Amerika Serikat Waspadai Bakteri E-coli pada Selada
A
A
A
JAKARTA - Para pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan sejauh ini dilaporkan 32 orang di 11 negara telah jatuh sakit. Kendati tidak ada yang meninggal, namun kondisi tersebut sangat parah sehingga 13 pasien harus dirawat di rumah sakit.
Dr. Robert Glatter, dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York City yang melihat efek infeksi dengan bug gastrointestinal secara langsung mengatakan bahwa penyakit tersebut tidak ringan.
"Secara umum, gejala infeksi E. coli terjadi mulai tiga sampai empat hari setelah mengkonsumsi bakteri, dan mungkin termasuk kram perut, mual, muntah dan diare berair atau berdarah bersama dengan demam," kata Glatter.
Sementara, orang dengan kondisi sehat yang berjuang melawan E. coli biasanya pulih dalam lima hingga tujuh hari. Penyakit ini bisa lebih berkepanjangan dan bahkan mematikan bagi mereka yang rentan oleh penyakit kronis atau usia lanjut.
Orang dengan diabetes, penyakit ginjal atau mereka yang mengidap kanker atau penyakit autoimun memiliki risiko terkena penyakit yang lebih parah. Glatter mengungkapkan, atrain E. Coli yang terdeteksi dalam wabah selada saat ini adalah E. coli O157: H7 yang sangat buruk.
"Kebanyakan strain E. coli sebenarnya tidak menyebabkan diare, tetapi E. coli O157 menghasilkan racun kuat yang melukai lapisan dalam dari usus kecil, yang menyebabkan diare berdarah. Bahkan sejumlah kecil bakteri yang tertelan bisa memacu jenis penyakit ini. Ini bisa membuat orang lebih sakit, dan dapat menyebabkan sindrom uremik hemolitik, sejenis gagal ginjal, dalam beberapa kasus," ungkapnya.
Glatter mencatat, dalam banyak kasus, antibiotik digunakan untuk membantu mengalahkan infeksi E. coli, tetapi obat-obatan ini dapat mempengaruhi ginjal, Glatter mencatat. "Antibiotik mungkin diperlukan dalam kasus-kasus tertentu, jadi penting untuk menemui dokter Anda jika Anda terus dan gejala berat seperti demam, diare berdarah, dan Anda tidak dapat makan atau minum," jelasnya.
Namun, dalam kasus E.coli O157: H7, Glatter menyarankan minum antibiotik dapat meningkatkan risiko mengembangkan gagal ginjal sehingga penting untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan.
Sementara, jika Anda berpikir menderita sakit E.coli atau penyakit bawaan makanan lainnya, pastikan tidak menyebarkannya ke orang-orang di dekat Anda.
"Bakteri dapat ditularkan dari orang ke orang, jadi penting bahwa siapa saja yang berpotensi terinfeksi mencuci tangan mereka secara menyeluruh dan tidak berbagi peralatan, cangkir atau gelas. Ini juga berlaku untuk handuk mandi. Linen juga perlu dicuci dengan air panas dan diobati dengan pemutih," tambahnya.
Glatter menjelaskan bahwa daging sapi giling, susu yang tidak dipasteurisasi, produk segar dan air yang terkontaminasi adalah sumber umum bakteri E. coli. Food and Drug Administration (FDA) AS mencatat bahwa romaine lettuce biasanya memiliki umur simpan sekitar 21 hari sehingga produk yang terkontaminasi masih bisa berada di rak-rak toko atau di lemari es.
"Konsumen di seluruh AS seharusnya tidak makan selada romaine sampai pemberitahuan lebih lanjut," saran FDA.
Hingga saat ini, sumber pasti dari wabah ini masih belum diketahui pasti. Namun tes sedang dilakukan pada selada romaine di seluruh pasar AS.
"Langkah-langkah cepat dan agresif yang kami ambil hari ini bertujuan untuk memastikan kita dari wabah yang muncul ini, untuk mengurangi risiko terhadap konsumen, dan untuk membantu orang melindungi diri mereka dan keluarga mereka dari wabah penyakit bawaan makanan ini," beber Komisaris FDA, Dr. Scott Gottlieb.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan sejauh ini dilaporkan 32 orang di 11 negara telah jatuh sakit. Kendati tidak ada yang meninggal, namun kondisi tersebut sangat parah sehingga 13 pasien harus dirawat di rumah sakit.
Dr. Robert Glatter, dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York City yang melihat efek infeksi dengan bug gastrointestinal secara langsung mengatakan bahwa penyakit tersebut tidak ringan.
"Secara umum, gejala infeksi E. coli terjadi mulai tiga sampai empat hari setelah mengkonsumsi bakteri, dan mungkin termasuk kram perut, mual, muntah dan diare berair atau berdarah bersama dengan demam," kata Glatter.
Sementara, orang dengan kondisi sehat yang berjuang melawan E. coli biasanya pulih dalam lima hingga tujuh hari. Penyakit ini bisa lebih berkepanjangan dan bahkan mematikan bagi mereka yang rentan oleh penyakit kronis atau usia lanjut.
Orang dengan diabetes, penyakit ginjal atau mereka yang mengidap kanker atau penyakit autoimun memiliki risiko terkena penyakit yang lebih parah. Glatter mengungkapkan, atrain E. Coli yang terdeteksi dalam wabah selada saat ini adalah E. coli O157: H7 yang sangat buruk.
"Kebanyakan strain E. coli sebenarnya tidak menyebabkan diare, tetapi E. coli O157 menghasilkan racun kuat yang melukai lapisan dalam dari usus kecil, yang menyebabkan diare berdarah. Bahkan sejumlah kecil bakteri yang tertelan bisa memacu jenis penyakit ini. Ini bisa membuat orang lebih sakit, dan dapat menyebabkan sindrom uremik hemolitik, sejenis gagal ginjal, dalam beberapa kasus," ungkapnya.
Glatter mencatat, dalam banyak kasus, antibiotik digunakan untuk membantu mengalahkan infeksi E. coli, tetapi obat-obatan ini dapat mempengaruhi ginjal, Glatter mencatat. "Antibiotik mungkin diperlukan dalam kasus-kasus tertentu, jadi penting untuk menemui dokter Anda jika Anda terus dan gejala berat seperti demam, diare berdarah, dan Anda tidak dapat makan atau minum," jelasnya.
Namun, dalam kasus E.coli O157: H7, Glatter menyarankan minum antibiotik dapat meningkatkan risiko mengembangkan gagal ginjal sehingga penting untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan.
Sementara, jika Anda berpikir menderita sakit E.coli atau penyakit bawaan makanan lainnya, pastikan tidak menyebarkannya ke orang-orang di dekat Anda.
"Bakteri dapat ditularkan dari orang ke orang, jadi penting bahwa siapa saja yang berpotensi terinfeksi mencuci tangan mereka secara menyeluruh dan tidak berbagi peralatan, cangkir atau gelas. Ini juga berlaku untuk handuk mandi. Linen juga perlu dicuci dengan air panas dan diobati dengan pemutih," tambahnya.
Glatter menjelaskan bahwa daging sapi giling, susu yang tidak dipasteurisasi, produk segar dan air yang terkontaminasi adalah sumber umum bakteri E. coli. Food and Drug Administration (FDA) AS mencatat bahwa romaine lettuce biasanya memiliki umur simpan sekitar 21 hari sehingga produk yang terkontaminasi masih bisa berada di rak-rak toko atau di lemari es.
"Konsumen di seluruh AS seharusnya tidak makan selada romaine sampai pemberitahuan lebih lanjut," saran FDA.
Hingga saat ini, sumber pasti dari wabah ini masih belum diketahui pasti. Namun tes sedang dilakukan pada selada romaine di seluruh pasar AS.
"Langkah-langkah cepat dan agresif yang kami ambil hari ini bertujuan untuk memastikan kita dari wabah yang muncul ini, untuk mengurangi risiko terhadap konsumen, dan untuk membantu orang melindungi diri mereka dan keluarga mereka dari wabah penyakit bawaan makanan ini," beber Komisaris FDA, Dr. Scott Gottlieb.
(tdy)