Di Seminar General Aviation, Menpar Sebut Pembaruan Adalah Keniscayaan
A
A
A
BANYUWANGI - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengutarakan perubahan dalam sektor pariwisata adalah sebuah keniscayaan. Hal itu disampaikan dalam Seminar General Aviation for Tourism di Ruang Blambangan Hotel El Royale Banyuwangi, Jumat (26/7).Tema yang diangkat adalah Jurus Jitu General Aviation Mendukung Pariwisata Indonesia.
Hadir dalam kesempatan itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Dirut PT Angkasa Pura II M Awaluddin, Staf Khusus Menpar Bidang Infrastruktur Judi Rifajantoro, dan Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono.
Menurut Menpar Arief Yahya, pariwisata termasuk sektor yang sangat mungkin tersentuh pembaruan. Sektor lainnya adalah telekomunikasi.
“Perubahan dan pembaruan adalah sebuah keniscayaan. Kita yang tidak mengikuti pembaruan berarti melawan keniscayaan itu. Prinsipnya, jika anda tidak melakukannya, maka orang lain yang akan melakukan pembaruan itu,” paparnya.
Mantan Dirut PT Telkom itu memberikan contoh saat seluler mulai merambah Indonesia. Menurutnya, kehadiran seluler sempat mendapatkan penolakan. Telkom pun dihadapkan pada pilihan untuk bermain di seluler atau tidak.
“Kalau Telkom menolak seluler, Telkom akan mati. Karena, para pesaing pasti mengambil kesempatan itu. Dan hasilnya, semua orang menggunakan seluler,” katanya.
Hal serupa terjadi di pariwisata. Perubahan dan pembaruan pasti terjadi. Lantas bagaimana responnya? Arief menilai saat perubahan atau pembaruan terjadi, pasti ada konfrontasi. Ada penolakan. Dan itu hal yang sangat biasa. Karena nantinya akan ada kolaborasi. Dan itu bagian yang penting,” paparnya.
Arief Yahya berharap Seminar General Aviation ini akan menghasilkan sebuah masukan atau terobosan buat aksesibilitas udara di Indonesia. Menurutnya, hal ini sangat penting. Karena Indonesia adalah negara kepulauan. Dan akses udara sangat vital.
“Saya berharap kegiatan ini bisa menghasilkan sebuah proposal dan menjadikan Banyuwangi sebagai pilot project,” katanya.
Sementara Staf Khusus Menpar bidang Infrastruktur Judi Rifanjantoro, berharap General Aviation menjadi atraksi wisata yang menarik.
“Contohnya seperti atraksi pesawa kedirgantaraan. Hal ini bisa menjadi atraksi yang ditonton oleh wisatawan. Hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana bisa memanfaatkan general avitaion untuk membantu remote akses di destinasi pariwisata seperti lahirnya taksi udara, gojek udara dan sebagainya,” katanya.
General Aviation juga diharapkan menghadirkan air touring pesawat berbendera asing di kepulauan RI. Menurutnya, semua project ini bisa dilakukan oleh Banyuwangi.
Sementara Dirut PT Angkasa Pura II M. Awaluddin mengatakan persiapan seminar ini terbilang singkat. Dijelaskannya, seminar ini adalah hasil diskusi dua minggu lalu.
“Idenya adalah bagaimana kami dari Angkasa Pura II berpikir bagaimana caranya mendukung Menpar agar industri pariwisata nasional terus tumbuh. Karena sektor lain bisa ikut tumbuh bersama pariwisata,” ujarnya.
Awal pun berharap kegiatan ini bisa menghasilkan ide-ide baru. Untuk mendukung ide itu, Banyuwangi dipilih menjadi tuan rumah seminar.
“Kita memilih Banyuwangi bukan tanpa alasan. Banyuwangi akan jadi pilot project. Dari diskusi ini kita harapkan ada aksinya. Apakah benar general aviation mendukung sektor pariwisata. Dan kita harapkan Banyuwangi mendukung hal itu,” katanya.
Sedangkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan pemilihan The Sun Rise of Java tuan rumah dan pilot projet General Aviation tidak keliru.
“Saya berterima kasih Banyuwangi dipercaya menjadi tuan rumah momen ini. Banyuwangi punya banyak keindahan. Seperti G Land. Tapi lebih bagus dilihat dari atas. Dan itulah kehebatan pariwisata Banyuwangi. Banyuwangi juga baru saja mendapat 2 penghargaan platinum di Attractiveness Award 2019 untuk masalah pariwisata dan infrasteuktur. Kita juga meraih penghargaan 4 Inovasi pelayanan publik. Dan 1 inovasi terbarukan. Termasuk BEC yang masuk Top 99 inovasi pelayanan publik. Kinerja Banyuwangi masuk ranking 4. Saya hanya ingin menegaskan jika pemilihan tempat ini tidak keliru,” katanya.
Dalam kegiatan itu, diambil Komitmen Bersama General Aviation for Tourism 2019. Isinya Mendukung general aviation di Indonesia sebagai salah satu potensi dalam mendorong pertumbuhan pariwisata nasional.
Kemudian membangun pemahaman bersama dan sinergitas antaraelueyh stakeholder dalam mendukung pariwisata Indonesia. Dan terakhir berkontribusi dalam menyusun strategi, kebijakan dan regulasi untuk merealisasikan dukungan aviasi untuk pariwisata.
Hadir dalam kesempatan itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Dirut PT Angkasa Pura II M Awaluddin, Staf Khusus Menpar Bidang Infrastruktur Judi Rifajantoro, dan Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono.
Menurut Menpar Arief Yahya, pariwisata termasuk sektor yang sangat mungkin tersentuh pembaruan. Sektor lainnya adalah telekomunikasi.
“Perubahan dan pembaruan adalah sebuah keniscayaan. Kita yang tidak mengikuti pembaruan berarti melawan keniscayaan itu. Prinsipnya, jika anda tidak melakukannya, maka orang lain yang akan melakukan pembaruan itu,” paparnya.
Mantan Dirut PT Telkom itu memberikan contoh saat seluler mulai merambah Indonesia. Menurutnya, kehadiran seluler sempat mendapatkan penolakan. Telkom pun dihadapkan pada pilihan untuk bermain di seluler atau tidak.
“Kalau Telkom menolak seluler, Telkom akan mati. Karena, para pesaing pasti mengambil kesempatan itu. Dan hasilnya, semua orang menggunakan seluler,” katanya.
Hal serupa terjadi di pariwisata. Perubahan dan pembaruan pasti terjadi. Lantas bagaimana responnya? Arief menilai saat perubahan atau pembaruan terjadi, pasti ada konfrontasi. Ada penolakan. Dan itu hal yang sangat biasa. Karena nantinya akan ada kolaborasi. Dan itu bagian yang penting,” paparnya.
Arief Yahya berharap Seminar General Aviation ini akan menghasilkan sebuah masukan atau terobosan buat aksesibilitas udara di Indonesia. Menurutnya, hal ini sangat penting. Karena Indonesia adalah negara kepulauan. Dan akses udara sangat vital.
“Saya berharap kegiatan ini bisa menghasilkan sebuah proposal dan menjadikan Banyuwangi sebagai pilot project,” katanya.
Sementara Staf Khusus Menpar bidang Infrastruktur Judi Rifanjantoro, berharap General Aviation menjadi atraksi wisata yang menarik.
“Contohnya seperti atraksi pesawa kedirgantaraan. Hal ini bisa menjadi atraksi yang ditonton oleh wisatawan. Hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana bisa memanfaatkan general avitaion untuk membantu remote akses di destinasi pariwisata seperti lahirnya taksi udara, gojek udara dan sebagainya,” katanya.
General Aviation juga diharapkan menghadirkan air touring pesawat berbendera asing di kepulauan RI. Menurutnya, semua project ini bisa dilakukan oleh Banyuwangi.
Sementara Dirut PT Angkasa Pura II M. Awaluddin mengatakan persiapan seminar ini terbilang singkat. Dijelaskannya, seminar ini adalah hasil diskusi dua minggu lalu.
“Idenya adalah bagaimana kami dari Angkasa Pura II berpikir bagaimana caranya mendukung Menpar agar industri pariwisata nasional terus tumbuh. Karena sektor lain bisa ikut tumbuh bersama pariwisata,” ujarnya.
Awal pun berharap kegiatan ini bisa menghasilkan ide-ide baru. Untuk mendukung ide itu, Banyuwangi dipilih menjadi tuan rumah seminar.
“Kita memilih Banyuwangi bukan tanpa alasan. Banyuwangi akan jadi pilot project. Dari diskusi ini kita harapkan ada aksinya. Apakah benar general aviation mendukung sektor pariwisata. Dan kita harapkan Banyuwangi mendukung hal itu,” katanya.
Sedangkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan pemilihan The Sun Rise of Java tuan rumah dan pilot projet General Aviation tidak keliru.
“Saya berterima kasih Banyuwangi dipercaya menjadi tuan rumah momen ini. Banyuwangi punya banyak keindahan. Seperti G Land. Tapi lebih bagus dilihat dari atas. Dan itulah kehebatan pariwisata Banyuwangi. Banyuwangi juga baru saja mendapat 2 penghargaan platinum di Attractiveness Award 2019 untuk masalah pariwisata dan infrasteuktur. Kita juga meraih penghargaan 4 Inovasi pelayanan publik. Dan 1 inovasi terbarukan. Termasuk BEC yang masuk Top 99 inovasi pelayanan publik. Kinerja Banyuwangi masuk ranking 4. Saya hanya ingin menegaskan jika pemilihan tempat ini tidak keliru,” katanya.
Dalam kegiatan itu, diambil Komitmen Bersama General Aviation for Tourism 2019. Isinya Mendukung general aviation di Indonesia sebagai salah satu potensi dalam mendorong pertumbuhan pariwisata nasional.
Kemudian membangun pemahaman bersama dan sinergitas antaraelueyh stakeholder dalam mendukung pariwisata Indonesia. Dan terakhir berkontribusi dalam menyusun strategi, kebijakan dan regulasi untuk merealisasikan dukungan aviasi untuk pariwisata.
(alf)