Begini Akibatnya jika Pengobatan Penyakit Kusta Tertunda
A
A
A
JAKARTA - Diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit kusta yang tertunda berpotensi menyebabkan komplikasi serius. Di antaranya mencakup pengrusakan, kerontokan rambut terutama pada bagian alis dan bulu mata, kelemahan otot, kerusakan saraf permanen di lengan dan kaki, ketidakmampuan untuk menggunakan tangan dan kaki, hidung tersumbat kronis, mimisan dan kolapsnya septum hidung.
Komplikasi penyakit kusta lainnya berupa iritis atau peradangan pada iris dan mata, glaukoma, penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf optik, kebutaan, disfungsi ereksi, infertilitas hingga gagal ginjal.
Oleh karena itu, perlu diketahui cara pencegahan penyakit kusta untuk menghindari komplikasi yaitu dengan menghindari kontak jangka panjang dan dekat dengan orang yang terinfeksi kusta namun tidak diobati.
Dilansir dari situs resmi WHO, kusta dapat disembuhkan dengan kombinasi obat yang dikenal sebagai terapi multidrug (MDT), karena pengobatan kusta dengan hanya satu obat antileprosy (monoterapi) akan menghasilkan pengembangan resistensi obat terhadap obat tersebut.
Kombinasi obat yang digunakan dalam MDT tergantung pada klasifikasi penyakit. Rifampicin, obat antileprosy yang paling penting, termasuk dalam pengobatan kedua jenis kusta.
Untuk pengobatan pasien dengan kusta multibasiler, WHO merekomendasikan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan dapson; untuk pasien dengan lepra paucibacillary, MDT menggunakan kombinasi rifampisin dan dapson.
Meski penyakit kusta tidak mudah menyebar, namun ada kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap penularan kusta. Salah satunya mereka yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa beberapa orang tertentu memang secara genetik lebih kebal terhadap bakteri penyebab kusta. Karena itu, orang yang tidak memiliki gen tersebut jadi lebih rentan mengalami kusta.
Komplikasi penyakit kusta lainnya berupa iritis atau peradangan pada iris dan mata, glaukoma, penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf optik, kebutaan, disfungsi ereksi, infertilitas hingga gagal ginjal.
Oleh karena itu, perlu diketahui cara pencegahan penyakit kusta untuk menghindari komplikasi yaitu dengan menghindari kontak jangka panjang dan dekat dengan orang yang terinfeksi kusta namun tidak diobati.
Dilansir dari situs resmi WHO, kusta dapat disembuhkan dengan kombinasi obat yang dikenal sebagai terapi multidrug (MDT), karena pengobatan kusta dengan hanya satu obat antileprosy (monoterapi) akan menghasilkan pengembangan resistensi obat terhadap obat tersebut.
Kombinasi obat yang digunakan dalam MDT tergantung pada klasifikasi penyakit. Rifampicin, obat antileprosy yang paling penting, termasuk dalam pengobatan kedua jenis kusta.
Untuk pengobatan pasien dengan kusta multibasiler, WHO merekomendasikan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan dapson; untuk pasien dengan lepra paucibacillary, MDT menggunakan kombinasi rifampisin dan dapson.
Meski penyakit kusta tidak mudah menyebar, namun ada kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap penularan kusta. Salah satunya mereka yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa beberapa orang tertentu memang secara genetik lebih kebal terhadap bakteri penyebab kusta. Karena itu, orang yang tidak memiliki gen tersebut jadi lebih rentan mengalami kusta.
(nug)