Perjuangan Panjang Tokoh Tenun Nusantara Ini Mendekati Kenyataan

Sabtu, 08 Desember 2018 - 00:27 WIB
Perjuangan Panjang Tokoh...
Perjuangan Panjang Tokoh Tenun Nusantara Ini Mendekati Kenyataan
A A A
JAKARTA - Obsesi serta cita-cita Anna Mariana untuk menginisiasi lahirnya peringatan Hari Tenun Nasional mendekati kenyataan. Hal tersebut terlihat saat tokoh dan pelopor tenun nusantara itu bersama Tengku Ryo Rizqan (Ketua Umum KTTI) dan Ibu Musdalifah (Dewan Pembina KTTI) melakukan audiensi dengan Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (6/12).

Anna Mariana, yang merupakan Pendiri, Dewan Pakar dan Pembina di Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI), sudah lebih dari 10 tahun terakhir berjuang. Dia mengaku, merupakan sebuah perjuangan panjang dan berliku untuk mendekati dan meyakinkan pemerintah betapa pentingnya penetapan Hari Tenun dan Songket Nasional, yang tanggal peringatannya berbeda dengan Hari Batik.

"Alasannnya sederhana, agar ketika peringatan Hari Batik, seluruh Indonesia mengenakan batik, dan di tanggal lain akan mengenakan tenun. Biar ini bisa menjadi ajang promosi berjalan kerajinan tradisional," ujarnya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (7/12).

Soal penetapan tanggal, baik Bambang Soesatyo maupun Anna Mariana masih akan membicarakan lagi langsung dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Keduanya memiliki ageda pertemuan yang sama dengan jadwal yang berbeda. "Minggu depan saya akan bertemu Pak Jokowi khusus membicarakan tentang ini," ungkap Anna Mariana.

Namun, jika Presiden RI setuju hari peringatan itu disatukan, Anna sendiri mengaku akan mengikuti kebijakan itu. "Yang penting pada prinsipnya, Alhamdulillah Pemerintah dan Presiden sudah mengakomodir, mendengarkan serta sekaligus mengabulkan permohonan dari perjuangan saya," ucap Anna.

"Semoga ini akan membawa dampak lebih baik bagi para pengrajin tenun dan songket. Demi terselamatkan wastra tradisional tenun dan songket yang merupakan warisan dan aset budaya leluhur bangsa Indonesia," sambungnya.

Dalam pengamatan Anna, Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang masih secara aktif memelihara budaya pembuatan kain tenun dan songket. "Dan kerajinan ini merata hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan ciri khas yang berbeda-beda, unik dan langka dan dikerjakan secara turun temurun," ungkap pemilik butik House of Marysa tersebut.

Perempuan kelahiran Solo, 1 Januari 1960 ini pun merasa sangat bersyukur jika impian lamanya yang berkembang menjadi obsesi itu bisa terwujud. "Karena jika pemerintah abai, bisa jadi suatu saat negara lain yang mengklaim kain tenun dan songket sebagai budaya mereka," ujar Anna Mariana sambil menyebut ide ini sesungguhnya juga merupakan aspirasi dari para pengrajin tenun dan songket binaan Anna yang berjumlah hampir 10 juta dan tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Bambang Soesatyo mendorong Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober, bisa ditingkatkan menjadi Hari Batik dan Tenun Nasional. Selain untuk memacu bangsa Indonesia menghargai dan melestarikan kekayaan khazanah tekstil Nusantara, peringatan Hari Batik dan Tenun Nasional juga bisa menjaga warisan budaya bangsa dari kepunahan.

"Setelah sukses memasyarakatkan batik, kita juga harus memberikan perhatian yang sama terhadap keberadaan tenun. Penggabungan Hari Batik dan Tenun Nasional akan membuka mata dunia tentang betapa kayanya budaya berbusana khas Indonesia," ujar Bamsoet.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0814 seconds (0.1#10.140)