Atasi Masalah Mental Remaja dengan Membangun Komunikasi

Senin, 25 Maret 2019 - 13:56 WIB
Atasi Masalah Mental...
Atasi Masalah Mental Remaja dengan Membangun Komunikasi
A A A
INDONESIA akan memiliki bonus demografi pada 2025-2035, dengan syarat memiliki sumber daya manusia sehat dan produktif. Sementara itu, saat ini Indonesia masih dihadapkan pada salah satu permasalahan kesehatan yang kerap dialami remaja, yakni kesehatan mental. Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dr Eni Gustina MPH mengatakan, untuk mengatasi masalah kesehatan mental, harus diintervensi dengan memberikan remaja ruang berbicara yang lebih luas.

Dalam keluarga, misalnya, orang tua perlu banyak berkomunikasi dengan anak agar segala masalah yang sedang dihadapinya bisa dibicarakan kepada orang tua. “Masalah kesehatan mental itu butuh intervensi dengan lets talk, silakan bicara. Dia punya masalah, tapi tidak tahu mesti cerita ke mana, ke siapa. Jadi kita berikan konseling, mengajak orang-orang kalau dia ada masalah, dia bisa bicara ke temannya,” katanya seusai Temu Media Youth Town Hall di Gedung Kemenkes, Senin (18/3).

Stres menjadi salah satu masalah kesehatan mental. Dr Eni menyebutkan, banyak contoh masalah yang mengakibatkan remaja stres, seperti seks bebas, masalah keluarga, dan masalah ekonomi. Faktor penyebabnya banyak, salah satunya kurangnya komunikasi dengan orang tua karena orang tua sibuk bekerja.

“Banyak orang tua yang sibuk bekerja, yang kadang komunikasi dengan pesan tulisan. Kalau gitu , kapan dia bisa berkonsultasi dengan orang tuanya?” ucap dr Eni. Contoh lain terkait pornografi bisa dilihat, di mana sebagian besar pornografi disebabkan remaja mengakses konten porno sendirian di kamar. “Artinya, orang tua mesti mengawasi anaknya jika sedang berada di kamar. Kerjanya buka HP, nonton, ya akhirnya jadi adiksi pornografi. Jika sudah teradiksi, kemungkinan besar mencari lawan jenisnya, bahkan sampai terjadi kekerasan seksual,” ungkapnya.

Dr Eni menjelaskan, salah satu upaya pencegahannya, Kemenkes bekerja sama dengan Kemendikbud dalam memberikan konseling kepada para murid di sekolah. Tahun ini guru-guru bimbingan konseling (BK) dilatih dalam meningkatkan kemampuan konseling bagi siswa ajarnya. Menurut dr Eni, agar Indonesia mendapatkan bonus demografi, remaja Indonesia harus memiliki keterampilan hidup sehat atau disebut pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS).

PKHS merupakan keterampilan mengenali karakter diri sendiri, mampu berempati, me nentukan pilihan terbaik, menyelesaikan masalah secara konstruktif, berpikir kritis dan kreatif, berani menyampaikan gagasan, memiliki kemampuan interpersonal yang baik, mengendalikan emosi, dan mengatasi stres. “Jika kemampuan PKHS dimiliki setiap remaja, mereka dapat memberikan keputusan tepat dalam tiap tindakan, termasuk menolak ajakan perilaku berisiko,” bebernya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7005 seconds (0.1#10.140)