60 Turis Asing Terkesima dengan Proses Pembuatan Batik

Selasa, 13 November 2018 - 23:01 WIB
60 Turis Asing Terkesima...
60 Turis Asing Terkesima dengan Proses Pembuatan Batik
A A A
SEMARANG - Proses pembuatan batik tulis maupun batik cap menjadi daya tarik para wisatawan asing saat mengunjungi Sanggar Batik Semarang 16 di Desa Sumberejo RT 02 RW 05, Meteseh, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (13/11).

Sebanyak 60 wisatawan dari Amerika dan Eropa itu tampak antusias dan terkesima dengan pembuatan batik yang telah diakui Unesco sebagai warisan budaya Indonesia. Selain melihat proses dari awal mencanting, mengecap hingga pewarnaan bahan warna alam, mereka juga melihat sekaligus mencoba cara pembuatan kain tenun gedog.

"Ini merupakan kali pertama mengunjungi bangsa Indonesia dengan pembuatan batik ini. Dan ini sungguh luar biasa," ungkap C Yudi Sefer, wisatawan asal California.

Dia mengaku sudah pernah mengunjungi beberapa negara seperti negara India, tapi pembuatan batiknya tidak seperti ini dan lebih bagus ini. "Sangat senang sekali takjub melihat masyarakat Jawa ini dalam pembuatan batik yang dikerjakan secara tradisional," pujinya.

Yudi juga merasa kagum dalam membuat batik dan bagaimana kerja keras mereka, sehingga menciptakan karya yang sangat indah sehingga bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga dari mancanegara. "Ini bagian kerja keras dari masyarakat dalam menciptakan seni batik dengan menggunakan alat tradisional," ujar Yudi.

Kepala Sanggar Batik Semarang 16 Semarang, Suwardi Tatag Sepanto menjelaskan, untuk wisatawan mancanegara yang berasal dari berbagai negara Eropa ini seharusnya mendapatkan kelas membatik, namun karena kesibukannya maka tidak mendapatkan kelas dan hanya melihat proses pembuatan batik. "Karena di tempat ini mereka tidak lama sehingga tidak punya waktu untuk berlatih membatik," ujar Suwardi.

Dia mengatakan bahwa para wisatawan sangat menghormati handmade, misalnya proses membatik ini lebih sulit dibanding membuat mobil untuk tingkat kesabarannya. "Di Jerman ini terkenal dengan membuat mobil mewah, tetapi ini lebih mewah lebih sulit karena tidak ada," ujarnya.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0952 seconds (0.1#10.140)