Film Dua Garis Biru Bertujuan Beri Pendidikan Seks untuk Remaja

Minggu, 23 Juni 2019 - 14:56 WIB
Film Dua Garis Biru...
Film Dua Garis Biru Bertujuan Beri Pendidikan Seks untuk Remaja
A A A
JAKARTA - Film Dua Garis Baru produksi Starvision baru akan tayang pada 11 Juli mendatang. Namun, trailer yang dirilis beberapa waktu lalu sudah menimbulkan kontroversi. Banyak pihak menuding bahwa film ini adalah kampanye untuk seks bebas atau seks pranikah di kalangan anak remaja. Sebagian besar orang mendesak agar film ini tidak ditayangkan di bioskop.

Dua Garis Biru mengisahkan tentang Bima dan Dara yang masih duduk di bangku SMA. Mereka saling cinta dan pacaran. Suatu kali, mereka melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan dan Dara pun hamil. Kehamilan Dara ini mengubah semuanya. Kehidupan mereka dan juga keluarga mereka.

Bagi dua bintang utama film Dua Garis Biru, Angga Yunanda (Bima) dan Zara JKT48 (Dara), film ini sebenarnya bertujuan untuk memberikan pendidikan seks bagi para generasi muda dan keluarga mereka. Selama ini, pendidikan seks memang masih jarang diberikan kepada anak-anak dan omongan soal seks pun masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu.

“Film ini menceritakan tentang edukasi seks yang jarang banget ada di film. Media juga jarang mengangat edukasi seks. Aku ngerasa remaja itu butuh edukasi seks karena jarang juga diangkat di sekolah dan orangtua. Di media sosial, pada bilang ini tabu, padahal enggak karena mereka harus tahu,” tutur Angga saat berkunjung ke Gedung Sindo, Jumat (21/6/2019).

Zara yang juga turut hadir dalam kunjungan tersebut menambahkan bahwa film Dua Garis Biru ini bukan hanya untuk remaja, tapi juga untuk orang tua. Ini karena Dua Garis Biru juga menyoroti pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua.

Ucapan ini juga dibenarkan Rachel Amanda. Di film ini, Rachel berperan sebagai Dewi, kakak Bima. Rencana kehidupan Dewi berantakan begitu dia harus pulang untuk menyelesaikan masalah sang adik yang telah menghamili pacarnya tersebut. Dewi dan Bima di film ini dikisahkan berasal dari keluarga dengan latar belakang relijius yang kuat.

“Masalah ini bisa terjadi di keluarga mana pun, bukan karena latar belakangnya. Ini juga bukan karena dua anak ini, tapi karena kultur di keluarga mereka. Masih banyak keluarga yang nggak mau bahas soal ini,” papar Amanda.

Para pemain film Dua Garis Biru ini pun menyadari kontroversi yang telah dimunculkan dari trailer film tersebut. Namun, mereka berharap film ini bisa diterima masyarakat karena bertujuan untuk menyadarkan anak-anak seumuran mereka agar berpikir sebelum bertindak.

“Masyarakat Indonesia sudah pinter. Kontroversi ada karena hanya sedikit yang terlihat dari film itu (di trailer). Semoga kalau sudah nonton, nggak ada lagi kontroversi dari film ini,” kata Angga.

Amanda menambahkan, film ini dibuat untuk membuka ruang diskusi bagi keluarga atau komunitas tertentu setelah disaksikan. Dia mengatakan, film ini bisa membuka agar hal-hal yang selama ini dianggap tabu bisa menanjdi sesuatu untuk diedukasikan. “Ini bisa membuka diskusi di lingkungan terdekat, yaitu keluarga,” ujar Amanda.

Peran keluarga dalam pendidikan seks untuk remaja dianggap sangatlah penting. Karena dari sinilah, anak akan kali pertama mengetahui perubahan yang terjadi pada dirinya. Zara mengatakan, dia sudah mendapatkan pendidikan seks dari orangtuanya sejak dia duduk di bangku kelas 6 SD. “Pas pertama dapet (menstruasi), diajak ngobrol papa dan mama,” kata Zara.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1051 seconds (0.1#10.140)