Rayu Milenial, Bangka Culture Wave 2019 Sajikan Glow in Nusantara
A
A
A
SUNGAILIAT - Even kekinian ditampilkan Bangka Culture Wave (BCW) 2019 lewat penampilan Glow in Nusantara, Selasa (3/4/2019) malam. Perpaduan ekplorasi gerak tari, motif batik, pola ukir, tato lokal, plus teknik manipulasi, mampu menghadirkan ilusi menarik. Even ini digelar di di De’Locomotief, Pantai Wisata Tongaci, Sungailiat, Bangka.
Glow in Nusantara menjadi konten yang paling dinanti pada hari pertama Bangka Culture Wave 2019. Mengembangkan teknik semiotika, motif nusantara ini semakin hidup dalam cahaya pospor plus rekayasa venue. Glow in Nusantara juga memakai UV light (sinar ultraviolet).
“Glow in Nusantara mengeksplorasi gerak. Setiap penari gerakannya akan berbeda. Kemasannya dari Glow in Nusantara memang sangat kekinian. Kami ingin menarik perhatian milenial. Dengan begitu, mereka mau belajar memahami filosofi motif nusantara dan tariannya,” ungkap Koreografer Glow in Nusantara Galih Nogoseno.
Glow in Nusantara dilakukan di atas pasir putih Pantai Wisata Tongaci. Venuenya unik berbentuk kotak dengan space hanya 2,5 meter persegi. Sebagai pembatas venue ditancapkan UV light dengan warna ungu. Total ada 3 penari yang membawakan Glow in Nusantara ini. Selain Galih, ada juga Dhea Fandari dan Christofora Wiwi.
Ketiga penari ini mengeksplorasi gerak tari berbeda. Sebagai konseptor Glow in Nusantara, Dhea total mengeksplorasi gerakan kontemporer. Galih memainkan Buugeng dengan kolaborasi gerak Flow Arts. Menjadi warna seni baru, teknik gerakannya mengalir. Untuk Wiwi, geraknya mengacu tari nusantara. Memiliki basic Tari Bali, warna kontemporer dimunculkan untuk menyatukan rasa dengan penari lain.
“Glow in Nusantara bentuk ekplorasi dari seni dan budaya. Kemasannya menarik dan sangat kekinian. Glow in Nusantara juga memasukan warna modern. Ada penggunaan UV light dan tinta pospor guna menghidupkan karakter tariannya. Konsep ini cara terbaik menarik milenial agar mengenal kekayaan budaya nusantara,” terang Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Tampilan Glow in Nusantara sangat menarik perhatian. Kostum yang ditampilkan menarik. Ada juga konsep body painting dan gerak yang memunculkan 1 harmoni. Kolaborasi beberapa unsur tersebut untuk memunculkan manipulation of movement. Ilusi ini ditampilkan melalui kostum dan lukisan motif pada tubuh penari. Sebab, tinta hias warna warni yang digunakan mengandung pospor.
Efek manipulasi kostum dan riasan tubuh semakin menonjol. Tinta-tinta pospor ini ditabrakan dengan UV light hingga memunculkan karakter glow unik. Untuk show di BCW 2019, UV light yang digunakan berwarna ungu. UV light ungu dinilai paling menyala dari pink, kuning, biru, dan hijau.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, sajian Glow in Nusantara unik.
“Glow in Nusantara sangat menarik. Warna modern dikolaborasikan dengan tradisi. Efek visualnya pun sangat bagus, apalagi didukung aransemen musik yang luar biasa. Motif-motif nusantaranya sangat unik dengan filosofi kuat. Semua detail dari pertunjukan Glow in Nusantara disiapkan matang,” jelas Rizki.
Space interpretasi luas sebuah pertunjukan memang diberikan Glow in Nusantara bagi penikmatnya. Sebab, konsep ini menggunakan 3 motif batik. Ada juga motif tenun hingga tato tradisional di nusantara. Untuk motif batiknya ada Parang, Megamendung, dan Kawung. Menjadi khas Jawa, Batik Parang punya filosofi pantang menyerah. Garis diagonal lurus jadi bentuk penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.
Untuk Batik Kawung, motif Jawa ini memiliki filosofi do’a. Artinya, kesempurnaan pengendalian diri dan kebersihan hati. Motif Kawung pada masa kerajaan hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan. Glow in Nusantara juga memasukan Batik Megamendung. Motif khas Cirebon ini bermakna transidental yaitu paham Ketuhanan. Pesan tersiratnya, manusia harus sabar dan mengendalikan amarahnya.
“Glow in Nusantara jadi konsep branding budaya yang ideal. Ada banyak tampilan motif nusantara. Pengunjung BCW 2019 juga bisa menikmatinya dari sudut pandang masing-masing. Konsep ini juga bisa diterima semua lintas usia. Untuk itu, silahkan berkunjung ke BCW 2019. Ada banyak warna budaya yang bisa dinikmati,” Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.
Selain batik, ada tenun. Motif yang ditampilkan Mata Manuk khas Manggarai Barat. Motif ini menjadi refleksi budaya, adat istiadat, kehidupan sosial, hingga aspek religius dari masyarakat Manggarai Barat. Filosofinya, yaitu simbol perdamaian, keberanian, dan penolak bala. Ditampilkan juga pola Ragam Hias Sumatera Utara (Sumut) yang kaya motif dan detail.
Pola Ragam Hias Sumut ini biasanya ditonjolkan melalui media kain, tenunan, pahatan, hingga ukiran. Konsep ini dapat distilir dalam beragam konsep. Fungsinya beragam, yaitu pengenal jender, daur hidup, religi, simbolik, dan pusaka. Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang menjelaskan, Glow in Nusantara sebuah karya terbaik.
“Glow ini Nusantara ini sebuah karya terbaik. Pasti ada banyak proses yang dilewati untuk membuat sebuah karya luar biasa seperti ini. Para penari juga sangat mengenal detail ornamen motif sehingga jiwa dari gerakannya sampai kepada pengunjung,” kata Trindiana.
Mengekplorasi motif lokal lebih luas, Glow ini Nusantara ditegaskan oleh tato tradisional. Motif yang diadopsi adalah Tato Mentawai dari Sumatera Barat. Dari berbagai literatur, Tato Mentawai ini dianggap sebagai yang tertua di dunia. Bagi masyarakat Mentawai, tato memiliki banyak makna. Selain menjadi identitas, tato dinilai sebagai roh kehidupan dan simbol keseimbangan alam.
“Kami memberikan apresiasi kepada semua. Sebab, BCW 2019 ini mampu menawarkan beragam konsep budaya terbaik. Selain nusantara, ada juga warna warni budaya dunia. Glow in Nusantara akan menjadi media komunikasi terbaik dari tradisi kepada para milenial,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Glow in Nusantara menjadi konten yang paling dinanti pada hari pertama Bangka Culture Wave 2019. Mengembangkan teknik semiotika, motif nusantara ini semakin hidup dalam cahaya pospor plus rekayasa venue. Glow in Nusantara juga memakai UV light (sinar ultraviolet).
“Glow in Nusantara mengeksplorasi gerak. Setiap penari gerakannya akan berbeda. Kemasannya dari Glow in Nusantara memang sangat kekinian. Kami ingin menarik perhatian milenial. Dengan begitu, mereka mau belajar memahami filosofi motif nusantara dan tariannya,” ungkap Koreografer Glow in Nusantara Galih Nogoseno.
Glow in Nusantara dilakukan di atas pasir putih Pantai Wisata Tongaci. Venuenya unik berbentuk kotak dengan space hanya 2,5 meter persegi. Sebagai pembatas venue ditancapkan UV light dengan warna ungu. Total ada 3 penari yang membawakan Glow in Nusantara ini. Selain Galih, ada juga Dhea Fandari dan Christofora Wiwi.
Ketiga penari ini mengeksplorasi gerak tari berbeda. Sebagai konseptor Glow in Nusantara, Dhea total mengeksplorasi gerakan kontemporer. Galih memainkan Buugeng dengan kolaborasi gerak Flow Arts. Menjadi warna seni baru, teknik gerakannya mengalir. Untuk Wiwi, geraknya mengacu tari nusantara. Memiliki basic Tari Bali, warna kontemporer dimunculkan untuk menyatukan rasa dengan penari lain.
“Glow in Nusantara bentuk ekplorasi dari seni dan budaya. Kemasannya menarik dan sangat kekinian. Glow in Nusantara juga memasukan warna modern. Ada penggunaan UV light dan tinta pospor guna menghidupkan karakter tariannya. Konsep ini cara terbaik menarik milenial agar mengenal kekayaan budaya nusantara,” terang Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Tampilan Glow in Nusantara sangat menarik perhatian. Kostum yang ditampilkan menarik. Ada juga konsep body painting dan gerak yang memunculkan 1 harmoni. Kolaborasi beberapa unsur tersebut untuk memunculkan manipulation of movement. Ilusi ini ditampilkan melalui kostum dan lukisan motif pada tubuh penari. Sebab, tinta hias warna warni yang digunakan mengandung pospor.
Efek manipulasi kostum dan riasan tubuh semakin menonjol. Tinta-tinta pospor ini ditabrakan dengan UV light hingga memunculkan karakter glow unik. Untuk show di BCW 2019, UV light yang digunakan berwarna ungu. UV light ungu dinilai paling menyala dari pink, kuning, biru, dan hijau.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, sajian Glow in Nusantara unik.
“Glow in Nusantara sangat menarik. Warna modern dikolaborasikan dengan tradisi. Efek visualnya pun sangat bagus, apalagi didukung aransemen musik yang luar biasa. Motif-motif nusantaranya sangat unik dengan filosofi kuat. Semua detail dari pertunjukan Glow in Nusantara disiapkan matang,” jelas Rizki.
Space interpretasi luas sebuah pertunjukan memang diberikan Glow in Nusantara bagi penikmatnya. Sebab, konsep ini menggunakan 3 motif batik. Ada juga motif tenun hingga tato tradisional di nusantara. Untuk motif batiknya ada Parang, Megamendung, dan Kawung. Menjadi khas Jawa, Batik Parang punya filosofi pantang menyerah. Garis diagonal lurus jadi bentuk penghormatan, cita-cita, dan kesetiaan.
Untuk Batik Kawung, motif Jawa ini memiliki filosofi do’a. Artinya, kesempurnaan pengendalian diri dan kebersihan hati. Motif Kawung pada masa kerajaan hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan. Glow in Nusantara juga memasukan Batik Megamendung. Motif khas Cirebon ini bermakna transidental yaitu paham Ketuhanan. Pesan tersiratnya, manusia harus sabar dan mengendalikan amarahnya.
“Glow in Nusantara jadi konsep branding budaya yang ideal. Ada banyak tampilan motif nusantara. Pengunjung BCW 2019 juga bisa menikmatinya dari sudut pandang masing-masing. Konsep ini juga bisa diterima semua lintas usia. Untuk itu, silahkan berkunjung ke BCW 2019. Ada banyak warna budaya yang bisa dinikmati,” Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.
Selain batik, ada tenun. Motif yang ditampilkan Mata Manuk khas Manggarai Barat. Motif ini menjadi refleksi budaya, adat istiadat, kehidupan sosial, hingga aspek religius dari masyarakat Manggarai Barat. Filosofinya, yaitu simbol perdamaian, keberanian, dan penolak bala. Ditampilkan juga pola Ragam Hias Sumatera Utara (Sumut) yang kaya motif dan detail.
Pola Ragam Hias Sumut ini biasanya ditonjolkan melalui media kain, tenunan, pahatan, hingga ukiran. Konsep ini dapat distilir dalam beragam konsep. Fungsinya beragam, yaitu pengenal jender, daur hidup, religi, simbolik, dan pusaka. Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang menjelaskan, Glow in Nusantara sebuah karya terbaik.
“Glow ini Nusantara ini sebuah karya terbaik. Pasti ada banyak proses yang dilewati untuk membuat sebuah karya luar biasa seperti ini. Para penari juga sangat mengenal detail ornamen motif sehingga jiwa dari gerakannya sampai kepada pengunjung,” kata Trindiana.
Mengekplorasi motif lokal lebih luas, Glow ini Nusantara ditegaskan oleh tato tradisional. Motif yang diadopsi adalah Tato Mentawai dari Sumatera Barat. Dari berbagai literatur, Tato Mentawai ini dianggap sebagai yang tertua di dunia. Bagi masyarakat Mentawai, tato memiliki banyak makna. Selain menjadi identitas, tato dinilai sebagai roh kehidupan dan simbol keseimbangan alam.
“Kami memberikan apresiasi kepada semua. Sebab, BCW 2019 ini mampu menawarkan beragam konsep budaya terbaik. Selain nusantara, ada juga warna warni budaya dunia. Glow in Nusantara akan menjadi media komunikasi terbaik dari tradisi kepada para milenial,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
(akn)