Kemenpar Gelar Workshop Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Halal di Aceh
A
A
A
BANDA ACEH - Kementerian Pariwisata menggelar workshop Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Halal di Hotel Kyriad Muara Banda Aceh, Selasa (21/5/2019). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi pengembangan destinasi wisata di Provinsi Aceh.
Hadir pada kegiatan tersebut, antara lain Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Lokot Ahmad Enda, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh Suburhan, Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Aceh Iskandarsyah Madjid, Tim Percepatan Pariwisata Halal Kemenpar Sumaryadi dan sejumlah perwakilan dari kabupaten/ kota se-Provinsi Aceh.
Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Lokot Ahmad Enda mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan pariwisata halal di Provinsi Aceh yang sebelumnya sudah disusun pada desain, strategi dan rencana aksi dengan pihak-pihak terkait.
"Sebagaimana yang kita tahu, Aceh berhasil meraih juara II dalam Indonesia Muslim Travel Index tahun 2018. Kita ingin skor Aceh bisa ditingkatkan pada tahun-tahun selanjutnya. Sehingga mungkin bisa menempati posisi pertama sebagai daerah pariwisata halal," ujarnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh , Suburhan,SH menyatakan, Aceh akan terus mengembangkan potensi sebagai destinasi halal unggulan dengan menjunjung budaya dan nilai-nilai syariah. Termasuk di dalamnya menyediakan produk makanan halal dan usaha pariwisata bersertifikat halal.
"Pembenahan Aceh sebagai destinasi halal unggulan tetap ditingkatkan. Peran seluruh pelaku pariwisata, baik jajaran pemerintah maupun pelaku usaha, akan dimaksimalkan demi memberikan pelayanan kepada wisatawan," jelasnya.
Menurutnya, ada beberapa strategi dalam rangka pengembangan wisata halal di Aceh. Antara lain penyusunan roadmap, pembentukan tim percepatan wisata halal, serta standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata halal. Kemudian penyiapan destinasi wisata halal, penyiapan SDM, dan promosi.
Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Aceh Iskandarsyah Madjid menambahkan, sertifikasi usaha pariwisata halal sangat diperlukan sebagai jaminan bahwa destinasi yang disiapkan benar-benar muslim friendly. Dalam hal ini menyangkut semua hal. Mulai dari perjalanan hingga ke hotel atau penginapan termasuk kulinernya.
"Dengan adanya sertifikasi halal, ini semakin menguatkan pada wisatawan bahwa destinasi yang kita jual 100 persen halal. Jadi tidak ada alasan lagi untuk was-was," ungkapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan pergerakan muslim traveler di dunia semakin luar biasa. Tak heran jika Indonesia punya komitmen tinggi untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal. Tentu saja, ini merupakan semangat dan ide brilian karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.
“Indonesia memiliki peluang besar untuk tampil sebagai destinasi wisata halal unggulan. Terlebih, Indonesia memiliki daya tarik pariwisata yang beragam dan sudah berkembang. Bukan itu saja, muslim friendly amenities seperti halnya hotel, restoran dan lain-lain juga sudah mulai berkembang,” tegasnya.
Hadir pada kegiatan tersebut, antara lain Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Lokot Ahmad Enda, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh Suburhan, Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Aceh Iskandarsyah Madjid, Tim Percepatan Pariwisata Halal Kemenpar Sumaryadi dan sejumlah perwakilan dari kabupaten/ kota se-Provinsi Aceh.
Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Lokot Ahmad Enda mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan pariwisata halal di Provinsi Aceh yang sebelumnya sudah disusun pada desain, strategi dan rencana aksi dengan pihak-pihak terkait.
"Sebagaimana yang kita tahu, Aceh berhasil meraih juara II dalam Indonesia Muslim Travel Index tahun 2018. Kita ingin skor Aceh bisa ditingkatkan pada tahun-tahun selanjutnya. Sehingga mungkin bisa menempati posisi pertama sebagai daerah pariwisata halal," ujarnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh , Suburhan,SH menyatakan, Aceh akan terus mengembangkan potensi sebagai destinasi halal unggulan dengan menjunjung budaya dan nilai-nilai syariah. Termasuk di dalamnya menyediakan produk makanan halal dan usaha pariwisata bersertifikat halal.
"Pembenahan Aceh sebagai destinasi halal unggulan tetap ditingkatkan. Peran seluruh pelaku pariwisata, baik jajaran pemerintah maupun pelaku usaha, akan dimaksimalkan demi memberikan pelayanan kepada wisatawan," jelasnya.
Menurutnya, ada beberapa strategi dalam rangka pengembangan wisata halal di Aceh. Antara lain penyusunan roadmap, pembentukan tim percepatan wisata halal, serta standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata halal. Kemudian penyiapan destinasi wisata halal, penyiapan SDM, dan promosi.
Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Aceh Iskandarsyah Madjid menambahkan, sertifikasi usaha pariwisata halal sangat diperlukan sebagai jaminan bahwa destinasi yang disiapkan benar-benar muslim friendly. Dalam hal ini menyangkut semua hal. Mulai dari perjalanan hingga ke hotel atau penginapan termasuk kulinernya.
"Dengan adanya sertifikasi halal, ini semakin menguatkan pada wisatawan bahwa destinasi yang kita jual 100 persen halal. Jadi tidak ada alasan lagi untuk was-was," ungkapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan pergerakan muslim traveler di dunia semakin luar biasa. Tak heran jika Indonesia punya komitmen tinggi untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal. Tentu saja, ini merupakan semangat dan ide brilian karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.
“Indonesia memiliki peluang besar untuk tampil sebagai destinasi wisata halal unggulan. Terlebih, Indonesia memiliki daya tarik pariwisata yang beragam dan sudah berkembang. Bukan itu saja, muslim friendly amenities seperti halnya hotel, restoran dan lain-lain juga sudah mulai berkembang,” tegasnya.
(alf)