Festival Seribu Hentakan Alat Tenun
A
A
A
FLORES TIMUR - Anda yang menggemari kain tradisional tenun dari Flores Timur, jangan lewatkan Festival Bale Nagi. Festival ini menghadirkan seribu penenun Lamaholot, digelar di Taman Kota Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur, Selasa (23/4/2019).
Festival dihadiri oleh Bupati Flotim, Wakil Bupati Flotim, Asisten III Provinsi NTT, Sekda Flores Timur, Kadis Pariwisata Provinsi NTT, Direktur STIP Bali, Raja Larantuka, Wakaplores Flores Timur, Dandim Flores Timur, Ketua PKK Kabupaten Flores Timur, Para Kepala Dinas Kabupaten Flores Timur, para camat dan tamu undangan.
Para peserta festival adalah emak-emak penenun dari setiap kecamatan di Kabupaten Flores Timur, yaitu Kecamatan Adonara Timur, Adonara Barat, Tengah, Witihamana, Klubagolit, Wotanwulamado, Kecamatan Solor Timur, Kecamatan Solor Selatan, Kecamatan Solor Barat,
Kecamatan Larantuka, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Demon Pagong, Kecamatan Lewolema, Kecamatan Wulanggitang, Kecamatan Ile Bura, Titehena, Kecamatan Tanjung Bunga.
Semua penenun mengenakan kwatek, sedangkan para lelaki memakai nowing bermain musik tradisional mengiringi para penenun. Semua hadir dengan corak dan ciri kain tenun masing-masing, meskipun ada juga kain dengan corak mirip.
Emak-emak penenun duduk dalam kelompok yang terbagi dengan masing-masing kecamatan. Paling barat ada penenun dari kecamatan Wulanggitang, di Ikuti Titehena, dan selanjutnya paling ujung timur ada kelompok penenun dari kecamatan Ile Boleng. Di setiap kelompok terdapat juga stan yang menjual dan memamerkan sarung dan tenunan siap beli.
Dalam kesempatan membuka festival, Bupati Flotim mengatakan, festival ini dilaksanakan untuk menjaga dan merawat budaya. "Tenun ikat flores timur yang banyak jumlahnya, sarat akan nilai dan menjadi saksi sejarah haruslah dilestarikan," ujar Buapti Flotim.
Festival juga bertujuan memberdayakan usaha-usaha di bidang tenun agar terus berkembang. Selain menjaga warisan budaya, ada juga nilai ekonomi yang perlu untuk dikembangkan. Para ASN di kabupaten Flores Timur wajib mengenakan nowing dan kwatek. Mereka paling tidak memiliki dua lembar sarung guna mengambil sisi komersil demi membantu para penenun dan upaya pemerintah daerah untuk mempertahankan keberadaan kain tenun dengan mengharuskan ASN mengenakan nowing dan kwatek.
Festival ini juga mengajak masyarakat mengetahui proses pembuatan kain tenun, mulai dari kapas menjadi benang, benang diwarnai, hingga menjadi sebuah kain tenun.
Gubernur NTT, yang diwakili oleh asisten III menyampaikan dukungan penuh atas penyelenggaraan kegiatan festival tenun tersebut. Apresisasi tinggi diberikan pemerintah Provinsi NTT kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur atas prioritas dalam menjaga dan melestarikan aset budaya dan tradisi dengan melaksanakan festival kain tenun.
Festival turut dimeriahkan dengan beberapa tarian tradisional yang dibawakan oleh masyarkat desa Hewa dan peragaan busana oleh Oa Pariwisata. Ada juga stan-stan yang menawarkan kopi, makanan, dan produk-produk kerajinan tangan seperti tas dan vas bunga berjejer di sana.
Festival dihadiri oleh Bupati Flotim, Wakil Bupati Flotim, Asisten III Provinsi NTT, Sekda Flores Timur, Kadis Pariwisata Provinsi NTT, Direktur STIP Bali, Raja Larantuka, Wakaplores Flores Timur, Dandim Flores Timur, Ketua PKK Kabupaten Flores Timur, Para Kepala Dinas Kabupaten Flores Timur, para camat dan tamu undangan.
Para peserta festival adalah emak-emak penenun dari setiap kecamatan di Kabupaten Flores Timur, yaitu Kecamatan Adonara Timur, Adonara Barat, Tengah, Witihamana, Klubagolit, Wotanwulamado, Kecamatan Solor Timur, Kecamatan Solor Selatan, Kecamatan Solor Barat,
Kecamatan Larantuka, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Demon Pagong, Kecamatan Lewolema, Kecamatan Wulanggitang, Kecamatan Ile Bura, Titehena, Kecamatan Tanjung Bunga.
Semua penenun mengenakan kwatek, sedangkan para lelaki memakai nowing bermain musik tradisional mengiringi para penenun. Semua hadir dengan corak dan ciri kain tenun masing-masing, meskipun ada juga kain dengan corak mirip.
Emak-emak penenun duduk dalam kelompok yang terbagi dengan masing-masing kecamatan. Paling barat ada penenun dari kecamatan Wulanggitang, di Ikuti Titehena, dan selanjutnya paling ujung timur ada kelompok penenun dari kecamatan Ile Boleng. Di setiap kelompok terdapat juga stan yang menjual dan memamerkan sarung dan tenunan siap beli.
Dalam kesempatan membuka festival, Bupati Flotim mengatakan, festival ini dilaksanakan untuk menjaga dan merawat budaya. "Tenun ikat flores timur yang banyak jumlahnya, sarat akan nilai dan menjadi saksi sejarah haruslah dilestarikan," ujar Buapti Flotim.
Festival juga bertujuan memberdayakan usaha-usaha di bidang tenun agar terus berkembang. Selain menjaga warisan budaya, ada juga nilai ekonomi yang perlu untuk dikembangkan. Para ASN di kabupaten Flores Timur wajib mengenakan nowing dan kwatek. Mereka paling tidak memiliki dua lembar sarung guna mengambil sisi komersil demi membantu para penenun dan upaya pemerintah daerah untuk mempertahankan keberadaan kain tenun dengan mengharuskan ASN mengenakan nowing dan kwatek.
Festival ini juga mengajak masyarakat mengetahui proses pembuatan kain tenun, mulai dari kapas menjadi benang, benang diwarnai, hingga menjadi sebuah kain tenun.
Gubernur NTT, yang diwakili oleh asisten III menyampaikan dukungan penuh atas penyelenggaraan kegiatan festival tenun tersebut. Apresisasi tinggi diberikan pemerintah Provinsi NTT kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur atas prioritas dalam menjaga dan melestarikan aset budaya dan tradisi dengan melaksanakan festival kain tenun.
Festival turut dimeriahkan dengan beberapa tarian tradisional yang dibawakan oleh masyarkat desa Hewa dan peragaan busana oleh Oa Pariwisata. Ada juga stan-stan yang menawarkan kopi, makanan, dan produk-produk kerajinan tangan seperti tas dan vas bunga berjejer di sana.
(akn)