Mark Manson Menulis Motivasi dengan Cara Berbeda
A
A
A
MARK Manson adalah penulis motivasi yang berbeda. Alih-alih menggunakan kata atau kalimat yang santun, sopan, atau positif, dia memilih sebaliknya. Kata-katanya kasar, keras, radikal, dan cenderung seenaknya. Dia seperti hendak mendobrak dunia selfhelp dengan sikap antimotivasinya.
Sebetulnya dia tetap menyampaikan motivasi, tetapi dengan cara yang berbeda. Ini terlihat di buku yang ditulisnya, The Subtle Art of Not Giving a Fuck , yang dirilis pada 2016. Buku ini terjual lebih dari 6 juta kopi dan telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa. Buku ini juga masuk berbagai versi buku terlaris, seperti Barnes & Noble, American Booksellers Association, The Straits Times Best Sellers.
Bahkan, baru-baru ini selebritas seperti Jessie J ikut mengunggah buku ini di akun Instagramnya sambil menulis tagar #TheSubtleArtOfNotGivingAFuck. Kejutan lain muncul ketika buku terbarunya, Everything Is Fucked: A Book About Hope, masuk daftar buku terlaris New York Times sejak dirilis pada Mei lalu.
Buku ini mengajarkan bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan untuk diri sendiri dan dunia adalah berhenti terlalu panik. Buku terbaru ini bergulat dengan masalah yang lebih luas dan komunal. Secara khusus, dia bertanya-tanya, bagaimana mungkin kita hidup di negara kaya dengan teknologi maju, tetapi depresi dan kegelisahan terus meningkat?
Apa yang terjadi yang membuat kita sangat cemas dan tidak bahagia? Dia juga diketahui menulis autobiografi aktor ternama Will Smith. Lalu, apa yang membuat penulis berusia 35 tahun pada 9 Maret lalu ini berbeda? Dia menampilkan dirinya sebagai lelaki sejati yang berbicara nyata tanpa tedeng aling-aling .
Dia mengaku menjadi bocah nakal yang baru saja berusaha memperbaiki kesalahannya, kemudian berusaha membantu mengatasi siapa pun yang mengalami hal yang sama. Begitu banyak popularitas Manson bermula dari kesuksesan kepribadiannya.
“Saya pikir banyak buku self-help terjebak dalam upaya membuat pembaca merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Saya pikir para pembaca saya menghargai jika saya tidak melakukan itu. Itu seperti agak merendahkan untuk mencoba membuat pembaca Anda merasakan hal tertentu. Adalah tugas saya untuk menunjukkan kepada mereka ide-ide yang menurut saya kuat dan membantu mereka mengajukan pertanyaan tentang diri mereka sendiri,” ungkapnya saat wawancara dengan Buzz Feed News pada Juli lalu.
Dia mengatakan, sebagian besar dari apa yang ditulisnya sebetulnya ditujukan untuk dirinya sendiri. “Saya tidak membagikan gagasan ini karena saya pikir saya benar dan orang lain salah. Saya menulisnya karena saya pikir saya salah dan memperbaiki kesalahpahaman saya sendiri di platform publik tampaknya membantu banyak orang lain dalam proses ini,” ujarnya.
Saat ini Manson tampak menjalani mimpi milenial. Di usianya yang terbilang muda, 35 tahun, dia sudah tinggal di New York City bersama istrinya, Fernanda. Dia terkenal, kerap melakukan tur, bukunya laris manis, fleksibel, kreatif, dan keren. Kondisinya saat ini berbeda jauh dengan apa yang dialaminya saat lulus kuliah dulu.
Dahulu seusai lulus kuliah, Manson merasa dirinya terombang-ambing tanpa tujuan, tinggal di Boston dan bekerja di bidang keuangan tingkat rendah yang dia gambarkan sebagai mimpi buruk. Dia pun mulai melakukan manuver. Dia masuk ke bisnis kencan online. Dari sini dia mengetahui banyak lelaki yang mendatanginya meminta saran kurang memiliki kepercayaan diri, terutama masalah percintaan dan kencan.
Inilah yang menjadi titik nadir bagi Manson. Dia mulai bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana saya bisa membantu orang menjadi lebih baik saat berkencan? Mengapa orang-orang ini memiliki begitu banyak masalah kencan?”. Dia mulai menulis buku pertamanya, Models: Attract Women Through Honesty, yang dirilis pada 2011.
Buku ini terbilang sukses dan membuat Manson meraih kesuksesan finansial juga. Setelah itu, dia memutuskan berhenti dari pelatihan apa pun. Setahun setelah penerbitannya, dia masih menghasilkan cukup uang dari penjualan bukunya di Amazon sehingga dia bisa fokus sebagai penulis dan blogger. Pada 2013, dia menulis tema pengembangan pribadi yang lebih umum.
Lalu pada 2015, dia menerbitkan tulisan yang berjudul The Subtle Art of Not Giving a Fuck. Pada 2016, dia resmi beralih dari blogger yang sangat populer menjadi penulis terkenal di dunia. Manson dinilai memiliki cara tersendiri untuk masuk ke pembacanya. “Banyak orang mungkin ingin bantuan, tetapi mereka tidak menyukai bahasa self-help dan dia benar-benar tahu cara menulis seolah-olah dia bukan penulis swadaya. Dia tahu cara menulis seperti pria di rumah persaudaraan.
“Untuk orang-orang yang mungkin merasa kehilangan, mereka dapat mendengar pria ini yang tidak berbicara seperti Oprah atau Brené Brown dan merasa seperti, ‘Oh , orang ini ada di level saya’. ‘Dia tidak mudah tersinggung; dia berbicara kepada saya dalam bahasa saya sendiri dan itu bisa membuat orang itu merasa lebih baik’,” tutur penulis Kristen Meinzer.
Sebetulnya dia tetap menyampaikan motivasi, tetapi dengan cara yang berbeda. Ini terlihat di buku yang ditulisnya, The Subtle Art of Not Giving a Fuck , yang dirilis pada 2016. Buku ini terjual lebih dari 6 juta kopi dan telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa. Buku ini juga masuk berbagai versi buku terlaris, seperti Barnes & Noble, American Booksellers Association, The Straits Times Best Sellers.
Bahkan, baru-baru ini selebritas seperti Jessie J ikut mengunggah buku ini di akun Instagramnya sambil menulis tagar #TheSubtleArtOfNotGivingAFuck. Kejutan lain muncul ketika buku terbarunya, Everything Is Fucked: A Book About Hope, masuk daftar buku terlaris New York Times sejak dirilis pada Mei lalu.
Buku ini mengajarkan bahwa hal terbaik yang bisa dilakukan untuk diri sendiri dan dunia adalah berhenti terlalu panik. Buku terbaru ini bergulat dengan masalah yang lebih luas dan komunal. Secara khusus, dia bertanya-tanya, bagaimana mungkin kita hidup di negara kaya dengan teknologi maju, tetapi depresi dan kegelisahan terus meningkat?
Apa yang terjadi yang membuat kita sangat cemas dan tidak bahagia? Dia juga diketahui menulis autobiografi aktor ternama Will Smith. Lalu, apa yang membuat penulis berusia 35 tahun pada 9 Maret lalu ini berbeda? Dia menampilkan dirinya sebagai lelaki sejati yang berbicara nyata tanpa tedeng aling-aling .
Dia mengaku menjadi bocah nakal yang baru saja berusaha memperbaiki kesalahannya, kemudian berusaha membantu mengatasi siapa pun yang mengalami hal yang sama. Begitu banyak popularitas Manson bermula dari kesuksesan kepribadiannya.
“Saya pikir banyak buku self-help terjebak dalam upaya membuat pembaca merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Saya pikir para pembaca saya menghargai jika saya tidak melakukan itu. Itu seperti agak merendahkan untuk mencoba membuat pembaca Anda merasakan hal tertentu. Adalah tugas saya untuk menunjukkan kepada mereka ide-ide yang menurut saya kuat dan membantu mereka mengajukan pertanyaan tentang diri mereka sendiri,” ungkapnya saat wawancara dengan Buzz Feed News pada Juli lalu.
Dia mengatakan, sebagian besar dari apa yang ditulisnya sebetulnya ditujukan untuk dirinya sendiri. “Saya tidak membagikan gagasan ini karena saya pikir saya benar dan orang lain salah. Saya menulisnya karena saya pikir saya salah dan memperbaiki kesalahpahaman saya sendiri di platform publik tampaknya membantu banyak orang lain dalam proses ini,” ujarnya.
Saat ini Manson tampak menjalani mimpi milenial. Di usianya yang terbilang muda, 35 tahun, dia sudah tinggal di New York City bersama istrinya, Fernanda. Dia terkenal, kerap melakukan tur, bukunya laris manis, fleksibel, kreatif, dan keren. Kondisinya saat ini berbeda jauh dengan apa yang dialaminya saat lulus kuliah dulu.
Dahulu seusai lulus kuliah, Manson merasa dirinya terombang-ambing tanpa tujuan, tinggal di Boston dan bekerja di bidang keuangan tingkat rendah yang dia gambarkan sebagai mimpi buruk. Dia pun mulai melakukan manuver. Dia masuk ke bisnis kencan online. Dari sini dia mengetahui banyak lelaki yang mendatanginya meminta saran kurang memiliki kepercayaan diri, terutama masalah percintaan dan kencan.
Inilah yang menjadi titik nadir bagi Manson. Dia mulai bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana saya bisa membantu orang menjadi lebih baik saat berkencan? Mengapa orang-orang ini memiliki begitu banyak masalah kencan?”. Dia mulai menulis buku pertamanya, Models: Attract Women Through Honesty, yang dirilis pada 2011.
Buku ini terbilang sukses dan membuat Manson meraih kesuksesan finansial juga. Setelah itu, dia memutuskan berhenti dari pelatihan apa pun. Setahun setelah penerbitannya, dia masih menghasilkan cukup uang dari penjualan bukunya di Amazon sehingga dia bisa fokus sebagai penulis dan blogger. Pada 2013, dia menulis tema pengembangan pribadi yang lebih umum.
Lalu pada 2015, dia menerbitkan tulisan yang berjudul The Subtle Art of Not Giving a Fuck. Pada 2016, dia resmi beralih dari blogger yang sangat populer menjadi penulis terkenal di dunia. Manson dinilai memiliki cara tersendiri untuk masuk ke pembacanya. “Banyak orang mungkin ingin bantuan, tetapi mereka tidak menyukai bahasa self-help dan dia benar-benar tahu cara menulis seolah-olah dia bukan penulis swadaya. Dia tahu cara menulis seperti pria di rumah persaudaraan.
“Untuk orang-orang yang mungkin merasa kehilangan, mereka dapat mendengar pria ini yang tidak berbicara seperti Oprah atau Brené Brown dan merasa seperti, ‘Oh , orang ini ada di level saya’. ‘Dia tidak mudah tersinggung; dia berbicara kepada saya dalam bahasa saya sendiri dan itu bisa membuat orang itu merasa lebih baik’,” tutur penulis Kristen Meinzer.
(don)