Pesta Kesenian Bali 2019 akan Perkenalkan Sastra Bali Kuno
A
A
A
DENPASAR - Pesta Kesenian Bali (PKB) 2019 akan memperkenalkan kekayaan sastra asli Pulau Dewata. Targetnya adalah milenial. Caranya, dengan melibatkan para milenial pada sejumlah lomba. Seperti bahasa, aksara, dan sastra Bali.
PKB 2019 digelar 15 Juni-13 Juli 2019. Even yang memasuki tahun ke-41 tersebut, digelar di Taman Budaya, Denpasar, Bali dengan mengusung tema ‘Bayu Pramana’. Even ini terdiri dari pawai, parade, lomba, hingga pagelaran. Ada juga workshop, pameran, dan sarasehan. Total ada 41 partisipan. Komposisinya 9 peserta asal rumah Bali, lalu 21 peserta dari berbagai wilayah di nusantara, serta 11 partisipan Mancanegara.
PKB Ke-41 menampilkan 220 pertunjukan seni. Beberapa yang unik tentunya Lomba Seni untuk bahasa, aksara, dan sastra Bali. Konten ini jadi upaya pelestarian ragam tradisi Bali. Mengenalkan warisan leluhur lintas generasi.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengungkapkan, Bali kaya akan beragam budaya yang luar biasa.
“Bali sangat heterogen. Berbagai suku bangsa dengan budayanya bertemu di sana. Meski demikian, budaya lokal dan tradisi Bali tetap hidup lestari. Upaya perlindungan yang dilakukan seluruh stakeholder di Bali harus diapresiasi,”ungkap Rizki, Selasa (4/6).
Aa beberapa Peraturan Gubernur (Pergub) yang diimplementasikan PKB ke-41. Ada Pergub Nomor 79 Tahun 2018, tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Acuan lainnya adalah Pergub Nomor 80 Tahun 2018. Pergub ini mengatur Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
“Pariwisata Bali luar biasa dalam menyelamatkan asetnya. PKB memang menjadi bagian dari konservasi budaya-budaya di sana. Bukan hanya lestari, budaya lokal Bali akan terus tumbuh dan berkembang. Ada komitmen kuat dari seluruh stakeholder di sana,” terang Rizki lagi.
Lebih lanjut menggali bahasa, aksara, dan sastra Bali, beberapa konten sudah disiapkan. Ada Lomba Membaca Lontar, Membaca Berita dengan Bahasa Bali, Poster Paribahasa dan Aksara Bali. Lomba lain adalah Mesatua Bahasa Bali, Pidarta Bahasa Bali, Nyurat Aksara Bali di Lontar, dan lainnya. Mengacu history, Bahasa Bali adalah Bahasa Austronesia dari cabang Sundik. Detailnya, cabang Bali-Sasak.
Untuk aksara, Bali memiliki kedekatan dengan huruf Jawa. Aksara Bali merupakan abugida. Jumlah aksaranya ada 47 huruf. Pengaplikasiannya, Bahasa Bali murni ditulis dengan 18 huruf konsonan dan 7 vokal. Terlihat unik, huruf dalam Aksara Bali terbagi dalam 5 warga utama. Ada warga Kantya (Guttural) yang terdiri fonem yang berasal dari langit-langit dekat kerongkongan.
Warga utama lain adalah Talawya (Palatal). Ini kelompok fonem yang berasal dari langit-langit mulut. Ada juga warga Murdhanya (Retroflex) berupa fonem dari tarikan lidak ke belakang, lalu Dantya (Gigi). Dantya adalah fonem dari sentuhan lidah dan gigi. Warga ke-5 merupakan Osthya (Bibir) dengan bentuk fonem hasil pertemuan bibir atas dan bawah.
“Bali sangat kaya. PKB membuka peluang bagi publik untuk belajar detail budaya di sana. Selain aksara dan bahasanya, Bali juga kaya akan sastra. Ada banyak karya besar yang sangat menginspirasi. Dengan komposisi ini, PKB akan menjadi pilihan utama untuk menikmati liburan,” tegas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Melengkapi khazanah, Bali banyak memiliki karya sastra menarik. Konsepnya lisan dan tulisan. Untuk Sastra Lisan disebut juga Kesusastran Pretakjana. Dalam perkembangannya, konsep ini bisa berbentuk geguritan, peparikan, juga folklor. Sastra Tulis (sesuratan) biasanya menggunakan manuskrips. Adapaun bentuknya cetakan, lontar, tembaga, maupun kertas.
Berdasarkan struktur penulisannya, Sastra Bali terbagi 3. Ada puisi (tembang), prosa (gancaran), dan prosa liris (palawakia). Untuk tembang, contohnya gegendingan, pupuh, kidung, wirama, atau babad. Untuk gancaran, identik karya fiksi dengan pola bebas. Bagaimana dengan palawakia? Ini adalah karya tulisan bebas. Tidak terikat aturan prosodi dan metrum. Contohnya, Astadasa Parwa dan Sapta Kanda.
“Bali memang sangat mengispirasi. Semua karya terbaiknya tetap terpelihara bahkan berkembang. Dari PKB ini, potensi yang semakin dilestarikan akan semakin mensejahterakan. Dengan konten luar biasa, PKB akan menarik banyak kunjungan wisman. Artinya, ada value ekonomi yang besar,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik Asia Pasifik.
PKB 2019 digelar 15 Juni-13 Juli 2019. Even yang memasuki tahun ke-41 tersebut, digelar di Taman Budaya, Denpasar, Bali dengan mengusung tema ‘Bayu Pramana’. Even ini terdiri dari pawai, parade, lomba, hingga pagelaran. Ada juga workshop, pameran, dan sarasehan. Total ada 41 partisipan. Komposisinya 9 peserta asal rumah Bali, lalu 21 peserta dari berbagai wilayah di nusantara, serta 11 partisipan Mancanegara.
PKB Ke-41 menampilkan 220 pertunjukan seni. Beberapa yang unik tentunya Lomba Seni untuk bahasa, aksara, dan sastra Bali. Konten ini jadi upaya pelestarian ragam tradisi Bali. Mengenalkan warisan leluhur lintas generasi.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengungkapkan, Bali kaya akan beragam budaya yang luar biasa.
“Bali sangat heterogen. Berbagai suku bangsa dengan budayanya bertemu di sana. Meski demikian, budaya lokal dan tradisi Bali tetap hidup lestari. Upaya perlindungan yang dilakukan seluruh stakeholder di Bali harus diapresiasi,”ungkap Rizki, Selasa (4/6).
Aa beberapa Peraturan Gubernur (Pergub) yang diimplementasikan PKB ke-41. Ada Pergub Nomor 79 Tahun 2018, tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Acuan lainnya adalah Pergub Nomor 80 Tahun 2018. Pergub ini mengatur Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
“Pariwisata Bali luar biasa dalam menyelamatkan asetnya. PKB memang menjadi bagian dari konservasi budaya-budaya di sana. Bukan hanya lestari, budaya lokal Bali akan terus tumbuh dan berkembang. Ada komitmen kuat dari seluruh stakeholder di sana,” terang Rizki lagi.
Lebih lanjut menggali bahasa, aksara, dan sastra Bali, beberapa konten sudah disiapkan. Ada Lomba Membaca Lontar, Membaca Berita dengan Bahasa Bali, Poster Paribahasa dan Aksara Bali. Lomba lain adalah Mesatua Bahasa Bali, Pidarta Bahasa Bali, Nyurat Aksara Bali di Lontar, dan lainnya. Mengacu history, Bahasa Bali adalah Bahasa Austronesia dari cabang Sundik. Detailnya, cabang Bali-Sasak.
Untuk aksara, Bali memiliki kedekatan dengan huruf Jawa. Aksara Bali merupakan abugida. Jumlah aksaranya ada 47 huruf. Pengaplikasiannya, Bahasa Bali murni ditulis dengan 18 huruf konsonan dan 7 vokal. Terlihat unik, huruf dalam Aksara Bali terbagi dalam 5 warga utama. Ada warga Kantya (Guttural) yang terdiri fonem yang berasal dari langit-langit dekat kerongkongan.
Warga utama lain adalah Talawya (Palatal). Ini kelompok fonem yang berasal dari langit-langit mulut. Ada juga warga Murdhanya (Retroflex) berupa fonem dari tarikan lidak ke belakang, lalu Dantya (Gigi). Dantya adalah fonem dari sentuhan lidah dan gigi. Warga ke-5 merupakan Osthya (Bibir) dengan bentuk fonem hasil pertemuan bibir atas dan bawah.
“Bali sangat kaya. PKB membuka peluang bagi publik untuk belajar detail budaya di sana. Selain aksara dan bahasanya, Bali juga kaya akan sastra. Ada banyak karya besar yang sangat menginspirasi. Dengan komposisi ini, PKB akan menjadi pilihan utama untuk menikmati liburan,” tegas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Melengkapi khazanah, Bali banyak memiliki karya sastra menarik. Konsepnya lisan dan tulisan. Untuk Sastra Lisan disebut juga Kesusastran Pretakjana. Dalam perkembangannya, konsep ini bisa berbentuk geguritan, peparikan, juga folklor. Sastra Tulis (sesuratan) biasanya menggunakan manuskrips. Adapaun bentuknya cetakan, lontar, tembaga, maupun kertas.
Berdasarkan struktur penulisannya, Sastra Bali terbagi 3. Ada puisi (tembang), prosa (gancaran), dan prosa liris (palawakia). Untuk tembang, contohnya gegendingan, pupuh, kidung, wirama, atau babad. Untuk gancaran, identik karya fiksi dengan pola bebas. Bagaimana dengan palawakia? Ini adalah karya tulisan bebas. Tidak terikat aturan prosodi dan metrum. Contohnya, Astadasa Parwa dan Sapta Kanda.
“Bali memang sangat mengispirasi. Semua karya terbaiknya tetap terpelihara bahkan berkembang. Dari PKB ini, potensi yang semakin dilestarikan akan semakin mensejahterakan. Dengan konten luar biasa, PKB akan menarik banyak kunjungan wisman. Artinya, ada value ekonomi yang besar,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik Asia Pasifik.
(akn)