Review Film Aladdin

Rabu, 22 Mei 2019 - 21:30 WIB
Review Film Aladdin
Review Film Aladdin
A A A
Disney terus berusaha menghidupkan film-film animasi klasik mereka dalam bentuk live action dalam beberapa tahun ini. Salah satunya adalah Aladdin. Dibintangi Mena Massoud sebagai tokoh pencuri lihai dari Agrabah, Aladdin awalnya disambut dengan cukup skeptis.

Kritikan awal yang dialamatkan ke film ini adalah masalah casting. Mena dianggap kurang ganteng sebagai Aladdin. Sementara, tokoh fenomenal lain dari film ini, Jin Biru, diberikan kepada Will Smith. Banyak yang skeptis jika Will akan mampu memerankan tokoh ini sesuai tokoh kartunnya yang disulihsuarakan mendiang Robin Williams. Selain itu, pemilihan Guy Ritchie sebagai sutradara juga dianggap aneh. Guy dinilai bukan orang yang pas menukangi film semacam ini. Benarkah anggapan ini?

Bukan perkara mudah menghidupkan sebuah film animasi yang sangat disukai penggemar menjadi sebuah film live action dengan aktor sungguhan di dalamnya. Guy tampaknya berusaha keras membuat film ini benar-benar hidup dengan pemilihan warna latar dan juga setting tempat. Dia membuat Agrabah menjadi sebuah istana megah di tengah gurun pasir yang penuh warna-warna cerah.

Tak hanya itu, Guy mengubah sedikit cerita asli dari Aladdin versi animasi ke Aladdin versi live-action ini. Jika di Aladdin 1992, cerita dimulai dari Jafar, maka di versi live-action ini, ceritanya dimulai dari Aladdin yang sedang beraksi sebagai copet dan pencuri di pasar sebelum bertemu Putri Jasmine yang sedang menyamar sebagai rakyat biasa. Guy sepertinya mengambil cerita Aladdin ini dari buku dongeng 1001 Malam.

Meski terjadi perbedaan dengan cerita di Aladdin 1992, tapi Aladdin 2019 ini tetap menarik. Guy memberikan banyak warna cerah dengan CGI yang mengesankan serta pendalaman karakter yang tidak banyak tereksplorasi di versi kartunnya. Sama seperti inti cerita aslinya, film live action Aladdin ini tetap pada jalurnya mengisahkan kisah Aladdin, seorang pencuri jalanan, yang jatuh cinta kepada Putri Jasmine, putri Sultan Agrabah. Dia kemudian mendapatkan pertolongan Jin Biru yang tinggal di dalam lampu ajaib untuk mendapatkan hati sang Putri.

Memerankan Aladdin, Mena Massoud awalnya dikritik orang karena dianggap kurang tampan. Yup, versi kartun tokoh ini memang lumayan tampan. Wajah Mena dianggap jauh dari perwujudan tokoh film animasinya. Sebagai informasi, tokoh Aladdin versi kartun didesain dengan elemen dari wajah Tom Cruise plus model Calvin Klein. Namun, ketika Anda menyaksikan film versi live action ini, muka Mena bukanlah sebuah masalah. Aktor asal Kanada ini bisa merepresentasikan Aladdin yang cerdik dan lihai dalam mencuri bersama monyet peliharaannya, Abu, tapi juga jadi canggung, aneh dan bertingkah menggelikan. Dia pun mampu memberikan hiburan tersendiri dengan Aladdin yang dia repsentasikan. Lantas bagaimana dengan suaranya?

Di film ini, Mena dituntut untuk bisa menyanyi. Memang, awalnya suaranya terasa kasar karena dia tidak punya basic sebagai penyanyi. Namun, ketika tiba saatnya menyanyikan lagu A Whole New World, hasilnya lumayan. Ya, memang tak semerdu suara Zayn Malik, tapi masih bisa dinikmati.

Sementara, karakter Jin Biru yang diperankan Will Smith memang mencuri perhatian. Namun, tidak mungkin membandingkan karakter ini dengan versi kartunnya yang disulihsuarakan Robin Williams. Meski sudah berusaha melakukan yang terbaik, tapi CGI membuat tokoh Jin Biru ini agak aneh. Dia justru terlihat baik ketika menjadi Jin dengan kulit asli Will. Di film ini, Will pun menampilkan kepiawaiannya menyanyi. Ada dua lagu dari Aladdin asli yang dia nyanyikan dan tentu sudah akrab di telinga para penggemar. Friend Like Me dan Prince Ali tampil sangat menghibur. Sementara, plot kisah asmara antara Jin dan dayang Jasmine memberi aspek segar di film ini.

Di film ini, Jasmine adalah jantungnya. Dia tampil sebagai sosok putri pemberani yang meski terkekang dengan aturan istana, berusaha keras untuk memperlihatkan bahwa dia adalah sosok yang layak memimpin istana di hadapan ayahnya. Jasmine digambarkan sebagai sosok pendobrak aturan bahwa dia tidak bisa menjadi sultan dan harus menikahi seorang pangeran. Banyak adegan emosional yang ditampilkan Jasmine di film ini dan Naomi Scott memerankannya dengan cukup baik.

Sebagai Jafar, Marwan Kenzari justru tidak banyak mendapatkan panggung. Sosoknya baru benar-benar keluar di bagian klimaks film ini dengan memperlihatkan betapa jahatnya dirinya. Sementara, burung kakaktua peliharaannya, Iago, justru terlihat lebih baik dibanding dengan versi animasinya. Dia tidak hanya sekadar mengulang kata-kata, tapi bisa mengucapkan kata versinya sendiri.

Secara keseluruhan, film ini menyajikan lebih banyak pendalaman karakter dibanding film aslinya. Selain ceritanya yang kuat, film ini juga tampil menghibur dengan sajian musik-musik ceria, tarian dan juga busana warna warni yang memikat.

Aladdin, meski banyak kurang di sana sini, tetap menjadi tontonan yang menghibur dengan membawa penontonnya berpetualang dengan naik karpet ajaib di Agrabah.

Aladdin sudah bisa ditonton di bioskop kesayangan Anda. Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4189 seconds (0.1#10.140)