Nicola Yoon Aktif Melawan Tindakan Rasis
A
A
A
SETIAP ibu akan melakukan hal yang terbaik untuk anaknya. Begitu juga dengan Nicola Yoon.
Dia berjuang agar gadis kecilnya, Penny, bisa melihat orang lain yang sama warna kulitnya dengan dia hadir di setiap berbagai kesempatan, termasuk di buku yang ditulisnya. “Saya orang Jamaika-Amerika dan suami saya orang Amerika keturunan Korea.
Warna kulit putri kami berwarna cokelat dan saya perlu mengajarinya untuk mencintai kulitnya. Bagaimana saya melakukannya di negara dengan masalah ras sebesar Amerika? Amerika adalah negara yang menyukai teori semua manusia diciptakan setara, tetapi tidak menyukai praktiknya,” ujarnya, dikutip The Guardian.
Yoon mengkritisi berapa banyak tayangan kartun dan acara TV yang hanya menampilkan anak laki-laki dan perempuan kulit putih. Sebaliknya, banyak karakter kulit hitam, cokelat, dan Asia terdegradasi ke peran yang tidak dianggap atau dipandang sebelah mata? Namun, Yoon tidak berhenti di situ.
Dia selalu menanyakan kepada dirinya sendiri, Apalagi yang bisa dilakukannya setiap hari. Sampai suatu hari dia kecewa dengan sebuah kejadian. Tepatnya di pesta ulang tahun anak-anak ketika anaknya, Penny, diundang.
Kala itu seorang badut menolak membuat bentuk putri dari balon yang berwarna cokelat dengan alasan tidak ada putri berwarna seperti itu. Dia terhenyak karena itu bukanlah kalimat yang diharapkan dan didengar pada tahun 2017, ketika zaman semakin modern dan maju.
Yoon pun menceritakan hal itu kepada suaminya, Sang suami pun menawarkan jika dirinya yang akan menemui si badut tersebut. Namun, Yoon tidak setuju. Dia memutuskan dia sendiri yang kembali menemui badut “rasis” itu dan mengatakan jika di dunia ini ada banyak putri dengan berbagai warna kulit, tidak hanya putih. (Susi Susanti)
Dia berjuang agar gadis kecilnya, Penny, bisa melihat orang lain yang sama warna kulitnya dengan dia hadir di setiap berbagai kesempatan, termasuk di buku yang ditulisnya. “Saya orang Jamaika-Amerika dan suami saya orang Amerika keturunan Korea.
Warna kulit putri kami berwarna cokelat dan saya perlu mengajarinya untuk mencintai kulitnya. Bagaimana saya melakukannya di negara dengan masalah ras sebesar Amerika? Amerika adalah negara yang menyukai teori semua manusia diciptakan setara, tetapi tidak menyukai praktiknya,” ujarnya, dikutip The Guardian.
Yoon mengkritisi berapa banyak tayangan kartun dan acara TV yang hanya menampilkan anak laki-laki dan perempuan kulit putih. Sebaliknya, banyak karakter kulit hitam, cokelat, dan Asia terdegradasi ke peran yang tidak dianggap atau dipandang sebelah mata? Namun, Yoon tidak berhenti di situ.
Dia selalu menanyakan kepada dirinya sendiri, Apalagi yang bisa dilakukannya setiap hari. Sampai suatu hari dia kecewa dengan sebuah kejadian. Tepatnya di pesta ulang tahun anak-anak ketika anaknya, Penny, diundang.
Kala itu seorang badut menolak membuat bentuk putri dari balon yang berwarna cokelat dengan alasan tidak ada putri berwarna seperti itu. Dia terhenyak karena itu bukanlah kalimat yang diharapkan dan didengar pada tahun 2017, ketika zaman semakin modern dan maju.
Yoon pun menceritakan hal itu kepada suaminya, Sang suami pun menawarkan jika dirinya yang akan menemui si badut tersebut. Namun, Yoon tidak setuju. Dia memutuskan dia sendiri yang kembali menemui badut “rasis” itu dan mengatakan jika di dunia ini ada banyak putri dengan berbagai warna kulit, tidak hanya putih. (Susi Susanti)
(nfl)