Tingkatkan Imajinasi Melalui Floating Utopias di Marina Bay Sands
A
A
A
SINGAPURA - ArtScience Museum membuka kesempatan kepada para pengunjung untuk berjalan-jalan ke dunia alternatif, Floating Utopias melalui pameran terbaru yang akan dibuka pada 25 Mei nanti.Floating Utopias merupakan pameran yang riang nan puitis, yang mengeksplorasi sejarah sosial dari beragam objek tiup, hingga memperlihatkan bagaimana mereka telah berkontribusi dalam karya seni, arsitektur, dan kegiatan sosial selama beberapa dekade terakhir.
Pengunjung dapat menantikan pengalaman visual yang memukau melalui lebih dari 40 karya seni yang dirancang oleh sedikitnya 15 seniman lokal dan internasional, termasuk Ant Farm, Tools for Action (Artur van Balen dan Tomas Espinosa), Eventstructure Research Group, Anna Hoetjes, Luke Jerram, Franco Mazzucchelli, Ahmet Ogut, Marco Barotti, Tomas Saraceno, Graham Stevens, The Yes Men, dan UFO.
Hasil karya yang mengesankan dari beragam objek tiup tersebut akan disampaikan melalui delapan patung berskala besar berisi udara dan tergantung di dalam galeri, menciptakan serangkaian momentum yang dramatis di sepanjang pameran. Floating Utopias mengajak pengunjung bereksplorasi bagaimana penemuan penting ini membentuk pemahaman atas dunia dan tempat tinggal kita di dalamnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah balon dapat menjadi sumber daya tarik publik di abad ke-18 dan 19, yang mampu menginspirasi berbagai penemuan baru dalam perjalanan dan komunikasi, serta mendorong inovasi ilmiah.Hal tersebut merekam bagaimana para arsitek di generasi baru mulai melakukan eksperimental menggunakan struktur karet pada 1960-an dengan melakukan pendekatan dalam merancang ruang. Serta, menggali karya para seniman yang telah menggunakan berbagai objek tiup dengan cara nyata, tak terduga atau pun tidak konvensional.Sepanjang pameran, foto-foto, dokumen, dan pertunjukan film menunjukkan bagaimana objek tiup telah digunakan untuk tujuan politik, secara historis dalam parade dan kenegaraan, dan di masa yang lebih kontemporer, oleh aktivis sebagai alat untuk protes.
"Di Singapura, Floating Utopias dapat disaksikan langsung hanya di ArtScience Museum. Seperti halnya pertunjukan khas kami, pameran ini menggabungkan puisi dan politik, pedagogi dan permainan, inovasi teknologi dan kecerdasan artistik. Pada intinya, Floating Utopias adalah serangkaian pertemuan antar karya seni objek tiup yang menakjubkan dan dramatis, yang menempati ruang galeri ArtScience Museum," jelas Direktur Eksekutif ArtScience Museum, Honor Harger melalui keterangan resmi yang kepada SINDOnews.
"Patung-patung yang melayang di udara, dikompresi ke dalam ruang dengan komposisi dan sudut yang luar biasa. Karya-karya seni yang dipamerkan secara beragam mampu menginspirasi, mengganggu, membatasi, dan memberanikan pengunjung untuk menjelajahi sejarah objek tiup, serta fungsi sosial dan bagaimana mereka telah mengubah cara kita memandang dunia," lanjutnya.
Floating Utopias akan berlangsung dari 25 Mei hingga 29 September 2019. Pameran ini diselenggarakan Museum ArtScience dan Floating Utopias Foundation, bekerja sama dengan Neue Gesellschaft für bildende Kunst, sebuah asosiasi seni Jerman. Sementara untuk tiket tersedia untuk pembelian di semua box office dan situs web Marina Bay Sands.
Pengunjung dapat menantikan pengalaman visual yang memukau melalui lebih dari 40 karya seni yang dirancang oleh sedikitnya 15 seniman lokal dan internasional, termasuk Ant Farm, Tools for Action (Artur van Balen dan Tomas Espinosa), Eventstructure Research Group, Anna Hoetjes, Luke Jerram, Franco Mazzucchelli, Ahmet Ogut, Marco Barotti, Tomas Saraceno, Graham Stevens, The Yes Men, dan UFO.
Hasil karya yang mengesankan dari beragam objek tiup tersebut akan disampaikan melalui delapan patung berskala besar berisi udara dan tergantung di dalam galeri, menciptakan serangkaian momentum yang dramatis di sepanjang pameran. Floating Utopias mengajak pengunjung bereksplorasi bagaimana penemuan penting ini membentuk pemahaman atas dunia dan tempat tinggal kita di dalamnya.
Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah balon dapat menjadi sumber daya tarik publik di abad ke-18 dan 19, yang mampu menginspirasi berbagai penemuan baru dalam perjalanan dan komunikasi, serta mendorong inovasi ilmiah.Hal tersebut merekam bagaimana para arsitek di generasi baru mulai melakukan eksperimental menggunakan struktur karet pada 1960-an dengan melakukan pendekatan dalam merancang ruang. Serta, menggali karya para seniman yang telah menggunakan berbagai objek tiup dengan cara nyata, tak terduga atau pun tidak konvensional.Sepanjang pameran, foto-foto, dokumen, dan pertunjukan film menunjukkan bagaimana objek tiup telah digunakan untuk tujuan politik, secara historis dalam parade dan kenegaraan, dan di masa yang lebih kontemporer, oleh aktivis sebagai alat untuk protes.
"Di Singapura, Floating Utopias dapat disaksikan langsung hanya di ArtScience Museum. Seperti halnya pertunjukan khas kami, pameran ini menggabungkan puisi dan politik, pedagogi dan permainan, inovasi teknologi dan kecerdasan artistik. Pada intinya, Floating Utopias adalah serangkaian pertemuan antar karya seni objek tiup yang menakjubkan dan dramatis, yang menempati ruang galeri ArtScience Museum," jelas Direktur Eksekutif ArtScience Museum, Honor Harger melalui keterangan resmi yang kepada SINDOnews.
"Patung-patung yang melayang di udara, dikompresi ke dalam ruang dengan komposisi dan sudut yang luar biasa. Karya-karya seni yang dipamerkan secara beragam mampu menginspirasi, mengganggu, membatasi, dan memberanikan pengunjung untuk menjelajahi sejarah objek tiup, serta fungsi sosial dan bagaimana mereka telah mengubah cara kita memandang dunia," lanjutnya.
Floating Utopias akan berlangsung dari 25 Mei hingga 29 September 2019. Pameran ini diselenggarakan Museum ArtScience dan Floating Utopias Foundation, bekerja sama dengan Neue Gesellschaft für bildende Kunst, sebuah asosiasi seni Jerman. Sementara untuk tiket tersedia untuk pembelian di semua box office dan situs web Marina Bay Sands.
(nug)