Musisi Fiersa Besari Diseret ke Pengadilan Musik di Bandung

Jum'at, 22 Maret 2019 - 11:30 WIB
Musisi Fiersa Besari Diseret ke Pengadilan Musik di Bandung
Musisi Fiersa Besari Diseret ke Pengadilan Musik di Bandung
A A A
BANDUNG - Untuk pertama kalinya, musikus dan sastrawan Fiersa Besari diseret ke Pengadilan Musik Djarum Coklat Dot Com (DCDC) untuk membuktikan karyanya di hadapan dewan juri. Menariknya, diseretnya Fiersa Besari atas keinginan netizen.

Sidang yang berlangsung sekitar dua jam digelar di Kantinnasion Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon, Bandung, Kamis (21/3/2019) malam. Sidang Pengadilan Musik ke-31 ini, cukup ramai dihadiri pengunjung. Sekitar 300 penonton memadati area sidang.

Sidang menghadirkan dua Jaksa Penuntut, yaitu Budi Dalton dan Pidi Baiq. Kursi Pembela ditempati oleh Yoga (PHB) dan Ruly Cikapundung. Pengadilan dipimpin seorang Hakim yaitu Man (Jasad). Jalannya persidangan akan diatur oleh Eddi Brokoli sebagai Panitera.

Kehadiran jaksa, pembela, dan panitera cukup menarik penonton. Gaya Budi Dalton yang terbuka, tapi kritis, membuat suasana sidang lebih dinamis. Kendati begitu, Fiersa Besari mampu membuktikan keunggulan karyanya selama ini.

Perwakilan Atap Promotions Uwie Fitriani mengatakan, episode Pengadilan Musik ke-31 ini memang sangat spesial, karena talent sebagai terdakwa yang dihadirkan merupakan permintaan netizen. Permintaan tersebut telah lama, tapi baru kali ini bisa terealisasi.

“Antusiasme masyarakat cukup bagus. Terbukti saat kami mulai menjual tiket, hanya dalam waktu 10 menit, sudah full booked. Banyak yang dari luar kota, dan mereka booking online. Ada yang datang langsung, dari surabaya dan bali,” kata dia.

Perwakilan DCDC Dikki Dwisaptono mengatakan, talent yang saat ini dihadirkan cukup unik. Dia memiliki kelebihan, di mana menerbitkan buku dan album. Musisi yang seperti sangat jarang.

“Talent ini tak sekadar reques netizen, tapi terdakwa punya karya baru dan patut diadili, karena karyanya patut dipertanggungjawabkan. Kami undang musisi independen yang punya karya sendiri,” ucap dia.

Fiersa Besari turut menyumbang suburnya pertumbuhan musik pop-folk saat ini. Project pertama mereka dalah Revolvere Project, band sastra yang digawangi oleh Futih Aljihadi (seniman visual) Fahd Djibran (penulis), dan Fiersa Besari sendiri.

Lagu-lagu yang sudah sempat direkam, yaitu 11:11, laris manis di pasaran. Tahun 2014, kembali merilis ulang Tempat Aku Pulang. Di tahun 2015, merilis sebuah karya album buku berjudul Konspirasi alam Semesta. Album musik ini dikolaborasikan dengan buku, dan buku ini menjadi karya perdana Bung di dunia literasi.

Melalui single andalannya, Juara Kedua, nama Fiersa semakin berkibar di ranah musik folk Indonesia dan juga dunia sastra Indonesia. Dia juga tidak berhenti untuk terus meluncurkan karya-karya terbaru, seperti sebuah buku yang dia rilis di tahun 2016 berjudul Garis Waktu.

Pengadilan Musik adalah salah satu program dari DjarumCoklat Dot Com (DCDC) yang secara rutin mengundang dan mengkaji materi-materi terbaru dari band dan musisi independen tanah air yang aktif dalam membuat karya. Lewat program ini, mereka akan menyandang predikat sebagai Terdakwa, dan harus menghadapi berbagai tuntutan yang dilontarkan oleh Jaksa Penuntut. Jika mereka berhasil berbicara atas nama karya, mereka akan bebas dari tuntutan dan materi mereka akan dinyatakan layak untuk dikonsumsi oleh publik.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6645 seconds (0.1#10.140)