Sering Melewatkan Sarapan Meningkatkan Risiko Kematian Dini
A
A
A
JAKARTA - Temuan baru menunjukkan melewatkan makan pagi atau sarapan dan makan malam larut malam dapat meningkatkan risiko kematian dan masalah terkait jantung lainnya. Temuan ini dipublikasikan dalam European Journal of Preventive Cardiology.
Dilansir dari Times Now News, orang dengan gaya hidup yang tidak sehat memiliki kemungkinan empat hingga lima kali lebih tinggi untuk meninggal dini dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung kedua.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa dua perilaku makan secara independen terkait dengan hasil yang lebih buruk setelah serangan jantung tetapi memiliki sekelompok kebiasaan buruk hanya akan memperburuk keadaan," kata rekan penulis Marcos Minicucci, dari Universitas Negeri Sao Paolo di Brasil.
"Kami juga berpikir bahwa respons inflamasi, stres oksidatif, dan fungsi endotel dapat terlibat dalam hubungan antara perilaku makan yang tidak sehat dan hasil kardiovaskular," tambahnya.
Untuk penelitian ini, tim tersebut melibatkan 113 pasien dengan usia rata-rata 60 tahun, di mana 73% adalah pria. Studi ini mendaftarkan pasien dengan bentuk serangan jantung serius yang disebut ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI).
Menurut tim, ini adalah studi pertama yang mengevaluasi perilaku tidak sehat pada pasien dengan sindrom koroner akut. Hasilnya, melewatkan sarapan diamati pada 58% pasien, makan malam larut malam di 51%, dan kedua perilaku di 41%.
Untuk meningkatkan kebiasaan makan, para peneliti merekomendasikan interval minimal dua jam antara makan malam dan waktu tidur.
"Sarapan yang baik biasanya terdiri dari produk susu (susu bebas lemak atau rendah lemak, yogurt dan keju), karbohidrat (roti gandum, bagel, sereal), dan buah-buahan utuh," saran tim peneliti.
Dilansir dari Times Now News, orang dengan gaya hidup yang tidak sehat memiliki kemungkinan empat hingga lima kali lebih tinggi untuk meninggal dini dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung kedua.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa dua perilaku makan secara independen terkait dengan hasil yang lebih buruk setelah serangan jantung tetapi memiliki sekelompok kebiasaan buruk hanya akan memperburuk keadaan," kata rekan penulis Marcos Minicucci, dari Universitas Negeri Sao Paolo di Brasil.
"Kami juga berpikir bahwa respons inflamasi, stres oksidatif, dan fungsi endotel dapat terlibat dalam hubungan antara perilaku makan yang tidak sehat dan hasil kardiovaskular," tambahnya.
Untuk penelitian ini, tim tersebut melibatkan 113 pasien dengan usia rata-rata 60 tahun, di mana 73% adalah pria. Studi ini mendaftarkan pasien dengan bentuk serangan jantung serius yang disebut ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI).
Menurut tim, ini adalah studi pertama yang mengevaluasi perilaku tidak sehat pada pasien dengan sindrom koroner akut. Hasilnya, melewatkan sarapan diamati pada 58% pasien, makan malam larut malam di 51%, dan kedua perilaku di 41%.
Untuk meningkatkan kebiasaan makan, para peneliti merekomendasikan interval minimal dua jam antara makan malam dan waktu tidur.
"Sarapan yang baik biasanya terdiri dari produk susu (susu bebas lemak atau rendah lemak, yogurt dan keju), karbohidrat (roti gandum, bagel, sereal), dan buah-buahan utuh," saran tim peneliti.
(alv)