Even Budaya Gawia Sowa Tarik 1.000 Wisman Asal Sarawak Malaysia
A
A
A
BENGKAYANG - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) selalu jeli menggali potensi perbatasan untuk menarik wisatawan. Salah satunya even budaya Gawia Sowa yang mendatangkan suku Dayak dari Sarawak, Malaysia, ke Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya sebanyak 1000 orang.
Atraksi Gawia Sowa adalah agenda tahunan. Even ini digelar masyarakat dayak perbatasan Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Aneka kegiatan dalam Gawia Sowa pun berlangsung heboh, di antaranya, ritual adat sigal paad sadih, parade tari peserta seni dari Sarawak Malaysia, parade tari peserta seni dari Indonesia, tarian sigal bilama’k bersama tamu undangan, dan aneka hiburan.
Wakil Bupati Bengkayang Agustinus Naon mengatakan, Gawia Sowa harus dipandang sebagai suatu konsep kebersamaan seluruh pilar kemasyarakatan. Terutama dalam membangun moralitas, meningkatkan jiwa persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.
"Juga melestarikan budaya leluhur untuk generasi mendatang. Dan sebagai aktivitas kepariwisataan yang menarik di era modern saat ini," ujar Agustinus, Senin (3/6/2019).
Ritual Gawia Sowa ini dilaksanakan untuk menyampaikan ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atau Jubata serta roh leluhur yang diyakini bersemayam di gunung, hutan dan lembah.
Selain ucapan syukur, makna Ritual Gawia Sowa juga memberi sesajian atau persembahan pada benda pusaka yang disimpan dirumah adat yang disebut “Sigal Paad Sadih”.
Menurutnya, keberadaan kampung budaya Bung Kapuak Bijagoi ini memiliki letak strategis. Hal ini karena batas negara memang di Kecamatan Jagoi Babang dan berbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia.
"Letak strategis ini hendaknya mampu kita cermati sebagai peluang. Khususnya mengembangkan berbagai potensi dan sumber daya untuk mendorong tumbuhnya ekonomi masyarakat di perbatasan Jagoi Babang secara khusus dan Indonesia pada umumnya," kata Agustinus.
Di menambahkan, hal ini sejalan dengan cara pandang otonomi daerah saat ini. Berbagai atraksi menarik adalah sumber daya kepariwisataan yang dapat disuguhkan pada wisatawan dalam dan luar negeri.
"Pada momen ini saya berpesan pada kaum Bidayuh Jagoi agar tidak henti-hentinya mengembangkan dan melestarikan budaya leluhur kita. Dengan melaksanakan berbagai even tradisional berarti kita telah menggali dan melestarikan tradisi leluhur. tanpa kita sadari kemudian tumbuh menjadi atraksi wisata unggul dan menarik," tuturnya.
Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan, membangun suatu atraksi budaya yang berkualitas hingga menjadi suatu even berkelas interansional memerlukan sinergisitas seluruh unsur. Baik di Kabupaten Bengkayang maupun di tingkat nasional.
"Perlunya karya-karya inovasi yang kreatif dari anak-anak bangsa. Terobosan-terobosan yang mampu menciptakan daya tarik yang berbeda dari tempat lainnya," ujar Rizki, didampingi Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II, Adella Raung.
Kementerian Pariwisata telah mulai mewujudkan perhatiannya pada pengembangan even-even budaya perbatasan. Seperti Gawia Sowa ini sebagai atraksi unggulan dalam meningkatkan sektor kepariwisataan Indonesia.
"Bengkayang berbatasan langsung dengan Malaysia – Serawak. Maka masyarakat di perbatasan khususnya Suku Dayak memiliki rumpun suku yang sama dengan masyarakat Negara Malaysia – Serawak.
Dengan rumpun dan budaya yang sama ini, maka akan lebih mudah mendatangkan masyarakat Serawak masuk ke Bengkayang," ujar Rizki.
Diketahui, ada beberapa rumpun Suku Dayak yang memiliki hubungan kekerabatan antar dua negara di perbatasan Indonesia – Sarawak ini. Antara lain Suku Dayak Bidayuh, Suku Dayak Bakati Lara, Suku Dayak Iban dan Suku Dayak Kanayant. Dari beberapa Suku Dayak tersebut, dan Suku Dayak Bidayuh.
"Mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kental. Hal ini secara historis dan diakui bersama bahwa situs nenek moyang (leluhur) Suku Dayak Bidayuh berasal dan berada di wilayah Indonesia," ungkap Rizki.
Adella Raung menambahkan, even ini juga sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat di perbatasan Kabupaten Bengkayang-Indonesia melalui target pengeluaran wisman (Serawak-Malaysia) dan wisnus saat kunjungan.
"Juga meningkatkan kerjasama kepariwisataan strategis antara Indonesia – Malaysia untuk percepatan pencapaian target kunjungan wisata nasional," pungkasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, hubungan harmonis kedua negara benar-benar sangat terasa. Selain pergerakan masyarakatnya, ada banyak institusi yang terlibat. Hal ini tentu sangat bagus bagi masa depan Bengkayang secara menyeluruh.
"Sehingga terjadi lonjakan signifikan arus masuk wisatawan Malaysia. Sebab, jumlah peserta sangat banyak. Selain berbagai kegembiraan, kami yakin akan ada perbaikan ekonomi signifikan," ujar Menpar Arief Yahya.
Atraksi Gawia Sowa adalah agenda tahunan. Even ini digelar masyarakat dayak perbatasan Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Aneka kegiatan dalam Gawia Sowa pun berlangsung heboh, di antaranya, ritual adat sigal paad sadih, parade tari peserta seni dari Sarawak Malaysia, parade tari peserta seni dari Indonesia, tarian sigal bilama’k bersama tamu undangan, dan aneka hiburan.
Wakil Bupati Bengkayang Agustinus Naon mengatakan, Gawia Sowa harus dipandang sebagai suatu konsep kebersamaan seluruh pilar kemasyarakatan. Terutama dalam membangun moralitas, meningkatkan jiwa persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.
"Juga melestarikan budaya leluhur untuk generasi mendatang. Dan sebagai aktivitas kepariwisataan yang menarik di era modern saat ini," ujar Agustinus, Senin (3/6/2019).
Ritual Gawia Sowa ini dilaksanakan untuk menyampaikan ucapan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atau Jubata serta roh leluhur yang diyakini bersemayam di gunung, hutan dan lembah.
Selain ucapan syukur, makna Ritual Gawia Sowa juga memberi sesajian atau persembahan pada benda pusaka yang disimpan dirumah adat yang disebut “Sigal Paad Sadih”.
Menurutnya, keberadaan kampung budaya Bung Kapuak Bijagoi ini memiliki letak strategis. Hal ini karena batas negara memang di Kecamatan Jagoi Babang dan berbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia.
"Letak strategis ini hendaknya mampu kita cermati sebagai peluang. Khususnya mengembangkan berbagai potensi dan sumber daya untuk mendorong tumbuhnya ekonomi masyarakat di perbatasan Jagoi Babang secara khusus dan Indonesia pada umumnya," kata Agustinus.
Di menambahkan, hal ini sejalan dengan cara pandang otonomi daerah saat ini. Berbagai atraksi menarik adalah sumber daya kepariwisataan yang dapat disuguhkan pada wisatawan dalam dan luar negeri.
"Pada momen ini saya berpesan pada kaum Bidayuh Jagoi agar tidak henti-hentinya mengembangkan dan melestarikan budaya leluhur kita. Dengan melaksanakan berbagai even tradisional berarti kita telah menggali dan melestarikan tradisi leluhur. tanpa kita sadari kemudian tumbuh menjadi atraksi wisata unggul dan menarik," tuturnya.
Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan, membangun suatu atraksi budaya yang berkualitas hingga menjadi suatu even berkelas interansional memerlukan sinergisitas seluruh unsur. Baik di Kabupaten Bengkayang maupun di tingkat nasional.
"Perlunya karya-karya inovasi yang kreatif dari anak-anak bangsa. Terobosan-terobosan yang mampu menciptakan daya tarik yang berbeda dari tempat lainnya," ujar Rizki, didampingi Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II, Adella Raung.
Kementerian Pariwisata telah mulai mewujudkan perhatiannya pada pengembangan even-even budaya perbatasan. Seperti Gawia Sowa ini sebagai atraksi unggulan dalam meningkatkan sektor kepariwisataan Indonesia.
"Bengkayang berbatasan langsung dengan Malaysia – Serawak. Maka masyarakat di perbatasan khususnya Suku Dayak memiliki rumpun suku yang sama dengan masyarakat Negara Malaysia – Serawak.
Dengan rumpun dan budaya yang sama ini, maka akan lebih mudah mendatangkan masyarakat Serawak masuk ke Bengkayang," ujar Rizki.
Diketahui, ada beberapa rumpun Suku Dayak yang memiliki hubungan kekerabatan antar dua negara di perbatasan Indonesia – Sarawak ini. Antara lain Suku Dayak Bidayuh, Suku Dayak Bakati Lara, Suku Dayak Iban dan Suku Dayak Kanayant. Dari beberapa Suku Dayak tersebut, dan Suku Dayak Bidayuh.
"Mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kental. Hal ini secara historis dan diakui bersama bahwa situs nenek moyang (leluhur) Suku Dayak Bidayuh berasal dan berada di wilayah Indonesia," ungkap Rizki.
Adella Raung menambahkan, even ini juga sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat di perbatasan Kabupaten Bengkayang-Indonesia melalui target pengeluaran wisman (Serawak-Malaysia) dan wisnus saat kunjungan.
"Juga meningkatkan kerjasama kepariwisataan strategis antara Indonesia – Malaysia untuk percepatan pencapaian target kunjungan wisata nasional," pungkasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, hubungan harmonis kedua negara benar-benar sangat terasa. Selain pergerakan masyarakatnya, ada banyak institusi yang terlibat. Hal ini tentu sangat bagus bagi masa depan Bengkayang secara menyeluruh.
"Sehingga terjadi lonjakan signifikan arus masuk wisatawan Malaysia. Sebab, jumlah peserta sangat banyak. Selain berbagai kegembiraan, kami yakin akan ada perbaikan ekonomi signifikan," ujar Menpar Arief Yahya.
(akn)