Bandeng Rorod, Oleh-oleh Khas Bekasi
A
A
A
BEKASI - Bagi sebagian orang, ikan bandeng bisa jadi merupakan menu makanan yang dihindari. Ketidaknyamanan tenggorokan saat menelan daging bandeng yang banyak tersebar duri-duri kecil merupakan salah satu alasannya.
Namun, di Kota Bekasi, bandeng itu nikmat untuk disantap dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Bekasi. Bagi Afif Ridwan, 51, bandeng dijadikan sebagai peluang bisnis. Terletak di Perumnas 3, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, berbekal resep andalan ibu, Afif kini getol memproduksi olahan ikan bandeng yang diklaim bebas duri sehingga aman dikonsumsi mereka yang sebelumnya enggan.
Olahan tersebut berupa sajian bandeng isi yang diberi merek Bandeng Rorod. Karena, proses pembuatannya dilakukan dengan memisahkan tulang dari daging ikan.”Tulang utama dipisahkan dengan cara ditarik, kalau bahasa Bekasinya dirorod. Dari situ ide menggunakan nama Bandeng Rorod,” kata Afif. Produksi Bandeng Rorod dimulai dengan membersihkan isi perut dan memisahkan daging ikan dari tulangnya.
Bandeng dengan berat sekitar 200 gram menjadi pilihannya, karena ukurannya dirasa pas untuk diolah. Setelah tulang utama ditarik, daging bandeng selanjutnya dikerok hingga tinggal tersisa badan ikan yang terbalut kulit. Dengan menggunakan mesin khusus, duri-duri kecil pada daging bandeng bisa dipisahkan.
Sebelumnya proses pemisahan duri dan tulang dilakukan manual. Kini, tinggal penarikan tulang utama yang masih harus dilakukan manual karena memang agak sulit.”Sementara pemisahan sudah pakai mesin sehingga kuantitas produksi bisa digenjot,” ujar dia.
Daging bandeng yang telah terpisah dari durinya itu kemudian dicampur dengan bumbu halus berbahan bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai, kemiri, garam, gula, dan lainnya. Setelah tercampur rata, adonan dimasukkan kembali ke dalam kulit bandeng untuk kemudian dikukus. Jika ingin dinikmati, Bandeng Rorod dikemas dengan cara divakum.
Ataupun bisa dikukus ulang, dibakar, atau digoreng. Supaya lebih nikmat, nikmati bandeng dengan cocolan sambal yang dikemas sebagai pelengkap sajian kuliner yang satu ini. Dirintis sejak tahun 2013, Afif mensyukuri usaha kulinernya ini bisa bertahan dan bahkan semakin berkembang. Kini, dalam sehari, 100 ekor bandeng selalu diproduksi.
“Ada tidak ada pesanan, kami selalu produksi setiap hari agar bandeng selalu fresh. Lagi pula kami kemas dengan cara divakum sehingga lebih tahan lama, yakni enam bulan jika disimpan dalam freezer,” ungkap dia. Semakin berkembangnya usaha Afif, tidak terlepas dari upaya getolnya memasarkan produk yang diembel-embelinya sebagai oleh-oleh Bekasi.
Selain memasarkan secara mandiri melalui toko, media sosial, juga aktif di sejumlah kegiatan bazar. Keberadaan 200 reseller di Jabodetabek juga menjadi faktor pendukung. Apalagi, dilabeli sendiri sebagai oleh-oleh Bekasi karena sebelumnya Bekasi masih belum punya buah tangan khas andalan yang dikenal para wisatawan.
“Karena saya orang Bekasi, resepnya juga memang kuliner Bekasi. Makanya, saya percaya diri menyebut Bandeng Rorod ini sebagai oleh-oleh Bekasi,” kata dia. Mimpi Afif perlahan mewujud seiring dengan kian diterimanya produk andalannya di hati para pencinta kuliner. Produknya telah melanglang buana ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri. (Abdullah M Surjaya)
Namun, di Kota Bekasi, bandeng itu nikmat untuk disantap dan menjadi salah satu oleh-oleh khas Bekasi. Bagi Afif Ridwan, 51, bandeng dijadikan sebagai peluang bisnis. Terletak di Perumnas 3, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, berbekal resep andalan ibu, Afif kini getol memproduksi olahan ikan bandeng yang diklaim bebas duri sehingga aman dikonsumsi mereka yang sebelumnya enggan.
Olahan tersebut berupa sajian bandeng isi yang diberi merek Bandeng Rorod. Karena, proses pembuatannya dilakukan dengan memisahkan tulang dari daging ikan.”Tulang utama dipisahkan dengan cara ditarik, kalau bahasa Bekasinya dirorod. Dari situ ide menggunakan nama Bandeng Rorod,” kata Afif. Produksi Bandeng Rorod dimulai dengan membersihkan isi perut dan memisahkan daging ikan dari tulangnya.
Bandeng dengan berat sekitar 200 gram menjadi pilihannya, karena ukurannya dirasa pas untuk diolah. Setelah tulang utama ditarik, daging bandeng selanjutnya dikerok hingga tinggal tersisa badan ikan yang terbalut kulit. Dengan menggunakan mesin khusus, duri-duri kecil pada daging bandeng bisa dipisahkan.
Sebelumnya proses pemisahan duri dan tulang dilakukan manual. Kini, tinggal penarikan tulang utama yang masih harus dilakukan manual karena memang agak sulit.”Sementara pemisahan sudah pakai mesin sehingga kuantitas produksi bisa digenjot,” ujar dia.
Daging bandeng yang telah terpisah dari durinya itu kemudian dicampur dengan bumbu halus berbahan bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai, kemiri, garam, gula, dan lainnya. Setelah tercampur rata, adonan dimasukkan kembali ke dalam kulit bandeng untuk kemudian dikukus. Jika ingin dinikmati, Bandeng Rorod dikemas dengan cara divakum.
Ataupun bisa dikukus ulang, dibakar, atau digoreng. Supaya lebih nikmat, nikmati bandeng dengan cocolan sambal yang dikemas sebagai pelengkap sajian kuliner yang satu ini. Dirintis sejak tahun 2013, Afif mensyukuri usaha kulinernya ini bisa bertahan dan bahkan semakin berkembang. Kini, dalam sehari, 100 ekor bandeng selalu diproduksi.
“Ada tidak ada pesanan, kami selalu produksi setiap hari agar bandeng selalu fresh. Lagi pula kami kemas dengan cara divakum sehingga lebih tahan lama, yakni enam bulan jika disimpan dalam freezer,” ungkap dia. Semakin berkembangnya usaha Afif, tidak terlepas dari upaya getolnya memasarkan produk yang diembel-embelinya sebagai oleh-oleh Bekasi.
Selain memasarkan secara mandiri melalui toko, media sosial, juga aktif di sejumlah kegiatan bazar. Keberadaan 200 reseller di Jabodetabek juga menjadi faktor pendukung. Apalagi, dilabeli sendiri sebagai oleh-oleh Bekasi karena sebelumnya Bekasi masih belum punya buah tangan khas andalan yang dikenal para wisatawan.
“Karena saya orang Bekasi, resepnya juga memang kuliner Bekasi. Makanya, saya percaya diri menyebut Bandeng Rorod ini sebagai oleh-oleh Bekasi,” kata dia. Mimpi Afif perlahan mewujud seiring dengan kian diterimanya produk andalannya di hati para pencinta kuliner. Produknya telah melanglang buana ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri. (Abdullah M Surjaya)
(nfl)