Bonus Demografi, Persiapkan Pendidikan Berkualitas untuk Generasi Muda
A
A
A
JAKARTA - Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi sekitar tujuh tahun lagi atau pada 2025. Ini sebagaimana hasil analisa dari Badan Statistik Indonesia (2012). Dan Provinsi DKI Jakarta diperkirakan sudah mengalami bonus demografi yang terus berlangsung hingga 2030.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2017) berharap Indonesia bisa memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja.
Mereka yang termasuk usia produktif (15-64 tahun) pada 2045 nanti merupakan penduduk yang saat ini berusia 0-37 tahun, termasuk generasi millennial yang kini berusia 17-37 tahun. Sebelum memasuki masa keemasan, anak-anak muda Indonesia ini memerlukan persiapan yang berkualitas.
CEO Quest International University Perak (QIU), Nicholas Goh mengatakan, kualitas ini dibutuhkan agar mereka dapat 'survive' di era globalisasi dengan derasnya arus komunikasi dan teknologi di mana kemampuan dasar di bidang literasi sangat dibutuhkan agar tetap bisa melakukan komunikasi dan menerima informasi.
Menurutnya, kemampuan tersebut dapat berkembang dengan pendidikan yang baik. "Pendidikan, sebagai aspek paling penting untuk mewujudkan generasi yang berkualitas, menjadi salah satu alasan khusus agar siswa Indonesia setidaknya memiliki pengalaman sekolah di luar negeri yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya," jelas Nicholas kepada awak media di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pengalaman tersebut akan mempertajam kemampuan literasi berbahasa Inggris serta kemampuan interaksi multikultural dengan siswa dari negara-negara lain.
Nicholas menjelaskan, saat ini QIU didirikan untuk mengembangkan kemampuan siswa yang cerdas dan menghasilkan lulusan berkualitas yang memiliki ambisi dan kapasitas intelektual yang mumpuni. Lebih dari 5 fakultas dengan lebih dari 40 jurusan, QIU dapat menjadi pilihan bagi siswa Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tingginya kelak.
"QIU memiliki standar internasional untuk memaksimalkan pendidikan yang berkualitas. Bagi kami, membangun karakter melalui sistem pendidikan dan lingkungan yang mendukung sangatlah penting," jelas Nicholas.
Dengan belajar di luar negeri, kata Nicholas, anak muda mendapat wawasan pengetahuan yang luas dan mendapatkan standar internasional. "Pola pikir yang perlu dicatat adalah dengan belajar di luar negeri lalu bukan tidak cinta Indonesia, justru menunjukkan cinta Indonesia, kita mengambil ilmunya dan bisa menerapkan di Indonesia," tambahnya.
Sejalan dengan misi mewujudkan Indonesia Emas dari hasil bonus demografi, QIU memberikan kesempatan siswa di Indonesia memiliki pengalaman mengenyam pendidikan di luar negeri yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas, siap kerja, dan mampu berinteraksi di lingkungan multikultural.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2017) berharap Indonesia bisa memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja.
Mereka yang termasuk usia produktif (15-64 tahun) pada 2045 nanti merupakan penduduk yang saat ini berusia 0-37 tahun, termasuk generasi millennial yang kini berusia 17-37 tahun. Sebelum memasuki masa keemasan, anak-anak muda Indonesia ini memerlukan persiapan yang berkualitas.
CEO Quest International University Perak (QIU), Nicholas Goh mengatakan, kualitas ini dibutuhkan agar mereka dapat 'survive' di era globalisasi dengan derasnya arus komunikasi dan teknologi di mana kemampuan dasar di bidang literasi sangat dibutuhkan agar tetap bisa melakukan komunikasi dan menerima informasi.
Menurutnya, kemampuan tersebut dapat berkembang dengan pendidikan yang baik. "Pendidikan, sebagai aspek paling penting untuk mewujudkan generasi yang berkualitas, menjadi salah satu alasan khusus agar siswa Indonesia setidaknya memiliki pengalaman sekolah di luar negeri yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya," jelas Nicholas kepada awak media di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pengalaman tersebut akan mempertajam kemampuan literasi berbahasa Inggris serta kemampuan interaksi multikultural dengan siswa dari negara-negara lain.
Nicholas menjelaskan, saat ini QIU didirikan untuk mengembangkan kemampuan siswa yang cerdas dan menghasilkan lulusan berkualitas yang memiliki ambisi dan kapasitas intelektual yang mumpuni. Lebih dari 5 fakultas dengan lebih dari 40 jurusan, QIU dapat menjadi pilihan bagi siswa Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tingginya kelak.
"QIU memiliki standar internasional untuk memaksimalkan pendidikan yang berkualitas. Bagi kami, membangun karakter melalui sistem pendidikan dan lingkungan yang mendukung sangatlah penting," jelas Nicholas.
Dengan belajar di luar negeri, kata Nicholas, anak muda mendapat wawasan pengetahuan yang luas dan mendapatkan standar internasional. "Pola pikir yang perlu dicatat adalah dengan belajar di luar negeri lalu bukan tidak cinta Indonesia, justru menunjukkan cinta Indonesia, kita mengambil ilmunya dan bisa menerapkan di Indonesia," tambahnya.
Sejalan dengan misi mewujudkan Indonesia Emas dari hasil bonus demografi, QIU memberikan kesempatan siswa di Indonesia memiliki pengalaman mengenyam pendidikan di luar negeri yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas, siap kerja, dan mampu berinteraksi di lingkungan multikultural.
(nug)