Rasakan Sensasi Kuliner Tol Trans-Jawa

Minggu, 23 Desember 2018 - 07:46 WIB
Rasakan Sensasi Kuliner...
Rasakan Sensasi Kuliner Tol Trans-Jawa
A A A
JAKARTA - Memasuki musim libur Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 masyarakat dimudahkan dengan tersambungnya tol trans-Jawa dari Jakarta hingga Surabaya.

Selain menyediakan konektivitas, sajian kuliner pantura Jawa juga bisa dicicipi masyarakat. Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat beberapa waktu lalu melakukan sosialisasi kuliner pantura Jawa bagi pengguna jalur tol trans-Jawa.

Sosialisasi dalam buku panduan setebal 80 halaman itu memberikan sajian sekitar 70 makanan khas kota-kota yang dilalui tol trans-Jawa. Dari ayam bekakak, sate rondeng hingga rujak soto jawa timur bisa menjadi panduan pengendara yang meniatkan perjalanannya sebagai perjalanan wisata kuliner.

Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menyarankan, perjalanan yang diniatkan sebagai wisata hendaknya menikmati kuliner di kota-kota khas. Misalnya di Cirebon dengan sajian khas empal gentongnya.

”Itu berarti pengendaranya harus keluar tol dulu untuk singgah ke Cirebon, kemudian berangkat lagi,” ucapnya. Namun bagi pengendara yang tak ingin berlama-lama ada baiknya menikmati santapan khas umat masakan padang atau rumah makam sederhana yang banyak dijumpai di sepanjang rest area.

Selain itu, untuk meniatkan perjalanan di jalur tol trans-Jawa sebagai perjalanan wisata, para pengendara harus menyiapkan anggaran. Pengamat kuliner Gupta Sitorus melihat promosi yang dilakukan pemerintah untuk memperkenalkan kuliner Nusantara melalui jalan tol trans-Jawa merupakan promosi yang tepat.

Bukan saja bermaksud membuat perjalanan lebih menyenangkan, tetapi lebih dari itu promosi kuliner semacam ini banyak digandrungi kalangan milenial. ”Kita bisa membayangkan bahwa betapa mudahnya menikmati sajian kuliner Jawa hanya dengan berkendara di tol trans-Jawa dan anak muda milenial saya lihat tepat, unik perjalanan seperti ini,” ujarnya.

Generasi milenial adalah generasi yang punya ketertarikan luar biasa terhadap makanan. Makanan oleh generasi ini dianggap juga sebagai cara paling mudah untuk memahami budaya. Gupta mengatakan setiap daerah punya kekhasan kuliner.

Di Jawa Barat, kulinernya masih berasa manis, sedangkan sampai ke Surabaya gurih pedas. ”Dan penikmat wisata melalui perjalanan trans-Jawa bisa mencoba sensasinya,” papar Gupta. Gupta berharap ke depan tentu akan banyak perbaikan yang perlu dilakukan dari sisi pelayanan di sekitar rest area tol trans-Jawa.

Menurut dia yang paling penting adalah menjaga kekhasan atau otentisitas resep dan jangan hanya jualan kuliner karena beranggapan pengendara butuh makan saja. Pakar kuliner Indonesia William Wongso mengatakan, tak mudah menarik minat para pengguna jalan tol agar mau mengeksplorasi kekayaan kuliner yang ada di sepanjang area tol trans-Jawa.

Pasalnya, menurut William, dibutuhkan usaha cukup besar untuk melakukan hal tersebut, yaitu keluarmasuk tol. Kecuali para pengguna tol itu memang sengaja menyusuri tol trans- Jawa ini untuk berwisata kuliner.

Umumnya mereka yang memilih jalan tol menginginkan cepat sampai ke kota tujuan. Bila dalam perjalanan butuh makan, tinggal singgah di rest area . Lain halnya jika pengguna jalan tol ini memang sengaja ingin wisata kuliner di sepanjang jalur pantura.

”Tidak masalah bila harus keluar tol, masuk ke kota, lalu kembali ke jalan tol untuk melanjutkan perjalanan ke kota lain. Kalau begini butuh usaha yang cukup besar untuk mencicipi kuliner di kota-kota pantura,” kata William.

Maka untuk memudahkan masyarakat, William menyarankan agar pemerintah menyediakan tempat makan di dalam wilayah tol, bisa berada di rest area ataupun dengan membuat sentra kuliner khusus. Kurasi dari pihak yang berkompeten sangat diperlukan untuk menentukan siapa yang layak berjualan makanan di sana.

Chef Stefu Santoso berpendapat, pemerintah daerah dan pusat perlu menata kota terlebih dulu agar lebih bersih. Kota yang bersih akan membuat orang mau mengunjungi kota tersebut, kemudian tertarik mencoba kulinernya.

”Akan menjadi daya tarik jika kuliner tersebut dikemas sebaik-baiknya, menjaga citarasa dan kebersihan, tempatnya pun nyaman. Sebab ketika di perjalanan orang akan singgah untuk beristirahat, namun bisa juga tertarik untuk mencoba makanan setelah melihat tempatnya yang nyaman,” kata sang chef.

Sambutan Daerah
Ketua Asosiasi UMKM Akumandiri Jawa Tengah Madiyo Sriyanto mengatakan, selama pemerintah mengakomodasi pelaku usaha UMKM untuk dapat membuka usaha di rest area sepanjang tol trans-Jawa, itu merupakan terobosan yang bagus. ”Jadi tak hanya peritel nasional dan brand-brand nasional saja yang dikasih tempat.

Dan khusus kuliner ini juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna jalan tol karena banyak makanan khas daerah yang bisa mereka dapatkan,” kata Madiyo kepada KORAN SINDO kemarin.

Menurutnya keterlibatan UMKM di rest area tol tersebut sekaligus bisa menjadi program promosi yang bagus bagi pengelola jalan tol untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Meski begitu dia berharap khusus pelaku UMKM bidang kuliner harus dikelola secara baik dan benar.

Walaupun makanan khas daerah, jika tempat atau lokasi penyajiannya bersih dan higienis, hal itu akan membuat para pengguna jalan tol jadi betah. Hendra Permana, salah seorang pelaku UMKM, merasa yakin keberadaan tol memberi dampak positif terhadap keberlangsungan UMKM di jalur perlintasan tol trans-Jawa.

Meski menyediakan rest area bagi UMKM, dia berharap pemerintah juga memberi kemudahan-kemudahan dalam perizinan serta tarif sewa yang terjangkau. ”Tentu bisa saja slotnya terbatas. Karena itu tentu ada aturan, ada rule-nya, tapi saya belum tahu seperti apa, belum mendapat sosialisasi lebih lanjut,” ungkapnya.

Di Salatiga para pelaku usaha kuliner justru khawatir. Sebab ada kemungkinan saat bepergian, masyarakat dari daerah lain lebih memilih melewati jalan tol Semarang-Solo karena lebih cepat dan nyaman sehingga tidak masuk Kota Salatiga.

Jika itu terjadi, usaha kuliner di Salatiga bisa lesu karena kehilangan pengunjung dari luar daerah yang jumlahnya tidak sedikit. ”Liburan merupakan musim panen bagi pelaku usaha kuliner di Salatiga.

Namun jika masyarakat banyak yang lewat jalan tol, tentunya mereka tidak akan istirahat atau makan di Salatiga,” ujar Narko, 37, pemilik warung makan pecel lele di Blotongan, Sidorejo, Salatiga. Hal senada dikemukan pedagang sate kambing di Blotongan Ahmad, 48.

Konsumen dari luar daerah memang belum banyak. Biasanya menjelang Natal banyak masyarakat dari luar daerah yang melintas dan mampir makan di warung. ”Mungkin banyak yang lewat tol,” ujarnya.

Terpisah, Ketua Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Kota Salatiga Arso Adji Sarjiato justru optimistis keberadaan jalan tol akan menunjang perkembangan usaha di Salatiga. Menurut dia, jalan tol memperpendek jarak tempuh sehingga orang akan mudah untuk berkunjung ke Salatiga.

”Kami tidak khawatir. Justru sebaliknya optimistis akan ramai karena jarak tempuh ke Salatiga baik dari Solo maupun Semarang akan lebih cepat. Namun Salatiga harus punya daya tarik dan keunggulan tersendiri sehingga menjadi kota tujuan,” ujarnya.

Di rest area jalan tol Solo-Sragen Km 519, menu yang dijual antara lain soto rawon, pecel, gado-gado, ayam goreng, ayam bakar, bebek, dan warung kopi. Omzet mereka kini rata-rata naik tiga kali lipat setelah ruas tol Jakarta- Surabaya terkoneksi seluruhnya.

”Pertama kali jualan rata-rata omzetnya hanya Rp400.000/hari. Tapi saat ini naik tajam hingga Rp3 juta/hari,” kata Suyanto, pemilik Warung Bebek Bagor kemarin. Hal senada diungkapkan Wuryaningsih, pemilik warung Bu Ning di rest area yang sama.

Penjualannya kini naik tiga kali lipat setelah tol Jakarta-Surabaya terkoneksi. Volume tol kini naik tajam seiring dengan libur Natal dan Tahun Baru. ”Kalau dulu awalnya belum pesat, paling tinggi Rp1 juta/hari.

Tapi saat ini sudah di atas Rp2 juta/hari,” ungkap Wuryaningsih. Terkoneksinya jalan tol Jakarta-Surabaya juga disambut antusias pedagang kuliner di Kota Solo. Sebagai salah satu destinasi kuliner di Indonesia, mereka berharap wisatawan yang berburu kuliner di Solo semakin banyak.

”Saat libur Natal dan Tahun Baru yang datang terus meningkat. Rata-rata mereka naik mobil dengan pelat luar kota,” kata Wahyono, Wakil Ketua Paguyuban pedagang Galabo, Gladak, Solo. Pemerintah Kabupaten Gresik pun menyiapkan 100.000 pelaku untuk bersaing.

Ada dua ruas tol bagian megaproyek tol trans-Jawa yang masuk wilayah Gresik. Tol Manyar ke Surabaya dan tol Manyar ke Sidoarjo. Bila tol Manyar-Surabaya sudah beroperasi sejak beberapa tahun lalu, tol lintas Gresik Selatan baru direncanakan beroperasi pada 2019.

”Peluang usaha di dua ruas tol itu cukup terbuka. Khususnya bagi pelaku usaha kuliner, mainan maupun suvenir khas,” ujar Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop UKM) Gresik Agus Budiono. (Ichsan Amin/Ananda Nararya/Ahmad Antoni/Angga Rosa/Ary Wahyu Wibowo/Ashadi Iksan)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8335 seconds (0.1#10.140)