New Zealand Tambang Baru Wisman Berkualitas ke Indonesia
A
A
A
AUCKLAND - Empat hari berada di Auckland betul-betul dioptimalkan Menpar Arief Yahya. Dia melihat, mengamati, merasakan, apa yang sebenarnya ada dalam benak customers pasar New Zealand. Apa yang mereka inginkan, apa yang dibutuhkan agar mereka nyaman dan lebih lama tinggal di destinasi wisata di Tanah Air.
Di sela-sela event Pacific Exposition 2019 yang diundang Duta Besar Tantowi Yahya, di Skycity Convention Center Auckland, Menpar melakukan benchmark ke beberapa titik. Hipotesisnya: New Zealand adalah pasar potensial, bahkan bisa menjadi tambang buat wisatawan berkualitas di Tanah Air.
“Saya sudah melihat angka-angkanya, New Zealand naik bagus sekali. Tahun 2017 pertama kali tembus di atas 100.000. Persisnya saya bulatkan 107.000 wisman atau persisnya 106.900 wisman. Trennya naik terus, karena itu saya datang ke Auckland,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, di Crowne Hotel Auckland.
Tahun 2018, New Zealand naik lagi menjadi 128.000 atau 20 persen dari tahun sebelumnya yang sudah 107.000. Ini pertumbuhan yang cukup bagus, karena ada direct flight dari Denpasar-Auckland, oleh Emirates. “Lagi-lagi, kuncinya adalah direct flights, atau akses langsung,” ungkap Menpar Arief Yahya yang jagoan marketing itu.
Jebolan ITB Bandung, Surrey University dan Doktor Strategic Management Unpad itu semakin yakin karena Januari sampai Mei 2019 ini sudah 42.700 wisman New Zealand. Mengalami kenaikan 13.26 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. “Tahun ini target kita 145.000 untuk pasar New Zealand,” ungkap Arief Yahya optimistik.
Apa yang didapat dari site visit Menpar Arief Yahya selama beberapa hari di Auckland? Pertama, orang New Zealand lebih suka adventure, outdoor, alam, dan sebagian besar destinasi yang dibangun di sana berbasis pada alam. Karena itu tagline national brand New Zealand adalah Pure 100 persen.
“Ini semakin mengonfirmasi bahwa digital campaigne kita yang menonjolkan alam untuk target market New Zealand sudah tepat. Tentu, tidak mungkin 100 persen alam, harus ada sentuhan budaya dan hospitality yang menjadi kekuatan Indonesia,” ungkap mantan Dirut PT Telkom ini.
Karena itu, Menpar Arief Yahya meyakini makin bagus dan lengkap infrastruktur yang dibangun untuk mendukung akses ke pariwisata akan semakin kuat pula daya saing pariwisata Indonesia. Apa yang diprogramkan Presiden Jokowi untuk membangun infrastruktur yang paling diuntungkan adalah sektor pariwisata.
Infrastruktur sendiri ada fisik, seperti jalan, jembatan, bandara, terminal, pelabuhan, marina dan semua kemudahan yang kelihatan. Ada juga infrastruktur yang tidak kelihatan, seperti telekomunikasi, jaringan atau network, yang membuat mudah digital technology dioptimalkan.
Kedua, soal budaya atau kebiasaan orang New Zealand, menurutnya juga sangat toleran dan multikultural. Seperti Suku Maori yang hidup berdampingan dan saling menghormati di sana. Bahkan di banyak acara, tradisi doa mereka sering digunakan, di setiap art performing, lagu, tarian, dan budaya mereka juga diangkat.
“Dalam hal budaya, New Zealand sangat toleran. Bisnis mereka lebih banyak di farming atau peternakan biri-biri dan sapi, juga pertanian. Ekosistem industrinya sudah menemukan nilai keekonomian,” katanya.
Arief Yahya juga mengamati bahwa Auckland, kota terbesar di New Zealand, itu tidak banyak mall. Tidak seperti kota-kota besar di Indonesia. “Rupanya mereka tidak terlalu suka ngumpul di mall atau pusat perbelanjaan. Kultur mereka lebih asyik makan bersama, di cafe, bercerita, fashion nya juga cukup sederhana, tidak brand minded,” jelasnya.
Ketiga, wisman New Zealand rata-rata spending-nya USD 1500, cukup berkualitas. “Maka, kita akan semakin serius menggarap New Zealand sebagai originasi yang potensial untuk menaikkan ASPA, average spending per arrival ke Indonesia,” kata Arief Yahya.
Di sela-sela event Pacific Exposition 2019 yang diundang Duta Besar Tantowi Yahya, di Skycity Convention Center Auckland, Menpar melakukan benchmark ke beberapa titik. Hipotesisnya: New Zealand adalah pasar potensial, bahkan bisa menjadi tambang buat wisatawan berkualitas di Tanah Air.
“Saya sudah melihat angka-angkanya, New Zealand naik bagus sekali. Tahun 2017 pertama kali tembus di atas 100.000. Persisnya saya bulatkan 107.000 wisman atau persisnya 106.900 wisman. Trennya naik terus, karena itu saya datang ke Auckland,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, di Crowne Hotel Auckland.
Tahun 2018, New Zealand naik lagi menjadi 128.000 atau 20 persen dari tahun sebelumnya yang sudah 107.000. Ini pertumbuhan yang cukup bagus, karena ada direct flight dari Denpasar-Auckland, oleh Emirates. “Lagi-lagi, kuncinya adalah direct flights, atau akses langsung,” ungkap Menpar Arief Yahya yang jagoan marketing itu.
Jebolan ITB Bandung, Surrey University dan Doktor Strategic Management Unpad itu semakin yakin karena Januari sampai Mei 2019 ini sudah 42.700 wisman New Zealand. Mengalami kenaikan 13.26 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. “Tahun ini target kita 145.000 untuk pasar New Zealand,” ungkap Arief Yahya optimistik.
Apa yang didapat dari site visit Menpar Arief Yahya selama beberapa hari di Auckland? Pertama, orang New Zealand lebih suka adventure, outdoor, alam, dan sebagian besar destinasi yang dibangun di sana berbasis pada alam. Karena itu tagline national brand New Zealand adalah Pure 100 persen.
“Ini semakin mengonfirmasi bahwa digital campaigne kita yang menonjolkan alam untuk target market New Zealand sudah tepat. Tentu, tidak mungkin 100 persen alam, harus ada sentuhan budaya dan hospitality yang menjadi kekuatan Indonesia,” ungkap mantan Dirut PT Telkom ini.
Karena itu, Menpar Arief Yahya meyakini makin bagus dan lengkap infrastruktur yang dibangun untuk mendukung akses ke pariwisata akan semakin kuat pula daya saing pariwisata Indonesia. Apa yang diprogramkan Presiden Jokowi untuk membangun infrastruktur yang paling diuntungkan adalah sektor pariwisata.
Infrastruktur sendiri ada fisik, seperti jalan, jembatan, bandara, terminal, pelabuhan, marina dan semua kemudahan yang kelihatan. Ada juga infrastruktur yang tidak kelihatan, seperti telekomunikasi, jaringan atau network, yang membuat mudah digital technology dioptimalkan.
Kedua, soal budaya atau kebiasaan orang New Zealand, menurutnya juga sangat toleran dan multikultural. Seperti Suku Maori yang hidup berdampingan dan saling menghormati di sana. Bahkan di banyak acara, tradisi doa mereka sering digunakan, di setiap art performing, lagu, tarian, dan budaya mereka juga diangkat.
“Dalam hal budaya, New Zealand sangat toleran. Bisnis mereka lebih banyak di farming atau peternakan biri-biri dan sapi, juga pertanian. Ekosistem industrinya sudah menemukan nilai keekonomian,” katanya.
Arief Yahya juga mengamati bahwa Auckland, kota terbesar di New Zealand, itu tidak banyak mall. Tidak seperti kota-kota besar di Indonesia. “Rupanya mereka tidak terlalu suka ngumpul di mall atau pusat perbelanjaan. Kultur mereka lebih asyik makan bersama, di cafe, bercerita, fashion nya juga cukup sederhana, tidak brand minded,” jelasnya.
Ketiga, wisman New Zealand rata-rata spending-nya USD 1500, cukup berkualitas. “Maka, kita akan semakin serius menggarap New Zealand sebagai originasi yang potensial untuk menaikkan ASPA, average spending per arrival ke Indonesia,” kata Arief Yahya.
(alf)