Lewat FGD, Kemenpar Siapkan Weekend Market Cross Border
A
A
A
SANGGAU - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar focus on group discussion (FGD) Co-Branding Cross Border. Digelar di Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar), Senin (15/4/2019), yang dibahas adalah Weekend Market Cross Border yang ada di PLBN Aruk, Badau, dan Entikong.
Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung mengatakan, Kemenpar akan melakukan promosi bersama pasar PLBN di Aruk, Badau, dan Entikong. Tujuannya, untuk menjangkau target wisatawan mancanagera (wisman) melalui pintu perbatasan.
"Pasar-pasar di perbatasan sudah sustainable. Selain itu program ini dapat menjaring pangsa pasar secara masif. Jumlahnya dapat mencapai 7.000 wisman setiap minggunya. Program ini terbilang murah meriah," ujar Adella Raung.
Adella Raung menjelaskan, dengan memanfaatkan pasar PLBN yang sudah ada, program ini menjadi pusat pemberdayaan masyarakat setempat. Dimana masyarakat dapat memanfaatkan pasar ini untuk berjualan menambah penghasilan.
Pasar perbatasan Entikong misalnya, nantinya terdiri dari pasar tradisional 2.729 m2 dan pasar modern seluas 3.786 meter persegi. Pasar tradisional ini memiliki kios sebanyak 52 unit, lapak 48 unit dan pusat makanan. Sementara total luas seluruh kawasan mencapai 37.068 meter persegi.
"Pasar modern akan diisi 30 unit gerai modern, 5 unit toko, lengkap dengan fasilitas ATM dan food court," tambahnya.
Dikatakannya, bahwa adanya FGD cross border yang juga sudah digelar di beberapa daerah dalam rangka mengejar target-target pemerintah dalam jumlah kunjungan wisata.
"Target pemerintah kita dari sektor pariwisata adalah 15 persen menghasilkan devisa negara yakni Rp240 triliun. Selain itu kotribusi kesempatan kerja sebesar 13 juta tenaga kerja dan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta. Pemerintah ingin juga daya saing kita berada di peringkat 30 di dunia," kata dia.
Pada FGD kali ini, tidak hanya membahas Weekend Market Cross Border. Namun Ada juga Co-Branding bus DAMRI dengan membungkus beberapa rute utama bus DAMRI dengan branding Wonderful Indonesia.
Metode ini dianggap potensial untuk mempengaruhi pasar. Karena dengan cara ini diyakini akan semakin mendekatkan target wisman dengan berbagai destinasi dan program di perbatasan. Apalagi rute yang dipilih adalah rute strategis. Yang pertama ada rute Pontianak-Kuching via Entikong. Serta rute Singkawang-Kuching via Aruk.
"Dengan promosi mobile akan menjangkau lebih banyak audience karena branding yang dilakukan akan terus bergerak. Selain itu juga mudah ditangkap audience tanpa mengganggu aktivitas," terang Adella.
Optimalisasi pasar wisman di kawasan perbatasan Malaysia oleh Kemenpar sangat realistis. Dengan target 2,9 juta wisman tentunya tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan masuknya wisman Malaysia via jalur udara.
"Dengan total 2.915 penerbangan dari Malasia ke Indonesia di tahun 2019, efektif nya hanya dapat mencakup 1.871.744 wisatawan. Yang artinya kita masih kurang 1.028.256 wisman. Ini bisa kita optimalkan lewat border area. Karena Cross Border Tourism adalah cara berwisata yang dekat, murah, dan mudah," papar Adella.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku sudah melihat proses pembangunan pasar di PLBN Entikong yang sudah mencapai 90 persen. Dirinya akan membuat tim kecil yang akan fokus menggarap Co-branding pasar cross border.
"Saya sudah lihat yang di PLBN Entikong. Bagus banget. Megah mewah. Pertanyaan berikutnya setelah ini mau ngapain? Yang paling memungkinkan membuat pasar berstandar internasional. Benchmark-nya bs Changi atau bandara Dubai. Bisa combine antara UMKM dan barang branded," jelas Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menambahkan, program Co-branding ini sekaligus mendukung program yang selama ini dilakukan. Seperti program Crossborder Event. Sebuah program yang menciptakan kantung-kantung destinasi baru yang digerakkan melalui even.
"Yang pasti kita akan maksimalkan setiap kesempatan untuk mendulang wisman di perbatasan. Saya berkeyakinan bahwa hanya dengan cara yang tidak biasa, kita bisa mendapatkan hasil yang luar biasa! Dan cara yang tidak biasa itu adalah memaksimalkan border tourism," pungkas Menpar Arief Yahya.
Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung mengatakan, Kemenpar akan melakukan promosi bersama pasar PLBN di Aruk, Badau, dan Entikong. Tujuannya, untuk menjangkau target wisatawan mancanagera (wisman) melalui pintu perbatasan.
"Pasar-pasar di perbatasan sudah sustainable. Selain itu program ini dapat menjaring pangsa pasar secara masif. Jumlahnya dapat mencapai 7.000 wisman setiap minggunya. Program ini terbilang murah meriah," ujar Adella Raung.
Adella Raung menjelaskan, dengan memanfaatkan pasar PLBN yang sudah ada, program ini menjadi pusat pemberdayaan masyarakat setempat. Dimana masyarakat dapat memanfaatkan pasar ini untuk berjualan menambah penghasilan.
Pasar perbatasan Entikong misalnya, nantinya terdiri dari pasar tradisional 2.729 m2 dan pasar modern seluas 3.786 meter persegi. Pasar tradisional ini memiliki kios sebanyak 52 unit, lapak 48 unit dan pusat makanan. Sementara total luas seluruh kawasan mencapai 37.068 meter persegi.
"Pasar modern akan diisi 30 unit gerai modern, 5 unit toko, lengkap dengan fasilitas ATM dan food court," tambahnya.
Dikatakannya, bahwa adanya FGD cross border yang juga sudah digelar di beberapa daerah dalam rangka mengejar target-target pemerintah dalam jumlah kunjungan wisata.
"Target pemerintah kita dari sektor pariwisata adalah 15 persen menghasilkan devisa negara yakni Rp240 triliun. Selain itu kotribusi kesempatan kerja sebesar 13 juta tenaga kerja dan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta. Pemerintah ingin juga daya saing kita berada di peringkat 30 di dunia," kata dia.
Pada FGD kali ini, tidak hanya membahas Weekend Market Cross Border. Namun Ada juga Co-Branding bus DAMRI dengan membungkus beberapa rute utama bus DAMRI dengan branding Wonderful Indonesia.
Metode ini dianggap potensial untuk mempengaruhi pasar. Karena dengan cara ini diyakini akan semakin mendekatkan target wisman dengan berbagai destinasi dan program di perbatasan. Apalagi rute yang dipilih adalah rute strategis. Yang pertama ada rute Pontianak-Kuching via Entikong. Serta rute Singkawang-Kuching via Aruk.
"Dengan promosi mobile akan menjangkau lebih banyak audience karena branding yang dilakukan akan terus bergerak. Selain itu juga mudah ditangkap audience tanpa mengganggu aktivitas," terang Adella.
Optimalisasi pasar wisman di kawasan perbatasan Malaysia oleh Kemenpar sangat realistis. Dengan target 2,9 juta wisman tentunya tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan masuknya wisman Malaysia via jalur udara.
"Dengan total 2.915 penerbangan dari Malasia ke Indonesia di tahun 2019, efektif nya hanya dapat mencakup 1.871.744 wisatawan. Yang artinya kita masih kurang 1.028.256 wisman. Ini bisa kita optimalkan lewat border area. Karena Cross Border Tourism adalah cara berwisata yang dekat, murah, dan mudah," papar Adella.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku sudah melihat proses pembangunan pasar di PLBN Entikong yang sudah mencapai 90 persen. Dirinya akan membuat tim kecil yang akan fokus menggarap Co-branding pasar cross border.
"Saya sudah lihat yang di PLBN Entikong. Bagus banget. Megah mewah. Pertanyaan berikutnya setelah ini mau ngapain? Yang paling memungkinkan membuat pasar berstandar internasional. Benchmark-nya bs Changi atau bandara Dubai. Bisa combine antara UMKM dan barang branded," jelas Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menambahkan, program Co-branding ini sekaligus mendukung program yang selama ini dilakukan. Seperti program Crossborder Event. Sebuah program yang menciptakan kantung-kantung destinasi baru yang digerakkan melalui even.
"Yang pasti kita akan maksimalkan setiap kesempatan untuk mendulang wisman di perbatasan. Saya berkeyakinan bahwa hanya dengan cara yang tidak biasa, kita bisa mendapatkan hasil yang luar biasa! Dan cara yang tidak biasa itu adalah memaksimalkan border tourism," pungkas Menpar Arief Yahya.
(akn)