Sambut Hari Batik Nasional, Pigeon Rilis Botol Susu Motif Batik
A
A
A
JAKARTA - Bertepatan dengan Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober, Pigeon kembali meluncurkan botol dengan motif yang terinspirasi dari desain batik. Setiap motif yang diciptakan memiliki filosofi dalam setiap desainya.
"Kami ingin melestarikan kebudayaan bangsa. Batik itu kan terbuat dari malam, bukan sekedar kain cantik tapi media menyampaikan pesan-pesan positif jadi kami mengaplikasikan motif batik di botol-botol kain," ujar Anis Dwinastiti selaku General Manager Marketing Division Pigeon saat peluncuran Botol Motif Batik Pigeon di Pacific Place, Jakarta, (2/9/2018).
Tahun ini, Pigeon kembali berkolaborasi dengan desainer batik berbakat, Iwet Ramadhan untuk memperkenalkan botol motif batik terbaru dengan karakter burung merak dan parang. Burung merak memiliki filosofi simbol keberuntungan dan perlindungan.
Sementara motif parang merupakan simbol keberanian, kepemimpinan, kesuksesan dan kejayaan. Botol ini juga didesain dengan motif salur yang merupakan bakal tumbuhan yang memiliki makna agar dapat berkembang dengan baik serta motif seruni yang merupakan simbol dari cinta.
"Tahun kemarin aku eksplor Jawa Barat. Setiap aku traveling itu ada yang kena di aku. Tahun ini yang kena itu motif batik Garut, merak ngibing. Merak binatang yang sangat filosofis. Dia banyak di mitologi China dan dia juga masuk di Indonesia. Mereka itu simbol dari keberhasilan, kesuksesan ditunjukkan dengan merak," papar Iwet Ramadhan.
"Makannya orang kaya selalu menggunakan merak sebagai simbol pencapaian mereka. Merak ini selain tukang flirting, dia sangat setia jadi ini simbol kesetiaan. Jadi ini yang aku taruh. Latarnya aku taroh parang, simbol kebanggaan. Nantinya si anak itu menjadi simbol kebanggan mamanya," tambahnya.
Guna melestarikan batik sebagai warisan bangsa, tahun ini Pigeon mengadakan Pigeon Batik Desain Competition yang telah digelar sejak 4 Mei hingga 26 Agustus 2018. Kompetisi ini terbuka untuk usia 16—25 tahun. Peserta mengirimkan desain batik karya mereka melalui online.
Seluruh karya desain yang masuk telah diseleksi oleh Guntur Susilo (pecinta dan pelestari batik) dan penentuan pemenang lomba dinilai oleh dewan juri yang terdiri atas Iwet Ramadhan (entrepreneur, desainer batik dan pelestari batik), Ernanda Putra (creative desainer) serta Guntur Susilo.
"Untuk kompetisi desain batik, di mana saya juga dipercaya menjadi dewan juri, saya melihat bahwa anak-anak muda ternyata memiliki passion untuk mendesain batik yang terbukti dengan beraneka ragam corak dan motif yang masuk dalam kompetisi ini," kata Iwet.
Sementara, seluruh koleksi botol Pigeon dengan motif batik dan koleksi kain batik Pigeon dipamerkan di Pigeon Batik Exhibition. Pameran ini juga menampilkan foto motif-motif kain batik dan peralatan yang digunakan dalam proses membatik yang merupakan koleksi Museum Batik Yogyakarta.
Dipamerkan juga koleksi kain batik karya Iwet dan Guntur Susilo. "Tentu botol itu sebagai media pemberian ASI jika kondisi tertentu. Menggunakan media botol ini, ibu bisa memberikan penjelaskan motif itu apa dan batik tetap bisa berjalan," tutur Anis.
"Kami ingin melestarikan kebudayaan bangsa. Batik itu kan terbuat dari malam, bukan sekedar kain cantik tapi media menyampaikan pesan-pesan positif jadi kami mengaplikasikan motif batik di botol-botol kain," ujar Anis Dwinastiti selaku General Manager Marketing Division Pigeon saat peluncuran Botol Motif Batik Pigeon di Pacific Place, Jakarta, (2/9/2018).
Tahun ini, Pigeon kembali berkolaborasi dengan desainer batik berbakat, Iwet Ramadhan untuk memperkenalkan botol motif batik terbaru dengan karakter burung merak dan parang. Burung merak memiliki filosofi simbol keberuntungan dan perlindungan.
Sementara motif parang merupakan simbol keberanian, kepemimpinan, kesuksesan dan kejayaan. Botol ini juga didesain dengan motif salur yang merupakan bakal tumbuhan yang memiliki makna agar dapat berkembang dengan baik serta motif seruni yang merupakan simbol dari cinta.
"Tahun kemarin aku eksplor Jawa Barat. Setiap aku traveling itu ada yang kena di aku. Tahun ini yang kena itu motif batik Garut, merak ngibing. Merak binatang yang sangat filosofis. Dia banyak di mitologi China dan dia juga masuk di Indonesia. Mereka itu simbol dari keberhasilan, kesuksesan ditunjukkan dengan merak," papar Iwet Ramadhan.
"Makannya orang kaya selalu menggunakan merak sebagai simbol pencapaian mereka. Merak ini selain tukang flirting, dia sangat setia jadi ini simbol kesetiaan. Jadi ini yang aku taruh. Latarnya aku taroh parang, simbol kebanggaan. Nantinya si anak itu menjadi simbol kebanggan mamanya," tambahnya.
Guna melestarikan batik sebagai warisan bangsa, tahun ini Pigeon mengadakan Pigeon Batik Desain Competition yang telah digelar sejak 4 Mei hingga 26 Agustus 2018. Kompetisi ini terbuka untuk usia 16—25 tahun. Peserta mengirimkan desain batik karya mereka melalui online.
Seluruh karya desain yang masuk telah diseleksi oleh Guntur Susilo (pecinta dan pelestari batik) dan penentuan pemenang lomba dinilai oleh dewan juri yang terdiri atas Iwet Ramadhan (entrepreneur, desainer batik dan pelestari batik), Ernanda Putra (creative desainer) serta Guntur Susilo.
"Untuk kompetisi desain batik, di mana saya juga dipercaya menjadi dewan juri, saya melihat bahwa anak-anak muda ternyata memiliki passion untuk mendesain batik yang terbukti dengan beraneka ragam corak dan motif yang masuk dalam kompetisi ini," kata Iwet.
Sementara, seluruh koleksi botol Pigeon dengan motif batik dan koleksi kain batik Pigeon dipamerkan di Pigeon Batik Exhibition. Pameran ini juga menampilkan foto motif-motif kain batik dan peralatan yang digunakan dalam proses membatik yang merupakan koleksi Museum Batik Yogyakarta.
Dipamerkan juga koleksi kain batik karya Iwet dan Guntur Susilo. "Tentu botol itu sebagai media pemberian ASI jika kondisi tertentu. Menggunakan media botol ini, ibu bisa memberikan penjelaskan motif itu apa dan batik tetap bisa berjalan," tutur Anis.
(alv)