saya, ternyata yang lain juga merasakan,” papar dia. Kesulitan lain yang harus dihadapi Widyawati adalah harus menari.
“Saya jujur, yang pertama merasakan kagok, canggung, bisa nggak, walaupun latihan di rumah, pas di panggung deg-degan. Tapi setelah selesai yang nikmat kayak ada sesuatu,” ungkapnya.
Selain Miller Khan dan Widyawati, drama musikal ini juga melibatkan sederet artis peran Indonesia, seperti Yanti Airlangga, Niniek L Karim, Marini S S, Tike Priyatna, dan Aida Nurmala.
Cerita drama ini bermula saat Badai jatuh cinta kepada Kasih. Mereka berkenalan di bukit tempat Kasih mendirikan sebuah taman baca. Kasih pun menerima ajakan Badai untuk melakukan perjalanan melihat tempat-tempat baru.
Badai merupakan manusia pejalan, sedangkan Kasih adalah perempuan yang sudah lebih dulu mengenal dunia melalui buku-buku yang dia baca.
Perjalanan ke kota dan pantai membawa mereka bertemu manusia baru dengan segala permasalahan mereka, yaitu Mira dan Tirta yang sedang mencari restu untuk bersatu, juga Pingkan dan Matindas yang sedang resah karena akan berpisah.
Badai semakin jatuh cinta dan mengajak Kasih menjadi bagian perjalanannya. Namun, Kasih harus kembali. Dia dan Badai memiliki pemahaman yang berbeda mengenai rumah.
Pementasan ini dihelat dalam rangka menyambut hari ulang tahun ke-9 Yayasan Perempuan untuk Negeri. Drama ini mengambil tema loyalitas dan cinta untuk negeri dalam balutan kehidupan dan percintaan di Indonesia Timur.
Karena itu, seluruh penjualan tiket dalam pergelaran ini juga akan diberikan untuk para korban gempa Lombok, dengan fokus membantu mendirikan sekolah. Untuk pementasan ini, Perempuan untuk Negeri berkolaborasi dengan Ari Tulang dan Sidi Saleh sebagai sutradara serta Titien Wattimena selaku penulis naskah.
Adapun Harry Goro didaulat sebagai penata musik. Acara ini juga akan mempertunjukkan tampilan spesial lagu Bunga Terakhir dari Bebi Romeo dan Punners. Untuk karakter utama bernama Badai, artis asal Malaysia, Miller Khan, dipercaya memerankannya.
Karakter ini sebelumnya pernah dibawakan penyanyi Marcell Siahaan saat pergelaran serupa yang diadakan pada 2013. Aktor berdarah Tionghoa-India-Arab-Melayu tersebut mengaku antusias memerankan Badai yang dinilainya sebagai kesempatan untuk mengembangkan aktingnya.
“Overexcited banget gitu lho. Pas aku mulai latihan hari pertama, kedua, ketiga, seru banget, nggak ngerasa beban,” ujar Miller saat jumpa pers di The Dharmawangsa Hotel, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/8) petang. Demi kesempurnaan berperan, Miller pun membedah sosok Badai.
“Aku ikutin karakter basic-nya dia yang traveler, freesoul and free spirit, dan orangnya nggak bisa menetap di satu tempat. Tapi di sini dia tujuannya mencari rumah untuk tinggal dan menetap dengan orang yang bisa mengisi hatinya. Nah , di situ perjalanan cintanya,” tutur aktor kelahiran Johor Bahru, 3 Maret 1987, itu.
Dalam pementasan tersebut, Miller juga harus bernyanyi. Namun, hal itu tidak membuatnya gentar. Sementara itu, pengalaman menarik dirasakan aktris senior Widyawati Sophiaan yang berperan ganda menjadi produser sekaligus pemain.
“Saya diminta terlibat menjadi produser. Saya bilang, ‘Waduh , naik pangkat nih,’ tapi saya mencoba dan ternyata stressful juga ya karena kita mesti ngadepin semua yang biasanya kita sebagai pemain tahu beres,” ungkapnya.
Meski demikian, menjadi produser dan pemain adalah tantangan baru untuknya. Belum lagi, dia harus menari dan menyanyi dalam drama musikal ini. “Ini suatu pengalaman yang sangat menarik. Ada sesuatu yang tidak hanya saya, ternyata yang lain juga merasakan,” papar dia. Kesulitan lain yang harus dihadapi Widyawati adalah harus menari.
“Saya jujur, yang pertama merasakan kagok, canggung, bisa nggak, walaupun latihan di rumah, pas di panggung deg-degan. Tapi setelah selesai yang nikmat kayak ada sesuatu,” ungkapnya.
Selain Miller Khan dan Widyawati, drama musikal ini juga melibatkan sederet artis peran Indonesia, seperti Yanti Airlangga, Niniek L Karim, Marini S S, Tike Priyatna, dan Aida Nurmala.
Cerita drama ini bermula saat Badai jatuh cinta kepada Kasih. Mereka berkenalan di bukit tempat Kasih mendirikan sebuah taman baca. Kasih pun menerima ajakan Badai untuk melakukan perjalanan melihat tempat-tempat baru.
Badai merupakan manusia pejalan, sedangkan Kasih adalah perempuan yang sudah lebih dulu mengenal dunia melalui buku-buku yang dia baca.
Perjalanan ke kota dan pantai membawa mereka bertemu manusia baru dengan segala permasalahan mereka, yaitu Mira dan Tirta yang sedang mencari restu untuk bersatu, juga Pingkan dan Matindas yang sedang resah karena akan berpisah.
Badai semakin jatuh cinta dan mengajak Kasih menjadi bagian perjalanannya. Namun, Kasih harus kembali. Dia dan Badai memiliki pemahaman yang berbeda mengenai rumah.
(don)