Investasi Protein Hewani Jadi Kunci Mencegah Munculnya Stunting

Rabu, 23 Januari 2019 - 17:30 WIB
Investasi Protein Hewani Jadi Kunci Mencegah Munculnya Stunting
Investasi Protein Hewani Jadi Kunci Mencegah Munculnya Stunting
A A A
JAKARTA - Investasi protein, khususnya protein hewani di awal masa kehidupan jadi kunci cegah munculnya kondisi stunting atau tubuh pendek. Protein jenis ini juga merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan bagi tumbuh kembang bayi dan sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian.

Pasalnya, protein hewani mengandung asam amino esensial yang merupakan zat gizi krusial yang dibutuhkan anak lantaran asam amino pada protein hewani lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Dijelaskan Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) bahwa asam amino esensial dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak.

"Investasi protein hewani sangatlah penting, mengingat kandungan asam amino esensial terlengkap di dalamnya yang dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Sumber protein hewani terbaik dapat ditemukan pada susu, telur, unggas ikan serta daging," papar dokter anak spesialis nutrisi dan penyakit metabolik pada anak tersebut saat acara Investasi Pangan Hewani, Stunting dan Upaya Selamatkan Generasi Mendatang bersama Frisian Flag di Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Sayang, di Indonesia asupan protein hewani masih tergolong rendah sehingga banyak kasus stunting terjadi. Untuk itu, dr Damayanti menyarankan para orang tua harus lebih memperhatikan kandungan gizi dan nutrisi pada anak, terutama kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi balita. Seperti halnya memperhatikan makanan pendamping ASI (MPASI).

"Kalo mau tinggi, protein hewani harus diberikan dan asi itu protein hewani. Kalo protein lainnya nggak diitung buat tinggi. Saat MPASI, saat ini makanan yang paling sering dikasih itu pisang, pure, buah tapi itu semua asam aminonya kurang," ujar dia.

Balita membutuhkan protein, karbohidrat dan lemak yang sangat berperan bagi pertumbuhan. Sementara World Health Organization (WHO) mengajurkan pemberian MPASI setelah bayi berusia enam bulan, lantaran pada usia tersebut, kandungan yang ada dalam ASI sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Mengingat, komponen yang ada dalam ASI tidak lagi mencukupi, maka dr Damayanti mengingatkan yang kurang dari ASI harus dilengkapi melalui MPASI.

"Makanan untuk bayi itu karbohidrat, lemak, protein. Protein yang dibutuhkan protein hewani. Komposisnya harus sama. Di enam bulan, ASI sudah harus dilengkapi dengan nutrisi lainnya. Yang kurang dari ASI ditambah dengan MPASI. Kalo kurang itu semua bisa stunting," kata dia.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5725 seconds (0.1#10.140)