Review Film Pet Sematary

Kamis, 04 April 2019 - 13:30 WIB
Review Film Pet Sematary
Review Film Pet Sematary
A A A
JAKARTA - Rebooting atau pembuatan ulang film hampir terjadi di semua genre. Tahun, ini ada sejumlah film yang di-reboot akan dirilis. Salah satunya adalah Pet Sematary yang bergenre horor/thriller.

Judul film ini mungkin sudah akrab di telinga para penggemar cerita horor Stephen King. Ya, film ini memang diangkat dari novel yang dirilis pada 1983 dan merupakan reboot dari film dengan judul yang sama pada 1989. Ada sejumlah perbedaan antara versi reboot ini dengan film asli dan juga novelnya.

Basis ceritanya masih sama. Pet Sematary mengisahkan tentang keluarga Creed, yang terdiri atas pasangan Louis (Jason Clarke) dan Rachel (Amy Seimetz) beserta dua anak mereka, Ellie (Jete Laurence) dan Gage (Hugo Lavoie dan Lucas Lavoie). Ellie yang berusia 9 tahun memiliki seekor kucing bernama Church. Suatu hari, keluarga ini pindah dari Boston ke kota kecil di Maine bernama Ludlow yang lebih sepi. Rumah baru mereka di kota itu berada di kawasan yang sepi dan dikelilingi hutan dengan pepohonan tinggi. Meski sepi, jalanan di depan rumah keluarga itu adalah jalan yang sering dilewati truk-truk besar yang sering ngebut di jalanan. Keluarga ini kemudian berkenalan dengan tetangganya, Jud Crandall (John Lithgow). Ketika pindah ke rumah baru itu, Ellie dan Rachel menemukan sebuah kuburan hewan peliharaan di belakang rumah mereka. Kawasan itu diberi tanda Pet Sematary, ejaannya salah karena yang menulis adalah anak-anak. Keduanya melihat serombongan anak bertopeng membawa panji, genderang dan benda-benda lainnya untuk mengubur seekor anjing.

Suatu hari, Church ditemukan mati di pinggir jalan. Kematian Church tentu akan membuat Ellie sangat sedih. Demi membuat Ellie tak lagi sedih, Jud lantas membawa Louis ke sebuah tanah keramat di belakang kediaman mereka. Jud menyuruh Louis mengubur Church di situ. Tak disangka, Church kembali hidup. Namun, kucing itu menjadi lain. Dia tidak lagi ramah dan memiliki raut muka yang agak menyeramkan.

Sementara, Louis mengalami kejadian aneh selama berada di Ludlow. Ketika sedang berada di klinik, seorang mahasiswa bernama Victor Pascow (Obssa Ahmed) dilarikan ke tempat itu dengan luka yang sangat parah. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Victor mengatakan kepada Louis kalau batas tidak boleh dilanggar. Sejak peristiwa itu, Louis dihantui bayang-bayang Victor.

Kejadian tak menyenangkan kembali menimpa Louis. Ketika sedang merayakan ulang tahun, Ellie tertabrak truk yang sedang lewat di depan rumah mereka. Nyawanya tak tertolong. Kematian Ellie membuat Louis sedih. Dia belum merelakan putrinya itu pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya. Dia pun membuat keputusan nekat meski sudah diperingatkan Jud.

Film sepanjang 101 menit ini sudah terasa horornya dari awal film. Nuansa suram yang diangkat sutradara Kevin Kölsch dan Dennis Widmyer ini membuat teror film ini begitu kental terasa di awal. Setting-nya yang berupa hutan dengan pepohonan tinggi ditambah adanya kuburan di tengah-tengah hutan itu membuat kesan horor pun kian kuat.

Namun, duo sutradara itu sepertinya terlalu asyik membangun cerita film ini sehingga banyak bagian yang seharusnya lebih mencekam, terasa datar. Permainan warna dan suara menjadi kekuatan mereka di film ini sehingga penonton tetap merasakan terornya meskipun rasa mencekam itu tidak terlalu terasa. Rentetan-rentetan yang ada di film ini ada yang malah terasa hambar, jika tidak dirasa datar. Meski begitu, film ini punya level ketegangan yang lumayan tinggi. Kekerasan yang terjadi membuat film ini tidak layak ditonton anak di bawah usia 17 tahun, meskipun subyeknya adalah anak-anak.

Salah satu hal yang menarik dari film ini adalah misteri yang disajikan. Para penonton akan diajak untuk menggali lebih dalam misteri di sekitar kuburan hewan peliharaan itu dan juga misteri di tanah keramat di belakang kuburan tersebut. Mimpi Louis yang berulang kali bertemu Victor adalah salah satu hal yang membuat film ini jadi menarik untuk ditonton. Orang-orang akan bertanya siapakah Victor dan apa kaitannya dengan tanah keramat tersebut. Terjawab di film ini? Lebih baik, Anda tonton saja filmnya.

Yang jelas, Pet Sematary ini berbeda dengan Pet Sematary versi film 1989 atau pun novelnya. Yang paling mencolok adalah kejadian tabrakan truk. Di novel, yang mati tertabrak truk adalah Gage, sedangkan di film ini adalah Ellie. Bagi yang sudah akrab dengan novelnya, maka akan tahu bagian mana lagi yang berbeda. Perbedaan cerita ini kemudian menyebabkan perbedaan mencolok pada akhir film. Ending ini membuka peluang adanya sekuel jika film ini sukses menembus box office.

Pet Sematary menawarkan cerita baru tentang kuburan aneh untuk hewan peliharaan di tengah hutan. Perbedaan cerita dan pengambilan gambar yang berbeda membuat film ini jauh lebih baik dari film aslinya yang dirilis pada 1989. Perbedaan cerita juga membentuk film ini dan menjadikannya sangat menarik untuk ditonton. Para penggemar novel Stephen King yang sudah membaca novelnya tentu akan dengan mudah menebak apa yang akan terjadi di film itu jika film ini menggunakan cerita aslinya. Namun, dengan sejumlah perbedaan, meskipun Anda bisa menebaknya, tapi endingnya akan membuat Anda terkejut. Reboot Pet Sematary ini memang bukan reboot terbaik, tapi, film ini memberikan jaminan tontonan yang mengasyikkan untuk disimak. Dan, sesuai tagline-nya: Sometimes Dead Is Better, pesan ini pun sangat bisa disampaikan di film ini.

Pet Sematary akan mulai tayang di bioskop kesayangan Anda pada Jumat (5/4/2019). Selamat menyaksikan!

Peringatan: di bawah ini adalah trailer film Pet Sematary. Adegannya banyak yang menegangkan dan menakutkan bagi sebagian orang. Jika Anda adalah seorang yang tidak suka dengan hal-hal berbau horor, lebih baik jangan mengklik tombol putar di video ini. Anda sudah diperingatkan.

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0714 seconds (0.1#10.140)