Manfaatkan Teknologi, Satu Suro Hadirkan Teror yang Lebih Mencekam
A
A
A
JAKARTA - Film horor teranyar Indonesia berjudul "Satu Suro" diklaim memiliki kemasan yang berbeda. Sentuhan kisah dan efek dalam film produksi Pichouse Film itu belum pernah dihadirkan film-film serupa lainnya.
Namun, jika dilihat dari judulnya, film ini mengingatkan film dengan judul yang hampir serupa yakni Malam Satu Suro yang pernah beredar pada 1988 dengan pemeran utama Suzzanna.
"Memang kalau dilihat dari judulnya memang terdengar hampir mirip. Tapi ini pasti jauh lebih menyeramkan karena dibuat dengan kemasan teknologi masa kini dengan pemain yang mumpuni," kata executive produser Manoj Punjabi menjawab pertanyaan SINDO dalam jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (31/1).
Proses pengembangan "Satu Suro" sendiri dilakukan sepanjang tujuh bulan, setelah ide permulaan cerita dari sang sutradara Anggy Umbara. Selama proses pengembangan, dicari juga kemasan terbaru apa yang akan dihadirkan agar Satu Suro berbeda dengan film horor yang pernah ada.
"Sutradara kasih judulnya sangat menarik, jadi faktor jualan menarik satu kalau bicara konsep horor ada jump scare spund relatif. Anggy sebagai sutradara punya konsep script dan cerita horor yang dikemas menarik dan beda," ujar Manoj.
Menurutnya, Satu Suro merupakan kerjasama ketiga dengan Anggy Umbara, dan merupakan yang kali pertama untuk film horor. Dia pun berharap film ini bisa diterima dengan baik oleh pasar.
Pada saat yang sama, Anggy Umbara mengakui bahwa dia memliki referensi tersendiri tentang Satu Suro yang dalam mitos kebudayaan Jawa merupakan hari rayanya para mahluk halus.
Anggy pun menjelaskan film ini coba menghadirkan berbagai bentuk mahluk halus yang menyeramkan muncul. Bahkan, bentuk mahluk halus yang selama ini tidak terbayangkan akan datang meneror dan membuat penonton bakal punya pengalaman baru soal film horor.
"Sebetulnya ketika kali pertama diajak Pak Manoj sudah ada premis dan brainstorming ceritanya di mana, kita berusaha membuat film horor dengan kemasan satu malam penuh perjuangan. Saya ambil sequence kejadian satu malam dan memberikan dimensi lain rumah sakit ancur yang mana pesan yang mau diangkat perjuangan suami istri untuk bisa lepas terror. Kisah horor yang semoga bisa membuat penonton susah nafas," jelas Anggy Umbara.
Anggy mengaku exciting ketika melakukan research dan syuting film ini, yang menceritakan kisah tradisi satu suro di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Develop pasangan suami-istri dan karakter backstory coba di-twist apa biar unpredictable perkembangan karakter, artinya sampai tiga bulan proses mencari pemain dan terus meng-upgrade," paparnya.
Film Satu Suro mengusung cerita kebudayaan Jawa yang sudah melegenda dengan dibintangi Citra Kirana dan Nino Fernandez. Selain itu, film ini juga menghadirkan Alexandra Gottardo, Willem Bevers, Yatie Surachman, Novie Chandra, dan Inggrid Widjanarko.
Satu Suro bercerita tentang Dinda, diperankan Citra Kirana, yang sedang hamil bersama sang suami Bayu (Nino Fernandez) harus pindah rumah ke sebuah desa. Bukannya bahagia, hidup di desa ternyata membuat pasangan ini mendapat malapetaka. Ketika hendak melahirkan, Dinda dibawa ke sebuah rumah sakit dan terjebak di sana. Cerita semakin seru, saat sosok iblis jahat, yakni Lastri yang diperankan Alexandra T. Gottardo membuat teror mencekam. Film ini dijadwalkan tayang mulai 7 Februari 2019.
Namun, jika dilihat dari judulnya, film ini mengingatkan film dengan judul yang hampir serupa yakni Malam Satu Suro yang pernah beredar pada 1988 dengan pemeran utama Suzzanna.
"Memang kalau dilihat dari judulnya memang terdengar hampir mirip. Tapi ini pasti jauh lebih menyeramkan karena dibuat dengan kemasan teknologi masa kini dengan pemain yang mumpuni," kata executive produser Manoj Punjabi menjawab pertanyaan SINDO dalam jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (31/1).
Proses pengembangan "Satu Suro" sendiri dilakukan sepanjang tujuh bulan, setelah ide permulaan cerita dari sang sutradara Anggy Umbara. Selama proses pengembangan, dicari juga kemasan terbaru apa yang akan dihadirkan agar Satu Suro berbeda dengan film horor yang pernah ada.
"Sutradara kasih judulnya sangat menarik, jadi faktor jualan menarik satu kalau bicara konsep horor ada jump scare spund relatif. Anggy sebagai sutradara punya konsep script dan cerita horor yang dikemas menarik dan beda," ujar Manoj.
Menurutnya, Satu Suro merupakan kerjasama ketiga dengan Anggy Umbara, dan merupakan yang kali pertama untuk film horor. Dia pun berharap film ini bisa diterima dengan baik oleh pasar.
Pada saat yang sama, Anggy Umbara mengakui bahwa dia memliki referensi tersendiri tentang Satu Suro yang dalam mitos kebudayaan Jawa merupakan hari rayanya para mahluk halus.
Anggy pun menjelaskan film ini coba menghadirkan berbagai bentuk mahluk halus yang menyeramkan muncul. Bahkan, bentuk mahluk halus yang selama ini tidak terbayangkan akan datang meneror dan membuat penonton bakal punya pengalaman baru soal film horor.
"Sebetulnya ketika kali pertama diajak Pak Manoj sudah ada premis dan brainstorming ceritanya di mana, kita berusaha membuat film horor dengan kemasan satu malam penuh perjuangan. Saya ambil sequence kejadian satu malam dan memberikan dimensi lain rumah sakit ancur yang mana pesan yang mau diangkat perjuangan suami istri untuk bisa lepas terror. Kisah horor yang semoga bisa membuat penonton susah nafas," jelas Anggy Umbara.
Anggy mengaku exciting ketika melakukan research dan syuting film ini, yang menceritakan kisah tradisi satu suro di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Develop pasangan suami-istri dan karakter backstory coba di-twist apa biar unpredictable perkembangan karakter, artinya sampai tiga bulan proses mencari pemain dan terus meng-upgrade," paparnya.
Film Satu Suro mengusung cerita kebudayaan Jawa yang sudah melegenda dengan dibintangi Citra Kirana dan Nino Fernandez. Selain itu, film ini juga menghadirkan Alexandra Gottardo, Willem Bevers, Yatie Surachman, Novie Chandra, dan Inggrid Widjanarko.
Satu Suro bercerita tentang Dinda, diperankan Citra Kirana, yang sedang hamil bersama sang suami Bayu (Nino Fernandez) harus pindah rumah ke sebuah desa. Bukannya bahagia, hidup di desa ternyata membuat pasangan ini mendapat malapetaka. Ketika hendak melahirkan, Dinda dibawa ke sebuah rumah sakit dan terjebak di sana. Cerita semakin seru, saat sosok iblis jahat, yakni Lastri yang diperankan Alexandra T. Gottardo membuat teror mencekam. Film ini dijadwalkan tayang mulai 7 Februari 2019.
(nug)