Bidik Wisman, PJT II Jatiluhur Perkenalkan Stand Up Paddle
A
A
A
PURWAKARTA - Perum Jasa Tirta II (PJT II) Jatiluhur mulai maksimalkan potensi pariwisatanya agar berkelas internasional. Tak tanggung-tanggung, BUMN ini pun membidik kelompok milenial dan kelas atas untuk menikmati pesona dan sensasi Waduk Ir H Djuanda melalui olahraga stand up paddle sebagai kolaborasi antara wisata dan olahraga.
BUMN ini segera menyulap Waduk Ir H Djuanda sebagai lokasi stand up paddle yang representatif. Olahraga mengayuh kayak dengan cara berdiri ini cukup populer di sejumlah negara yang memiliki sungai danau dan laut. Tahun ini, olahraga tersebut mulai diperkenalkan di Waduk Ir H Djuanda. Bahkan, PJT II mulai berpikir untuk menggelar event kompetisi di tahun-tahun berikutnya.
Direktur Utama PJT II Jatiluhur, U Saefudin Noer menjelaskan, upaya perusahaannya menggenjot pariwisata berkelas internasional serta membidik wisatawan mancanegara dilatarbelakangi oleh sebuah observasi lapangan tentang tiga manfaat besar yang ada di Waduk Ir H Djuanda.
Tiga manfaat itu atau dalam istilah bisnis disebut triple bottom line, yang pertama PJT II sebagai pengelola 90 persen air dari mulai Cisanti, Saguling, Cirata, Jatiluhur sampai ke pantura Jawa telah memberikan dukungan dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan.
Ribuan hektare sawah dapat diairi sehingga ribuan petani dapat terbantu. Juga memberikan manfaat bagi ketersediaan listrik di pulau Jawa. “Termasuk manfaat atas penghematan dan kedaulatan energi nasional pada masanya. Sehingga perannya cukup besar untuk menerangi Jawa dan Bali, ungkap Noer kepada SINDOnews, Minggu (14/7/2019).
Manfaat kedua, terang dia, kepada lingkungan hidup melalui konsverasi sebagai upaya mempertahankan cadangan area di penangkapan air dari mulai Cisanti hingga ke laut utara Jawa, kondisi alamnya menjadi terbantu. Yang lebih penting lagi, cukup banyak masyarakat yang terbantu dengan kehadiran PJT.
Sementara manfaat yang ketiga, kontribusi PJT kepada perekonomian nasional. Jika dihitung berdasarkan uang, kontribusi penggunaan air sejak awal pasti mencapai puluhan triliun rupiah, belum dari sektor pajak atau lainnya. Sehingga kontribusi kepada negara cukup besar.
Namun demikian, kata Noer, ada potensi yang belum dioptimalkan yakni pariwisata. Sehingga hasil observasi lapangan memutuskan untuk memperkenalkan olahraga stand up paddle. Tahun ini digelar Stand Up Paddle & Kayak Exhibition 2019 dengan mendatangkan sejumlah wisatawan untuk bereksebisi di Waduk Ir H Djuanda selama dua hari dari 13-14 Juli 2019.
"Kegiatan ini juga untuk memperkenalkan PJT II sebagai BUMN yang berpotensi untuk mengembangkan wisata. Ya, tahun ini kami perkenalkan stand up paddle ini kepada masyarakat. Makanya kegiatannya berbentuk eksebisi bukan kompetisi,” ujar dia.
Sementara itu, selama event berlangsung tampak cukup meriah. Sejumlah pecinta stand up paddle tampak menikmati pesona dan sensasi mendayung dengan satu bilah dan mengayuhnya sambil berdiri di atas paddle board. Mereka tampak nyaman dan menikmati olahraga itu. Terlebih dari aspek keamanan, Perum Jasa Tirta II memberikan jaminan keselamatan maksimal. (asep supiandi)
BUMN ini segera menyulap Waduk Ir H Djuanda sebagai lokasi stand up paddle yang representatif. Olahraga mengayuh kayak dengan cara berdiri ini cukup populer di sejumlah negara yang memiliki sungai danau dan laut. Tahun ini, olahraga tersebut mulai diperkenalkan di Waduk Ir H Djuanda. Bahkan, PJT II mulai berpikir untuk menggelar event kompetisi di tahun-tahun berikutnya.
Direktur Utama PJT II Jatiluhur, U Saefudin Noer menjelaskan, upaya perusahaannya menggenjot pariwisata berkelas internasional serta membidik wisatawan mancanegara dilatarbelakangi oleh sebuah observasi lapangan tentang tiga manfaat besar yang ada di Waduk Ir H Djuanda.
Tiga manfaat itu atau dalam istilah bisnis disebut triple bottom line, yang pertama PJT II sebagai pengelola 90 persen air dari mulai Cisanti, Saguling, Cirata, Jatiluhur sampai ke pantura Jawa telah memberikan dukungan dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan.
Ribuan hektare sawah dapat diairi sehingga ribuan petani dapat terbantu. Juga memberikan manfaat bagi ketersediaan listrik di pulau Jawa. “Termasuk manfaat atas penghematan dan kedaulatan energi nasional pada masanya. Sehingga perannya cukup besar untuk menerangi Jawa dan Bali, ungkap Noer kepada SINDOnews, Minggu (14/7/2019).
Manfaat kedua, terang dia, kepada lingkungan hidup melalui konsverasi sebagai upaya mempertahankan cadangan area di penangkapan air dari mulai Cisanti hingga ke laut utara Jawa, kondisi alamnya menjadi terbantu. Yang lebih penting lagi, cukup banyak masyarakat yang terbantu dengan kehadiran PJT.
Sementara manfaat yang ketiga, kontribusi PJT kepada perekonomian nasional. Jika dihitung berdasarkan uang, kontribusi penggunaan air sejak awal pasti mencapai puluhan triliun rupiah, belum dari sektor pajak atau lainnya. Sehingga kontribusi kepada negara cukup besar.
Namun demikian, kata Noer, ada potensi yang belum dioptimalkan yakni pariwisata. Sehingga hasil observasi lapangan memutuskan untuk memperkenalkan olahraga stand up paddle. Tahun ini digelar Stand Up Paddle & Kayak Exhibition 2019 dengan mendatangkan sejumlah wisatawan untuk bereksebisi di Waduk Ir H Djuanda selama dua hari dari 13-14 Juli 2019.
"Kegiatan ini juga untuk memperkenalkan PJT II sebagai BUMN yang berpotensi untuk mengembangkan wisata. Ya, tahun ini kami perkenalkan stand up paddle ini kepada masyarakat. Makanya kegiatannya berbentuk eksebisi bukan kompetisi,” ujar dia.
Sementara itu, selama event berlangsung tampak cukup meriah. Sejumlah pecinta stand up paddle tampak menikmati pesona dan sensasi mendayung dengan satu bilah dan mengayuhnya sambil berdiri di atas paddle board. Mereka tampak nyaman dan menikmati olahraga itu. Terlebih dari aspek keamanan, Perum Jasa Tirta II memberikan jaminan keselamatan maksimal. (asep supiandi)
(alf)