Miss Indonesia Alya Nurshabrina Beri Motivasi Generasi Milenial
A
A
A
JAKARTA - Miss Indonesia 2018 Alya Nurshabrina memberikan motivasi dan semangat kepada anak muda remaja generasi milenial sebagai generasi penerus bangsa untuk ambil bagian berperan aktif untuk kemajuan bangsa. Motivasi disampaikan Alya di Conference On Indonesian Foreign Policy 2018 yang digelar di mall Kota Kasablanka, Sabtu (20/10/2018) malam.
Alya yang tampil anggun balutan gaun serba hitam mendapatkan sambutan apresiasi tepuk tangan penonton yang datang dari generasi milenial ketika menjadi salah seorang panelis dalam diskusi yang mengambil tema The Return Of the Angels (part3): How To Milenial See The World An What the They Want To See Fixed. Selain Alya, di acara itu juga hadir empat orang perempuan berpengaruh lainnya seperti aktris Adinia Wirasti, Mikha Tambayong, news anchor Sarah Wyne dan Arieska Putri Pertiwi, praktisi bidang digital.
Dalam pemaparannya, Alya menilai kelompok generasi milenial sepertinya merupakan generasi berpendidikan dan intelektual dimana mereka dengan cepatnya mendapatkan putaran informasi dan teknologi sehingga ada baiknya asupan informasi yang didapatkan ini untuk hal positif dengan menjadi relawan atau kegiatan positif lain bagi anak muda saat ini.
Dia mengatakan bahwa forum diskusi panel seperti ini sebagai ruang diskusi atau sharing pengalaman lebih banyak lagi dengan tema policy sehingga harus semakin banyak pihak terutama pemerintah menyediakan konferensi yang banyak melibatkan anak muda sebagai generasi penerus dimasa mendatang.
“Anak muda harus tau hidup bersama dan gimana hidup mereka bisa berkontribusi dengan bidang yang ditekuni akan berkontribusi pada Negara dan bangsa dan saat sesi diskusi menyampaikan tentang milenial volunteer dengan segala potensi dan karakter milenial ini cocok untuk memupuk CV dengan berbagai kegiatan jadi saya coba untuk motivasi anak muda sekarang untuk memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk mengasah kemampuan skill mereka,” ujar Alya kepada KORAN SINDO seusai menjadi pembicara dalam acara Conference On Indonesian Foreign Policy 2018 yang digelar di mall Kota Kasablanka, Sabtu (21/10/2018).
Wanita kelahiran Jakarta, 21 Januari 1996 ini pun menjelaskan generasi milenial Indonesia memiliki semangat yang besar, tapi harus sadar akan tantangan baru yang harus dihadapi. “Generasi milenial Indonesia sudah memiliki semangat yang besar, namun harus sadar ada tantangan baru yang harus dihadapi. Saya sebelum menjadi Miss Indonesia, dulu sudah aktif sebagai pelukis dan relawan,” kata dia.
Meski semangat generasi muda Indonesia atau milenial dianggap cukup besar, nyatanya masih ditemukan tendensi buruk yang mengiringi semangat para pemuda-pemudi. Menurut Alya, mereka kerap menginginkan hasil yang selalu instan termasuk dalam meniti karier.
“Ada tendensi negatif ketika sudah terjun ke dunia kerja, generasi milenial selalu ingin instan result, padahal meniti karier itu prosesnya panjang. Instan ini kemudian menimbulkan job hoping. Tidak kerasan dalam bekerja atau berpindah pindah kerjaan,” ucapnya.
Untuk meminimalisasi dampak buruk dari keinginan yang selalu instan, Alya menyarankan agar tiap orang yang termasuk generasi milenial, agar mengontrol rasa keinginan yang selalu ingin hasil cepat. Dia pun menyarankan agar para pemuda-pemudi untuk lebih aktif dalam melibatkan diri menjadi relawan.
“Mumpung sekarang energi masih banyak bisa jadi volunteer, mumpung masih mahasiswa, dapat membuat perubahan yang sesuai dengan passion. Saya baru pulang dari Palu, Sulawesi Tengah, banyak volunteer yang tidak pulang satu-dua minggu. Semoga adanya acara seperti ini ke depannya bisa kasih solusi,” ujar Alya.
Alya yang mengaku sering jadi volunteer berbagai kegiatan atau event terutama kegiatan sosial kemanusiaan memberikan banyak manfaatnya salah satunya dimana dapat menerapkan ilmu yang pelajari di kampus atau sekolah ketika dirinya menjadi volunteer berbagai kegiatan dan bisa memahami seperti apa dampaknya buat masyarakat.
“Apa yang kadang didapatkan dikampus atau sekolah lebih banyak dapat teori kalau terjun langsung ke lapangan sebagai relawan atau memberikan donasi langsung ke korban bencana Palu atau Lombok tahu kondisi aslinya setiap insiden kejadian memilki pengalaman berbeda satu sama lain terus terlibat langsung,” tutur perwakilan Jawa Barat dalam Miss Indonesia 2018 ini.
Lebih lanjut, perempuan yang lahir 22 tahun ini menilai generasi muda Indonesia telah memiliki kesadaran untuk membantu sesama. Banyak pula di antara generasi milenial yang sering terlibat sebagai relawan dan membantu sesama tanpa pamrih. “Sama-sama semua ingin berperan dan tentu akan berdampak bagus pada dunia. Banyak anak seumuran saya yang juga terlibat sebagai relawan,” ucap dia.
Alya yang tampil anggun balutan gaun serba hitam mendapatkan sambutan apresiasi tepuk tangan penonton yang datang dari generasi milenial ketika menjadi salah seorang panelis dalam diskusi yang mengambil tema The Return Of the Angels (part3): How To Milenial See The World An What the They Want To See Fixed. Selain Alya, di acara itu juga hadir empat orang perempuan berpengaruh lainnya seperti aktris Adinia Wirasti, Mikha Tambayong, news anchor Sarah Wyne dan Arieska Putri Pertiwi, praktisi bidang digital.
Dalam pemaparannya, Alya menilai kelompok generasi milenial sepertinya merupakan generasi berpendidikan dan intelektual dimana mereka dengan cepatnya mendapatkan putaran informasi dan teknologi sehingga ada baiknya asupan informasi yang didapatkan ini untuk hal positif dengan menjadi relawan atau kegiatan positif lain bagi anak muda saat ini.
Dia mengatakan bahwa forum diskusi panel seperti ini sebagai ruang diskusi atau sharing pengalaman lebih banyak lagi dengan tema policy sehingga harus semakin banyak pihak terutama pemerintah menyediakan konferensi yang banyak melibatkan anak muda sebagai generasi penerus dimasa mendatang.
“Anak muda harus tau hidup bersama dan gimana hidup mereka bisa berkontribusi dengan bidang yang ditekuni akan berkontribusi pada Negara dan bangsa dan saat sesi diskusi menyampaikan tentang milenial volunteer dengan segala potensi dan karakter milenial ini cocok untuk memupuk CV dengan berbagai kegiatan jadi saya coba untuk motivasi anak muda sekarang untuk memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk mengasah kemampuan skill mereka,” ujar Alya kepada KORAN SINDO seusai menjadi pembicara dalam acara Conference On Indonesian Foreign Policy 2018 yang digelar di mall Kota Kasablanka, Sabtu (21/10/2018).
Wanita kelahiran Jakarta, 21 Januari 1996 ini pun menjelaskan generasi milenial Indonesia memiliki semangat yang besar, tapi harus sadar akan tantangan baru yang harus dihadapi. “Generasi milenial Indonesia sudah memiliki semangat yang besar, namun harus sadar ada tantangan baru yang harus dihadapi. Saya sebelum menjadi Miss Indonesia, dulu sudah aktif sebagai pelukis dan relawan,” kata dia.
Meski semangat generasi muda Indonesia atau milenial dianggap cukup besar, nyatanya masih ditemukan tendensi buruk yang mengiringi semangat para pemuda-pemudi. Menurut Alya, mereka kerap menginginkan hasil yang selalu instan termasuk dalam meniti karier.
“Ada tendensi negatif ketika sudah terjun ke dunia kerja, generasi milenial selalu ingin instan result, padahal meniti karier itu prosesnya panjang. Instan ini kemudian menimbulkan job hoping. Tidak kerasan dalam bekerja atau berpindah pindah kerjaan,” ucapnya.
Untuk meminimalisasi dampak buruk dari keinginan yang selalu instan, Alya menyarankan agar tiap orang yang termasuk generasi milenial, agar mengontrol rasa keinginan yang selalu ingin hasil cepat. Dia pun menyarankan agar para pemuda-pemudi untuk lebih aktif dalam melibatkan diri menjadi relawan.
“Mumpung sekarang energi masih banyak bisa jadi volunteer, mumpung masih mahasiswa, dapat membuat perubahan yang sesuai dengan passion. Saya baru pulang dari Palu, Sulawesi Tengah, banyak volunteer yang tidak pulang satu-dua minggu. Semoga adanya acara seperti ini ke depannya bisa kasih solusi,” ujar Alya.
Alya yang mengaku sering jadi volunteer berbagai kegiatan atau event terutama kegiatan sosial kemanusiaan memberikan banyak manfaatnya salah satunya dimana dapat menerapkan ilmu yang pelajari di kampus atau sekolah ketika dirinya menjadi volunteer berbagai kegiatan dan bisa memahami seperti apa dampaknya buat masyarakat.
“Apa yang kadang didapatkan dikampus atau sekolah lebih banyak dapat teori kalau terjun langsung ke lapangan sebagai relawan atau memberikan donasi langsung ke korban bencana Palu atau Lombok tahu kondisi aslinya setiap insiden kejadian memilki pengalaman berbeda satu sama lain terus terlibat langsung,” tutur perwakilan Jawa Barat dalam Miss Indonesia 2018 ini.
Lebih lanjut, perempuan yang lahir 22 tahun ini menilai generasi muda Indonesia telah memiliki kesadaran untuk membantu sesama. Banyak pula di antara generasi milenial yang sering terlibat sebagai relawan dan membantu sesama tanpa pamrih. “Sama-sama semua ingin berperan dan tentu akan berdampak bagus pada dunia. Banyak anak seumuran saya yang juga terlibat sebagai relawan,” ucap dia.
(alv)