Bedah Bariatrik Solusi Menurunkan Berat Lebih Cepat

Senin, 18 Maret 2019 - 07:55 WIB
Bedah Bariatrik Solusi...
Bedah Bariatrik Solusi Menurunkan Berat Lebih Cepat
A A A
Pasien obesitas morbid membutuhkan penurunan berat badan ekstrim, bedah bariatrik bisa menjadi solusi penurunan berat lebih cepat dan relatif menetap. Dalam kesehariannya Mohammad Naufal Abdillah merasa mudah lelah, ia juga mengalami nyeri sendi, dan sulit dalam melakukan gerakan solat.

Maklum, pria ini berbobot 238 kilogram yang membuat aktivitasnya menjadi terbatas. “Dari kecil setiap bulan saya naik satu kilogram, badan terasa semakin lemah. Waktu di pesantren malam hari saya bisa makan nasi goreng sampai tiga porsi,” tuturnya dihadapan para awak media dalam konferensi pers Bariatrik, Komitmen untuk Hidup Sehat Sepanjang Usia.

Sampai akhirnya Naufal merasa semakin banyak keluhan kesehatannya dan harus menurunkan berat badannya. Ia lalu memutuskan menjalani tindakan bariatrik guna mengatasi permasalahan obesitas yang telah dialami sejak remaja. “Yang mengejutkan hasil lab kolesterol dan gula darahnya normal tapi ini hanya bersifat sementara belum tahu ke depannya. Setelah operasi selama 3 hari pertama harus minum air putih.

Dua minggu pertama makanan cair, dua minggu selanjutnya baru makanan lunak jadi bertahap,” papar Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B-KBD, dokter spesialis bedah konsultan bedah digestif RS Pondok Indah-Pondok Indah. Pasien tidak merasa lapar lantaran pusat lapar dihilangkan atau dibuat tidak aktif. “Pusat lapar ada di bagian lambung yang dibuang. Dengan begitu tidak perlu khawatir bahwa pasien lapar namun tidak bisa makan sehingga jadi tersiksa,” imbuh dr. Peter.

Tapi meski tidak lapar, bukan berarti pasien tidak “lapar” mata. Inilah yang harus dikontrol. Naufal menjalani Sleeve gastrectomy yang merupakan tindakan pemotongan lambung pasien kurang lebih sebanyak 85%. Sehingga didapatkan ukuran lambung yang lebih kecil. Selain Sleeve gastrectomy, prosedur bariatrik lainnya adalah bypass lambung dan ikat lambung.

Bypass lambung merupakan tindakan penggabungan bagian atas lambung dengan usus kecil sehingga makanan tidak lagi melewati lambung dan tidak banyak kalori makanan yang diserap. Sedang ikat lambung merupakan tindakan pemasangan karet pengikat pada lambung yang bersifat adjustable sehingga pasien dapat menentukan berapa banyak porsi makanan yang ingin dikonsumsi.

Sebelum melakukan tindakan, pemeriksaan awal akan dilakukan dengan teknologi skrining melalui pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan jantung, dan USG dengan teropong (endoskopi) untuk melihat kondisi lambung. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan menentukan layak tidaknya seseorang menjalani prosedur bariatrik dan juga menjadi faktor penentu tindakan bedah bariatrik apa yang sesuai untuk dilakukan.

Pasien pun dihimbau untuk menjalani diet rendah kalori selama sekitar sepuluh hari sebelum tindakan, manfaatnya adalah untuk mengecilkan organ hati yang letaknya terkadang menutupi lapangan pandang daerah bedah. Pasien juga diwajibkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik dan dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik, dan diabetes pada saat sebelum dan sesudah tindakan bariatrik.

Naufal yang menjalani tindakan pada November 2018, sampai saat ini telah turun 36 kilogram dengan penurunan IMT menjadi 80,9 yang sebelumnya 95,3. Dr. David Fadjar Putra, S.S,Sp.GK yang memantau perkembangan Naufal mengatakan, sesudah operasi pasien harus tetap berpegang pada prinsip makan secukupnya dengan komposisi sehat dan melaksanakan olahraga yang rutin dan terukur.

“Pada dasarnya asupan yang dianjurkan protein rendah kalori dan tidak konsumsi gula. Untuk olahraga bisa melakukan jalan cepat atau sepeda statis,” beber dr. David. Dr. Peter menekankan bahwa prosedur bariatrik tidak bisa sekali saja dilakukan. Butuh tindakan lanjut yang kedua.

“Tapi kita lihat juga kondisinya, mungkin dengan Sleeve gastrectomy ini sudah cukup. Yang jelas butuh komitmen kuat dari pasien dan kerjasama dengan dokter. Olahraga dan menjaga pola makan mutlak dilakukan. Idealnya berat badan ideal Naufal 70-80 kilogram,” katanya.

Ilmu bedah memang memerlukan kerjasama dari pasien, maupun berbagai bidang lain seperti ahli gizi, ilmu endokrin, ilmu Kedokteran Olahraga, dan ilmu psikoatri/psikologi.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7933 seconds (0.1#10.140)