Bagaimana Menghadapi Social Beauty Bullying?

Jum'at, 02 Agustus 2019 - 09:34 WIB
Bagaimana Menghadapi...
Bagaimana Menghadapi Social Beauty Bullying?
A A A
JAKARTA - Social Beauty Bullying menjadi permasalahan yang dihadapi perempuan ketika mengekpresikan diri di media sosial. Permasalahan ini harus dihadapi dengan langkah yang tepat agar perempuan bisa mengekspresikan kecantikannya dengan perasaan nyaman.

Programme Management Specialist UN Women Lily Puspasari menuturkan, berdasarkan data dari The Cybersmile Foundation, social beauty bullying telah menjadi permasalahan mainstream yang dialami lebih dari 45 juta perempuan di dunia. Ironisnya, tindakan tersebut kerap kali datang dari sesama perempuan, baik dari keluarga, kerbat, rekan sekantor ataupun teman yang dapat mempengaruhi sisi psikologis dari perempuan tersebut.

Di banyak negara, perempuan terus mengalami kekerasan, terlepas dari tingkat pendidikan, status sosial, maupun usia mereka. Bullying sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan, termasuk di media sosial, seringkali luput dari perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang biasa.

“Kita tidak bisa mendiamkan hal ini. Siapapun juga tidak berhak untuk di-bully. Jangan sampai Beauty bullying menjadi hal yang biasa atau normal di masyarakat kita,” ujar Lily di The Hermitage Hotel, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Untuk itu, Lily mengatakan, UN Women ingin mengajak seluruh pihak agar melakukan aksi untuk menghentikan normalisasi atas tindakan kekerasan. Menurutnya, dalam Beauty Bullying ada tiga pihak yang berperan, yakni orang yang di-bully, orang yang mem-bully, dan orang yang tahu ada tindakan pem-bullyan, tetapi diam saja.

“Pihak ketiga ini biasanya paling banyak. Saatnya pihak ketiga ini tidak hanya diam dan lebih baik menyuarakan hal yang positif agar Beauty bullying tidak terjadi,” ujar dia. (Baca juga: Tips Membuat Wajah Tetap Segar Saat Lelah ).

Senada dengan Lily, Psikolog Klinis dari Brawijaya Healthcare, Nuran Abdat, M.Psi mengatakan, perilaku social beauty bullying terjadi dengan tindakan mengomentari penampilan seperti make-up, model rambutnya, fitur fisik, dan lain-lain. Dampak dari tindakan ini dapat mengganggu kondisi mental pelaku dan korbannya.

“Hal paling ringan yang bisa terjadi adalah perempuan itu jadi overthinking dan tidak percaya diri. Hal yang terburuk orang bisa depresi dan memutuskan untuk bunuh diri,” ujarnya.

Untuk itu, seseorang harus menghargai dirinya sendiri agar dapat menghargai orang lain. Seorang perempuan harus tau value atas diri sendiri dan tidak membiarkan opini orang lain membentuk jati diri perempuan tersebut.

“Alangkah baiknya jika media sosial menjadi sarana bagi perempuan untuk memberdayakan perempuan lain bukan justru jadi wadah untuk menjatuhkan perempuan lain,” tambah Nuran.

Permasalahan social beauty bullying juga kerap dialami Maudy Ayunda, publik figur yang juga merupakan Brand Ambassador LUX. Tak jarang Maudy Ayunda menerima komentar atau ‘nyinyiran’ terkait penampilannya di media sosial.

“Dulu saya berpikir bahwa menerima komentar negatif tentang penampilan di media sosial merupakan risiko sebagai public figure. Tapi lama-lama saya semakin menyadari bahwa tidak sepatutnya kita tinggal diam,” beber Maudy.

Berkolaborasi dengan LUX, Maudy Ayunda turut menyuarakan inisiatif #STOPBeautyBullying bagi para perempuan Indonesia. Bersamaan dengan peluncurkan inisiatif ini, LUX meluncurkan produk terbarunya berkolaborasi dengan Maudy Ayunda – LUX by Maudy Ayunda, Shimmering Sandalwood Musk.

Terinspirasi dari keharuman bunga tuberose yang terpancar bahkan dalam kegelapan, produk ini menginspirasi perempuan Indonesia untuk tetap berkarya meski dalam situasi yang tidak diinginkan atau dalam tekanan social beauty bullying.

“Saya percaya bahwa setiap perempuan itu cantik dan berhak untuk mengekspresikan kecantikannya tanpa terkecuali,” ujar Maudy.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9376 seconds (0.1#10.140)