Pentingnya Pertolongan Pertama Saat Cedera Kepala

Kamis, 25 Oktober 2018 - 15:32 WIB
Pentingnya Pertolongan Pertama Saat Cedera Kepala
Pentingnya Pertolongan Pertama Saat Cedera Kepala
A A A
CEDERA kepala saat ini menempati urutan teratas penyumbang kasus kematian terbesar bagi usia produktif dan sebagian besar disebabkan kecelakaan lalu lintas.

Hal tersebut diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat pelindung diri saat berkendara. Dokter spesialis bedah saraf RS Evasari, dr Arnanda Noor, SpBS, memaparkan cedera kepala merupakan proses patologis pada jaringan otak yang bersifat non-degeneratif, non-congenital, dan dilihat dari keselamatan mekanis dari luar, yang mungkin menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, serta psikososial bersifat menetap maupun sementara disertai hilangnya atau berubahnya tingkat kesadaran.

“Penting diperhatikan penanganan yang tepat di lokasi kejadian dan proses evakuasi korban ke rumah sakit agar jiwa tertolong. Angka kejadian di Amerika, cedera kepala mencapai 500 ribu kasus per tahun, dari kejadian tersebut 10% korban meninggal dunia di tempat, 90% tertolong sampai rumah sakit,” kata dr Arnanda.

Menurutnya, pertolongan atau penanganan yang tepat memegang peranan penting dalam kasus cedera kepala. “Pasien dengan cedera kepala perlu observasi atau dirawat apabila CT scan abnormal, cedera tembus, riwayat hilang kesadaran, sakit kepala sedang sampai berat, intoksikasi alkohol, fraktur tulang kepala, cedera penyerta bermakna, tak ada keluarga di rumah, tempat tinggal jauh maupun mengalami amnesia,” ujar dr Arnanda.

Ia menjelaskan, ada beberapa langkah pertolongan pertama jika melihat korban kecelakaan di jalan di antaranya perhatikan jalan napas, pola napas, baru selamatkan lehernya terlebih dahulu, dan segera dibawa ke rumah sakit.

“Yang menyebabkan semakin parah adalah kerumunan orang karena oksigen akan berkurang dan cara evakuasi, cara mengangkat korban juga suka salah. Kita harus menjaga tulang belakangnya juga, setelah dilihat tidak ada keluhan atau patahan, baru boleh mengambil tindakan head up , yaitu kepala diangkat sekitar 30 derajat,” kata dr Arnanda.

Menurutnya, saat ini masyarakat masih harus banyak diberi pelatihan basic trauma life support . “Itu harus diajarkan. Kalau di luar negeri bahkan supir ambulansnya pun sudah mengerti, namun sekarang sudah banyak juga rumah sakit membuat trauma center untuk penanganan pasien trauma, di bawah 4 jam sudah harus dibawa ke rumah sakit.

Tetapi memang tergantung cedera kepala itu sendiri, jika memang berat sebaiknya cepat dibawa,” ucapnya. Ia menambahkan, jika ada pasien dengan cedera kepala baru lalu ia tidak sadar atau setengah sadar, sebaiknya jangan diberi minum.
“Karena jika refleks menelannya sudah tidak ada, nanti akan ditakutkan terjadi aspirasi, yaitu air masuk ke paru-paru, efeknya akan memperberat gangguan sistem pernapasan,” kata dr Arnanda.

Cedera kepala saat ini menempati urutan teratas penyumbang kasus kematian terbesar bagi usia produktif dan sebagian besar disebabkan kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat pelindung diri saat berkendara.Dokter spesialis bedah saraf RS Evasari, dr Arnanda Noor, SpBS, memaparkan cedera kepala merupakan proses patologis pada jaringan otak yang bersifat non-degeneratif, non-congenital, dan dilihat dari keselamatan mekanis dari luar, yang mungkin menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik, serta psikososial bersifat menetap maupun sementara disertai hilangnya atau berubahnya tingkat kesadaran.
“Penting diperhatikan penanganan yang tepat di lokasi kejadian dan proses evakuasi korban ke rumah sakit agar jiwa tertolong. Angka kejadian di Amerika, cedera kepala mencapai 500 ribu kasus per tahun, dari kejadian tersebut 10% korban meninggal dunia di tempat, 90% tertolong sampai rumah sakit,” kata dr Arnanda.

Menurutnya, pertolongan atau penanganan yang tepat memegang peranan penting dalam kasus cedera kepala. “Pasien dengan cedera kepala perlu observasi atau dirawat apabila CT scan abnormal, cedera tembus, riwayat hilang kesadaran, sakit kepala sedang sampai berat, intoksikasi alkohol, fraktur tulang kepala, cedera penyerta bermakna, tak ada keluarga di rumah, tempat tinggal jauh maupun mengalami amnesia,” ujar dr Arnanda.

Ia menjelaskan, ada beberapa langkah pertolongan pertama jika melihat korban kecelakaan di jalan di antaranya perhatikan jalan napas, pola napas, baru selamatkan lehernya terlebih dahulu, dan segera dibawa ke rumah sakit.

“Yang menyebabkan semakin parah adalah kerumunan orang karena oksigen akan berkurang dan cara evakuasi, cara mengangkat korban juga suka salah. Kita harus menjaga tulang belakangnya juga, setelah dilihat tidak ada keluhan atau patahan, baru boleh mengambil tindakan head up , yaitu kepala diangkat sekitar 30 derajat,” kata dr Arnanda.

Menurutnya, saat ini masyarakat masih harus banyak diberi pelatihan basic trauma life support . “Itu harus diajarkan. Kalau di luar negeri bahkan supir ambulansnya pun sudah mengerti, namun sekarang sudah banyak juga rumah sakit membuat trauma center untuk penanganan pasien trauma, di bawah 4 jam sudah harus dibawa ke rumah sakit.

Tetapi memang tergantung cedera kepala itu sendiri, jika memang berat sebaiknya cepat dibawa,” ucapnya. Ia menambahkan, jika ada pasien dengan cedera kepala baru lalu ia tidak sadar atau setengah sadar, sebaiknya jangan diberi minum.

“Karena jika refleks menelannya sudah tidak ada, nanti akan ditakutkan terjadi aspirasi, yaitu air masuk ke paru-paru, efeknya akan memperberat gangguan sistem pernapasan,” kata dr Arnanda.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3671 seconds (0.1#10.140)