Kemenpar Dorong Pengelolaan Konservasi Berkelanjutan di TN Komodo
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus mendorong pengelolaan konservasi berkelanjutan Taman Nasional (TN) Komodo menuju tujuan ekowisata kelas dunia. Semangat itu sangat terlihat di acara Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Wisata Alam di TN Komodo dan Labuan Bajo yang digelar, Selasa (7/5/2019).
Menurut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Kementerian Pariwisata David Makes, wisata alam saat ini sudah sangat menjadi andalan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Oleh karena itu, pariwisata berkelanjutan di Taman Nasional Komodo sangat penting untuk menjaga kunjungan Wisman ke Tanah Air.
"Peningkatannya sangat fantastis, wisata alam tahun 2015 lalu menyumbang 1,8 juta wisatawan sekarang ditarget 1,5 juta pengunjung di tahun 2019 ini. Oleh karena itu FGD ini sangat penting untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan dengan kerja sama semua pihak yang terkait dengan Taman Nasional Komodo," kata David dalam sambutannya.
Seperti diketahui, FGD ini diusung oleh Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar.
"Dari FGD ini saya berharap semua satu persepsi untuk mengembangkan wisata alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo. Mari kita kurangi perdebatan yang tidak bermanfaat, sudah seharusnya kita berpegangan tangan untuk kemajuan Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo. Kita harus sama bersinergitas dan harmonisasi," kata David yang disambut tepuk tangan meriah para peserta.
David membeberkan, praktik manajemen dan pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktivitas pariwisata di semua jenis destinasi awisata, termasuk pariwisata massal dan berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya.
Prinsip-prinsip keberlanjutan mengacu pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya dari suatu destinasi wisata. Untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang, maka keseimbangan antar tig dimensi tersebut harus dibangun dengan baik. "Dan ini harus dilakukan dengan semangat Indonesia Incorporated," katanya.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani mengucapkan terima kasih atas kehadiran narasumber dan peserta yang hadir di acara tersebut. Giri mengatakan bahwa pihaknya mengadakan FGD ini dengan tema Penyatuan Persepsi Arah Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo untuk 5 (lima) Tahun Kedepan.
"Kita sudah sama-sama mengetahui jika pariwisata merupakan sektor unggulan Indonesia. Sektor yang mampu menjadi pengungkit perekonomian makro secara konkret. Karena seperti yang selalu diungkapkan Pak Menteri Pariwisata Arief Yahya semakin dilestarikan maka semakin menyejahterakan," kata Giri.
Sekadar informasi, Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 hektare. Dari luas wilayah tersebut, terdapat tiga desa yang berada di dalam TN Komodo. Yaitu Desa Komodo, Pasir Panjang (Rinca), dan Papagarang.
Lebih jauh Giri menyatakan, upaya untuk mengangkat destinasi TN Komodo dan Labuan Bajo butuh peran berbagai pihak. Antara lain komunitas lokal sebagai salah satu komponen penting dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.
“Masyarakat lokal memegang peran penting dalam proses pengembangan pariwisata, baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan. Komunitas lokal juga memiliki hak dan peluang untuk berpartisipasi dalam bisnis pariwisata. Misalnya akomodasi, kuliner, informasi, transportasi, fasilitas dan layanan,” kata Giri.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, dengan destinasi super prioritas seperti Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo, NTT bisa saja bertransformasi sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional.
Sejauh ini, NTT memiliki target utama wisatawan mancanegara, antara lain dari Singapura, Malaysia, dan Australia. Sementara untuk pasar unggulan meliputi wisatawan asal China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, USA, UK, dan Prancis.
Adapun pasar wisman potensial, ada India, Netherlands, Timur Tengah, Jerman, dan Russia. Sedangkan untuk pasar wisatawan nusantara, banyak berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB.
"Selamat melaksanakan FGD, silakan terapkan semua arahan dan masukan para narasumber. Kemenpar selalu berusaha menghadirkan narasumber yang kompeten dalam setiap acara FGD di Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan kami. Semangat Indonesia Incorporated sangat dibutuhkan untuk mengembangkan pariwisata Indonesia," katanya.
Menurut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Kementerian Pariwisata David Makes, wisata alam saat ini sudah sangat menjadi andalan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Oleh karena itu, pariwisata berkelanjutan di Taman Nasional Komodo sangat penting untuk menjaga kunjungan Wisman ke Tanah Air.
"Peningkatannya sangat fantastis, wisata alam tahun 2015 lalu menyumbang 1,8 juta wisatawan sekarang ditarget 1,5 juta pengunjung di tahun 2019 ini. Oleh karena itu FGD ini sangat penting untuk menciptakan pariwisata berkelanjutan dengan kerja sama semua pihak yang terkait dengan Taman Nasional Komodo," kata David dalam sambutannya.
Seperti diketahui, FGD ini diusung oleh Asdep Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar.
"Dari FGD ini saya berharap semua satu persepsi untuk mengembangkan wisata alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo. Mari kita kurangi perdebatan yang tidak bermanfaat, sudah seharusnya kita berpegangan tangan untuk kemajuan Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo. Kita harus sama bersinergitas dan harmonisasi," kata David yang disambut tepuk tangan meriah para peserta.
David membeberkan, praktik manajemen dan pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktivitas pariwisata di semua jenis destinasi awisata, termasuk pariwisata massal dan berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya.
Prinsip-prinsip keberlanjutan mengacu pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya dari suatu destinasi wisata. Untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang, maka keseimbangan antar tig dimensi tersebut harus dibangun dengan baik. "Dan ini harus dilakukan dengan semangat Indonesia Incorporated," katanya.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani mengucapkan terima kasih atas kehadiran narasumber dan peserta yang hadir di acara tersebut. Giri mengatakan bahwa pihaknya mengadakan FGD ini dengan tema Penyatuan Persepsi Arah Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo untuk 5 (lima) Tahun Kedepan.
"Kita sudah sama-sama mengetahui jika pariwisata merupakan sektor unggulan Indonesia. Sektor yang mampu menjadi pengungkit perekonomian makro secara konkret. Karena seperti yang selalu diungkapkan Pak Menteri Pariwisata Arief Yahya semakin dilestarikan maka semakin menyejahterakan," kata Giri.
Sekadar informasi, Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 hektare. Dari luas wilayah tersebut, terdapat tiga desa yang berada di dalam TN Komodo. Yaitu Desa Komodo, Pasir Panjang (Rinca), dan Papagarang.
Lebih jauh Giri menyatakan, upaya untuk mengangkat destinasi TN Komodo dan Labuan Bajo butuh peran berbagai pihak. Antara lain komunitas lokal sebagai salah satu komponen penting dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.
“Masyarakat lokal memegang peran penting dalam proses pengembangan pariwisata, baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan. Komunitas lokal juga memiliki hak dan peluang untuk berpartisipasi dalam bisnis pariwisata. Misalnya akomodasi, kuliner, informasi, transportasi, fasilitas dan layanan,” kata Giri.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, dengan destinasi super prioritas seperti Taman Nasional Komodo dan Labuan Bajo, NTT bisa saja bertransformasi sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional.
Sejauh ini, NTT memiliki target utama wisatawan mancanegara, antara lain dari Singapura, Malaysia, dan Australia. Sementara untuk pasar unggulan meliputi wisatawan asal China, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, USA, UK, dan Prancis.
Adapun pasar wisman potensial, ada India, Netherlands, Timur Tengah, Jerman, dan Russia. Sedangkan untuk pasar wisatawan nusantara, banyak berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB.
"Selamat melaksanakan FGD, silakan terapkan semua arahan dan masukan para narasumber. Kemenpar selalu berusaha menghadirkan narasumber yang kompeten dalam setiap acara FGD di Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan kami. Semangat Indonesia Incorporated sangat dibutuhkan untuk mengembangkan pariwisata Indonesia," katanya.
(alf)