Banyak Traveler yang Masih Belum Menyadari Bahaya Sembelit
A
A
A
JAKARTA - Banyak kendala yang dihadapi hampir setiap orang ketika melakukan traveling, salah satunya ada susah BAB (Buang Air Besar) atau sembelit. Masalah ini kerap terjadi karena adanya perubahan pola makan, mencoba kuliner baru, rasa letih, serta jet lag yang menyebabkan perubahan gerakan usus dan menunda buang air besar karena akses ke toilet yang sulit.
Hal tersebut selaras dengan sebuah data penelitian yang menyebutkan 4 dari 10 orang mengatakan, bepergian jauh dapat menyebabkan masalah susah BAB. Sembelit terjadi saat saluran pencernaan tidak dapat berfungsi dengan normal dan apabila seseorang hanya buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Sebagaimana diungkapkan Sanofi Medical Expert, Dr. Riana Nirmala Wijaya, biasanya itu terjadi karena makanan dan stres.
"Bepergian juga dapat memicu perubahan pola diet dan BAB, rasa letih serta jet lag yang dapat menyebabkan perubahan gerakan usus sehingga mudah menyebabkan sembelit. Sebagai akibatnya, akan menimbulkan rasa tidak tuntas saat BAB," terangnya di Jakarta, baru-baru ini.
Apabila dibiarkan, menurut Riana, masalah sembelit dapat mengakibatkan pendarahan pada anus bahkan bisa menyebabkan luka pada anus dan sumbatan usus.
Category Manager Consumer Healthcare Sanofi Indonesia, Yosephine Carolline menambahkan jika masih banyak traveler yang tidak menyadari bahaya susah BAB selama traveling.
"Sanofi Indonesia melalui produk unggulan Dulcolax ingin mengajak masyarakat untuk lebih sigap mengambil tindakan dalam mengatasi masalah susah BAB atau sembelit ketika traveling," pungkasnya.
Hal tersebut selaras dengan sebuah data penelitian yang menyebutkan 4 dari 10 orang mengatakan, bepergian jauh dapat menyebabkan masalah susah BAB. Sembelit terjadi saat saluran pencernaan tidak dapat berfungsi dengan normal dan apabila seseorang hanya buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.
Sebagaimana diungkapkan Sanofi Medical Expert, Dr. Riana Nirmala Wijaya, biasanya itu terjadi karena makanan dan stres.
"Bepergian juga dapat memicu perubahan pola diet dan BAB, rasa letih serta jet lag yang dapat menyebabkan perubahan gerakan usus sehingga mudah menyebabkan sembelit. Sebagai akibatnya, akan menimbulkan rasa tidak tuntas saat BAB," terangnya di Jakarta, baru-baru ini.
Apabila dibiarkan, menurut Riana, masalah sembelit dapat mengakibatkan pendarahan pada anus bahkan bisa menyebabkan luka pada anus dan sumbatan usus.
Category Manager Consumer Healthcare Sanofi Indonesia, Yosephine Carolline menambahkan jika masih banyak traveler yang tidak menyadari bahaya susah BAB selama traveling.
"Sanofi Indonesia melalui produk unggulan Dulcolax ingin mengajak masyarakat untuk lebih sigap mengambil tindakan dalam mengatasi masalah susah BAB atau sembelit ketika traveling," pungkasnya.
(nug)