Banyak Ide Kreatif yang Segar dan Brilian dari Para Finalis GAC 2019
A
A
A
JAKARTA - Kompetisi kreatif yang sudah memasuki tahun kelima, Go Ahead Challenge (GAC) siap memberikan ruang atau wadah apresiasi kepada insan muda berbakat guna menciptakan karya yang enggak mengenal batas.
Tahun ini, sudah terpilih 18 finalis yang akan memantapkan skill mereka dengan menggali langsung dari 8 kurator ahli pada bidang musik, visual art, fotografi, dan kuliner secara intensif selama 20-26 Januari 2019. Puncaknya, karya kreatif terbaik akan diumumkan dalam acara Artwarding Night di Queenshead Kemang, Jakarta pada 26 Januari.
Salah satu penggawa Maliq & D’Essentials, Widi Puradireja, yang untuk kali pertama menjadi mentor selama proses Creative Academy, sangat antusias untuk bertemu dengan finalis dan berdiskusi dengan mereka lebih jauh demi mengubah ide-ide kreatif mereka menjadi sebuah bukti nyata.
"Sebagai musisi yang lama berkecimpung di dunia industri musik, gue cukup mengapresiasi adanya Go Ahead Challenge yang dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun. Jujur tidak banyak kompetisi kreatif yang dapat melibatkan banyak figur untuk menjangkau insan kreatif se-Tanah Air," ungkap Widi kepada SINDOnews di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.
"GAC kini memiliki Creative Academy yang dapat mempertemukan kami selaku kurator dengan seluruh finalis yang datang dari berbagai daerah. Melalui pertukaran ilmu yang terjadi, ini merupakan ‘silahturahmi kreatif’ yang dapat memantik ide-ide unik dalam berkarya serta menjawab keraguan untuk dapat berkembang menjadi apa pun yang mereka mau," jelasnya.
Selama proses mentoring, adik kandung dari Eki dan Angga Puradiredja ini pun mengaku banyak ide kreatif yang segar dan brilian dari para finalis. Mereka presentasikan hal yang tidak pernah terpikirkan sama sekali sebelumnya, yakni menggabungkan musik dan visual art secara kreatif.
"Untuk menghasilkan karya kreatif yang original dan segar itu memang mood nomor satu harus diperhatikan. Dan suasana di sini menyenangkan dan menginspirasi, sehingga lahir banyak ide kreatif hadir dalam acara ini meski memang harus sama-sama jeli menyadari ide kreatif dieksekusi menjadi sebuah karya sehingga jangan kebanyakan ide malah bingung untuk eksekusinya," terang drummer kelahiran Jakarta, 10 Januari 1981.
"Gue sebelum ikutan di sini sering buat workshop kecil di kantor karena ada media juga untuk undang artis, dan mereka sharing yang makin gue sadari segitu penting karena idenya bagus, fresh dan menarik yang pada akhirnya menggabungkan musik dan visual art ini pun gue pikir harus terekspose sehingga kegiatan ini harus terus ada. Mau itu mau diikuti sedikit atau banyak orang."
Selain drummer grup musik Maliq & D’Essentials tersebut, panel kurator GAC beranggotakan Anton Ismael, Bill Satya, Jason Ranti, Naufal Abshar, Kendra Ahimsa, William Gozali, dan Martin Natadipraja. Kedelapan kurator ini akan bertatap muka langsung dengan 18 finalis.
Tahun ini, sudah terpilih 18 finalis yang akan memantapkan skill mereka dengan menggali langsung dari 8 kurator ahli pada bidang musik, visual art, fotografi, dan kuliner secara intensif selama 20-26 Januari 2019. Puncaknya, karya kreatif terbaik akan diumumkan dalam acara Artwarding Night di Queenshead Kemang, Jakarta pada 26 Januari.
Salah satu penggawa Maliq & D’Essentials, Widi Puradireja, yang untuk kali pertama menjadi mentor selama proses Creative Academy, sangat antusias untuk bertemu dengan finalis dan berdiskusi dengan mereka lebih jauh demi mengubah ide-ide kreatif mereka menjadi sebuah bukti nyata.
"Sebagai musisi yang lama berkecimpung di dunia industri musik, gue cukup mengapresiasi adanya Go Ahead Challenge yang dilakukan secara konsisten dari tahun ke tahun. Jujur tidak banyak kompetisi kreatif yang dapat melibatkan banyak figur untuk menjangkau insan kreatif se-Tanah Air," ungkap Widi kepada SINDOnews di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.
"GAC kini memiliki Creative Academy yang dapat mempertemukan kami selaku kurator dengan seluruh finalis yang datang dari berbagai daerah. Melalui pertukaran ilmu yang terjadi, ini merupakan ‘silahturahmi kreatif’ yang dapat memantik ide-ide unik dalam berkarya serta menjawab keraguan untuk dapat berkembang menjadi apa pun yang mereka mau," jelasnya.
Selama proses mentoring, adik kandung dari Eki dan Angga Puradiredja ini pun mengaku banyak ide kreatif yang segar dan brilian dari para finalis. Mereka presentasikan hal yang tidak pernah terpikirkan sama sekali sebelumnya, yakni menggabungkan musik dan visual art secara kreatif.
"Untuk menghasilkan karya kreatif yang original dan segar itu memang mood nomor satu harus diperhatikan. Dan suasana di sini menyenangkan dan menginspirasi, sehingga lahir banyak ide kreatif hadir dalam acara ini meski memang harus sama-sama jeli menyadari ide kreatif dieksekusi menjadi sebuah karya sehingga jangan kebanyakan ide malah bingung untuk eksekusinya," terang drummer kelahiran Jakarta, 10 Januari 1981.
"Gue sebelum ikutan di sini sering buat workshop kecil di kantor karena ada media juga untuk undang artis, dan mereka sharing yang makin gue sadari segitu penting karena idenya bagus, fresh dan menarik yang pada akhirnya menggabungkan musik dan visual art ini pun gue pikir harus terekspose sehingga kegiatan ini harus terus ada. Mau itu mau diikuti sedikit atau banyak orang."
Selain drummer grup musik Maliq & D’Essentials tersebut, panel kurator GAC beranggotakan Anton Ismael, Bill Satya, Jason Ranti, Naufal Abshar, Kendra Ahimsa, William Gozali, dan Martin Natadipraja. Kedelapan kurator ini akan bertatap muka langsung dengan 18 finalis.
(nug)