Merevolusi Bisnis Film dan Televisi ala Blackmagic Design

Selasa, 29 Januari 2019 - 12:01 WIB
Merevolusi Bisnis Film...
Merevolusi Bisnis Film dan Televisi ala Blackmagic Design
A A A
PENDIRI Perusahaan teknologi video kreatif Blackmagic Design, Grant Petty, meninggalkan hidupnya sebagai seorang engineer di industri TV dengan satu tujuan di benaknya; memperbaiki sektor TV dan film yang cacat serta menyerahkan kembali kekuasaan kepada orang-orang kreatif yang bisa membawa industri lebih maju lagi.

Diluncurkan pada 2001, Blackmagic Design telah tumbuh secara signifikan selama 16 tahun terakhir. Mereka melakukan tujuh kali akuisisi, juga memetik pelajaran serius. Sekarang Blackmagic Design memiliki pendapatan tahunan hampir USD300 juta. Teknologi perusahaan digunakan oleh 80% dari film saat ini, termasuk pemenang penghargaan seperti Moonlight dan Game of Thrones.

“Dulu peralatan produksi film akan menelan biaya lebih dari USD1 juta. Perusahaan akan membeli perangkat dan me nyewakannya dengan harga ribuan dolar per jam. Ini berarti orang-orang yang benarbenar kreatif dan artistik bekerja sangat keras dalam bisnis penyewaan peralatan yang dikemas dalam industri TV, bukan sebaliknya,” ungkap Grant Petty.

Menurutnya, orang yang ingin bekerja di TV harus bekerja untuk perusahaan yang sangat besar. Saat itu dia menganggap televisi bukan industri kreatif, tetapi ada begitu banyak orang kreatif di dalamnya. “Saya adalah seorang insinyur di industri yang bekerja dengan teknologi yang mereka gunakan. Saat itulah saya ingin mengubah wajah industri TV,” ungkapnya.

“Ketika kami mulai, hanya ada satu atau dua studio produksi kelas atas di Melbourne, dan hanya mereka yang melakukannya di tingkat profesional. Sekarang Anda memiliki lanskap penyiaran yang besar, ini adalah industri yang jauh lebih besar dan tersedia untuk semua orang,” tuturnya.

Menurut Petty, pihaknya tidak hanya memengaruhi industri TV, tetapi juga semua siaran kelas atas. Bahkan, 80% film layar lebar menggunakan produk Blackmagic. Meski demikian, perjalanan Blackmagic tidak selalu mulus. Pihaknya sudah melakukan tujuh akuisisi sejak 2001.

“Ketika krisis keuangan global melanda, kami hanya berusaha bertahan. Ternyata kami satu-satunya di industri yang punya uang,” kata Petty. Blackmagic memiliki cashflow yang terbilang sangat baik. Karena itu, ketika perangkat lunak editing gambar DaVinci muncul, mereka bisa mengakuisisinya.

“Banyak perusahaan mendatangi kami dan ingin kami mendapatkannya, jadi kami harus memilih yang tepat, yang selalu merupakan keputusan sulit. Orang-orang lupa bahwa pendiri perusahaan-perusahaan ini juga memiliki visi. Jadi, kami ingin mengembalikan mereka ke visi asli mereka dan membuat mereka merasakan kegembiraan untuk produk dan mereka,” ucapnya.

DaVinci kehilangan hampir USD1 juta pada bulan sebelum Blackmagic mengakuisisi mereka. “Butuh pekerjaan paling besar dari semua akuisisi yang kami lakukan,” ungkap Petty. Meski demikian, pada akhirnya DaVinci menjadi produk yang bisa mengubah pendapat orang tentang apa yang bisa mereka lakukan sebagai perusahaan.

“Semua film yang melibatkan produk kami memiliki tingkat pengerjaan yang fantastis, terutama yang memenangi Academy Awards. Tetapi, hal yang paling membuat saya paling terkesan adalah ketika Anda melihat anak berusia 16 tahun yang menggunakan produk Anda untuk melakukan iklan TV dengan McDonald’s,” katanya.

“Ketika saya melihat anak berusia 16 tahun itu melakukan sesuatu yang luar biasa, itu artinya produk kami bersifat global dan tersedia bagi siapa saja. Dua tahun kemudian, saya bertemu (anak itu) di LA dan dia sedang mengerjakan film layar lebar,” beber Petty. Petty memberikan sejumlah kiat dalam berbisnis.

“Kita harus belajar dari apa yang kita lakukan. Dari melakukan hal-hal luar biasa, diikuti pertumbuhan. Kami hanya belajar dari masa lalu dan berpikir tentang masa depan. Pastikan sebagai pemilik bisnis, apa pun yang Anda lakukan, Anda berusaha merevolusi sesuatu. Pastikan dari sudut pandang pelanggan bisnis Anda adalah revolusi, bukan hanya mengejar penda patan,” ujarnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4075 seconds (0.1#10.140)