Melancong ke Pantai Tanjung Rappa Pelangi, Jailolo

Minggu, 28 Juli 2019 - 13:38 WIB
Melancong ke Pantai...
Melancong ke Pantai Tanjung Rappa Pelangi, Jailolo
A A A
JAILOLO - Tanjung Rappa Pelangi di Desa Wisata Bobanehena, Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara, tak menawarkan hamparan pasir putih. Melainkan bongkahan bebatuan bekas letusan gunung berapi berabad-abad silam di sepanjang garis pantainya serta pemandangan hijau perbukitan sejauh mata memandang di seberang. Di balik bongkahan bebatuan yang dipagari pohon-pohon bakau itu tersembunyi taman yang asri nan teduh menaungi beberapa bangunan resort yang disewakan bagi pengunjung yang ingin mereguk keindahannya sepanjang waktu.

Taman yang dipagari pohon bakau ini tak sekadar sedap dipandang, tapi juga unik karena dilengkapi dengan sejumlah properti seperti kotak telepon umum berwarna merah yang mengingatkan kita kepada kota-kota di Eropa barat sebelum ada ponsel. Pengunjung milenial yang gemar berfoto dapat memanfaatkan taman ini untuk berfoto. Hampir semua sisi mempunyai daya pukau yang tak mudah dilewatkan.
Melancong ke Pantai Tanjung Rappa Pelangi, Jailolo

Lebih menjorok ke daratan masih dalam naungan aneka pepohonan terdapat kedai-kedai yang menawarkan aneka kuliner khas Halmahera Barat, seperti popeda—orang Jakarta menyebutnya papeda— dan goreng pisang mulut bebe. Di sanalah kami duduk mengudap goreng pisang yang dimasak dengan cara diiris tipis-tipis memanjang sehingga mirip keripik namun masih terjaga keempukan dagingnya. Sebelum disantap pisang dicocolkan lebih dulu ke sambal.

Kami mengudap sambil menyimak Iswan, Kepala Desa Bobanehena, bertutur perihal Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mengelola Pantai Rappa Pelangi. “Pokdarwis belum genap dua tahun dibentuk untuk mengelola Pantai Tanjung Rappa Pelangi,” kata Iswan seperti meminta pemakluman kami tentang fasilitas yang disediakan pengelola.

Lokasi wisata pantai Tanjung Rappa Pelangi hanya memiliki satu pintu masuk—yang bersisian dengan pintu keluar. Itu yang acap membuat penumpukan terutama saat ramai pengunjung pada momen-momen liburan. Untuk masuk ke sana kamu hanya dikenai tarif Rp5 ribu.

“Dengan bantuan Dinas Pariwisata Pemkab Jailolo kami akan membuat pintu keluar secara terpisah dan menata tempat parkir,” terang Iswan. Selain itu Pokdarwis akan mengembangkan kedai-kedai untuk menyajikan lebih banyak kuliner khas Jailolo, termasuk aula untuk kegiatan yang bisa menampung lebih banyak orang. Saat ini memang hanya ada beberapa kedai dengan fasilitas terbatas. Begitu juga aulanya.
Melancong ke Pantai Tanjung Rappa Pelangi, Jailolo

Sore itu, ketika kami ke sana, sedang ada demo masak dengan chef kenamaan dari Jakarta. Pesertanya termasuk ibu bupati. Yang agak mengharukan bagi kami adalah mereka memasak menggunakan kompor minyak. Kata kawan yang mengantar kami selama di Jailolo, hanya 5% masyarakat di Jailolo yang memasak menggunakan kompor gas, selebihnya masih menggunakan kompor minyak bersumbu 20! Jadi Anda bayangkan sendiri butuh berapa lama sang chef mematangkan masakannya.

Selain resort di balik rumpun bakau di atas tanah, ada beberapa resort lagi yang dibangun di atas pantai, tarifnya Rp450 ribu sehari semalam. Resort-resort hampir sepenuhnya terbuat dari kayu, disangga dan dihubungkan jembatan yang juga disusun dari kayu yang dibangun di sepanjang garis pantai. Pengunjung pantai dapat menikmati keindahan pantai Rappa Pelangi dari jembatan ini. Waktu kami ke sana akhir Juni lalu—saat Festival Teluk Jalolo ke-11 sedang digelar— tampak anak-anak menggunakan jembatan kayu ini untuk arena melompat ke laut berair biru jernih di bawahnya.
Melancong ke Pantai Tanjung Rappa Pelangi, Jailolo

Sayangnya resort-resort ini belum dilengkapi toilet. Penyewa harus ke darat lebih dulu untuk ke toilet. “Ke depan kami akan melengkapi resort dengan toilet dan fasilitas lainnya untuk kenyamanan tamu. Kami yakin bila resort di atas pantai ini sudah dilengkapi toilet dan fasilitas lainnya, akan banyak tamu yang menyewa,” kata Iswan.

Dibanding pantai yang lain, pantai Tanjung Rappa Pelangi paling mudah dijangkau dari Pelabuhan Speedboat Jailolo. Hanya 10 menit menggunakan betor (becak motor). Ongkosnya hanya 10 ribu. Tapi bagi kami rada ngeri membayangkan sopir betor mengerem mendadak saat betor sedang melaju kencang, penumpang yang tak bersabuk pengaman—betor memang tak menyediakannya—bisa langsung terdorong jatuh ke depan. Sama ngerinya saat naik speedboat tanpa pelampung.

Jadi bagi kamu yang tak nyaman naik betor, bisa naik ojek motor biasa, seperti yang dilakaukan Iva, pelancong lokal dari Jakarta. Atau menyewa mobil untuk mencapai Tanjung Rappa Pelangi yang nyaris semua sudutnya sangat elok untuk foto atau instagramable.

Sebagai tambahan informasi bagi kamu yang ingin ke sana, untuk mencapai Pelabuhan Speedboat Jailolo, dari Bandara Sultan Babullah Ternate, kamu bisa menyewa mobil ke Pantai Dufa Dufa. Dari pantai ini kamu tinggal naik speedboat untuk menyeberang ke Jailolo, ongkosnya paling mahal Rp100 ribu per orang.

Kamu memang tak akan menemukan hotel di Jailolo. Tapi jangan khawatir, banyak penginapan yang bersih nyaman, dan murah pula. Kalau kamu ke Jailolo pada saat Festival Teluk Jailolo digelar, akan banyak hal-hal menarik yang bisa kamu dapatkan. Selain bisa menyelusur di keindahan alamnya, juga menikmati keragaman karya seni budaya masyarakatnya yang sangat menawan. Festival Teluk Jailolo yang diselenggarakan atas kerja sama Dinas Pariwisata Pemkab Halmahera Barat dan Kementerian Pariwisata ini digelar setiap tahun pada bulan Juni.
(akn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8322 seconds (0.1#10.140)