Pemutih Rumah Tangga Dapat Meningkatkan Risiko Paru-paru Kronis

Jum'at, 24 Mei 2019 - 19:07 WIB
Pemutih Rumah Tangga...
Pemutih Rumah Tangga Dapat Meningkatkan Risiko Paru-paru Kronis
A A A
JAKARTA - Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sekelompok kondisi yang menghalangi aliran udara paru-paru dan menyebabkan masalah pernapasan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa produk pembersih umum dapat secara signifikan meningkatkan risiko penyakit ini.

Meski merokok mungkin merupakan faktor risiko terbesar untuk mengembangkan Chronic obstuctive pulmonary disease (COPD), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan bahwa paparan polutan udara di rumah dan tempat kerja juga menjadi faktor risiko utama COPD.

Studi sebelumnya melihat hubungan antara masalah pernapasan dan penggunaan disinfektan. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa orang dewasa muda yang menggunakan disinfektan rumah tangga lebih dari dua kali lebih mungkin mengembangkan asma daripada mereka yang tidak.

Sementara, studi lain menemukan bahwa pembersih memiliki risiko lebih tinggi terkena COPD. Penelitian ini melibatkan lebih dari 55.000 perawat yang terdaftar di Nurses Health Study II (NHS II) yang merupakan salah satu penelitian terbesar yang pernah dilakukan tentang risiko penyakit kronis pada wanita.

Dilansir Independent, NHS II dimulai pada 1989 dan dilakukan oleh para peneliti di Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School, keduanya di Boston, MA. Untuk penelitian terbaru, Dr. Dumas dan tim memilih perawat yang bekerja tanpa riwayat COPD pada saat pendaftaran dan mengikuti mereka selama 8 tahun, dari 2009 hingga 2017.

Paparan terhadap desinfektan dinilai menggunakan kuesioner dan matriks yang mengkategorikan desinfektan yang diekspos oleh peserta sesuai dengan pekerjaan atau tugas mereka. Disinfektan yang diperiksa termasuk glutaraldehid yang biasanya digunakan untuk mendisinfeksi instrumen medis, pemutih, hidrogen peroksida, dan alkohol.

Para peneliti juga melihat senyawa amonium kuaterner atau quat. Zat ini banyak digunakan untuk mendisinfeksi permukaan yang tidak kritis seperti lantai dan furnitur dan kadang-kadang dapat ditemukan dalam pelembut kain.

"37% perawat menggunakan desinfektan untuk membersihkan permukaan setiap minggu dan 19% menggunakan desinfektan untuk membersihkan instrumen medis setiap minggu," kata Dr. Dumas.

Selama periode tindak lanjut 8 tahun, sebanyak 663 perawat mengembangkan COPD. Untuk menghitung asosiasi potensial, para peneliti menyesuaikan faktor-faktor pembaur yang mungkin seperti merokok, usia, indeks massa tubuh dan latar belakang etnis. Hasilnya ditemukan bahwa perawat yang menggunakan disinfektan untuk membersihkan permukaan secara teratur setidaknya sekali seminggu memiliki risiko 22% lebih tinggi terkena COPD. Risiko meningkat hingga 32% tergantung pada bahan kimia dan frekuensi penggunaannya.

"Beberapa disinfektan ini, seperti pemutih dan quat, sering digunakan dalam rumah tangga biasa, dan dampak potensial dari penggunaan disinfektan rumah tangga pada pengembangan PPOK tidak diketahui. Penting untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut," jelasnya.

Dumas juga mengingatkan bahwa penelitian ini adalah observasional, tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat. "Secara khusus, kita perlu menyelidiki dampak COPD dari paparan pekerjaan seumur hidup terhadap bahan kimia dan mengklarifikasi peran masing-masing desinfektan tertentu," tandasnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0900 seconds (0.1#10.140)