Mengenal Penyakit Autoimun yang Diidap Penyanyi Ashanty

Rabu, 09 Oktober 2019 - 14:30 WIB
Mengenal Penyakit Autoimun yang Diidap Penyanyi Ashanty
Mengenal Penyakit Autoimun yang Diidap Penyanyi Ashanty
A A A
JAKARTA - Penyanyi Ashanty mengaku menderita penyakit autoimun. Ditangani langsung oleh dokter Terawan yang tak lain merupakan dokter kepresidenan, Ashanty mengaku kaget dan seram mengetahui diagnosa kesehatannya saat ini. Meski baru diagnosa awal, namun dia tidak pernah membayangkan akan mengidap penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu.

"Diagnosa awal kaget banget, aku kena ‘auto immune’ sesuatu yang ngga pernah saya bayangkan, denger nya aja serem.. googling aja tadi ngeri2 banget," tulis Ashanty melalui akun @ashanty_ash.

Lantas penyakit seperti apakah autoimun itu?

Dilansir dari Healthline, autoimun merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh. Sistem kekebalan biasanya melindungi terhadap kuman seperti bakteri dan virus. Ketika merasakan adanya bakteri atau virus, sistem kekebalan tubuh secara langsung akan mengirimkan pasukan sel tempur untuk menyerang kuman yang ada di tubuh.

Umumnya, sistem kekebalan tubuh dapat membedakan sel asing dengan sel sendiri. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh justru menganggap tubuh sebagai hal asing. Pada tahap ini, protein yang disebut autoantibodi yang menyerang sel-sel sehat akan dilepaskan. Beberapa penyakit autoimun hanya menargetkan satu organ, seperti diabetes tipe 1 merusak pankreas.

Dokter tidak tahu persis apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh keliru. Namun beberapa orang lebih mungkin mengidap penyakit autoimun daripada yang lain. Menurut sebuah studi 2014, wanita mengidap penyakit autoimun pada tingkat sekitar 2 banding 1 dibandingkan dengan pria — 6,4% wanita vs 2,7% pria. Seringkali penyakit ini bermula pada masa subur seorang wanita (usia 15—44).

Beberapa penyakit autoimun lebih sering terjadi pada kelompok etnis tertentu. Sebagai contoh, lupus mempengaruhi lebih banyak orang Afrika—Amerika dan Hispanik daripada Kaukasia. Penyakit autoimun tertentu, seperti multiple sclerosis dan lupus, menurun dalam keluarga. Tidak setiap anggota keluarga memiliki penyakit yang sama, tetapi mereka mewarisi kerentanan terhadap kondisi autoimun.

Karena kejadian penyakit autoimun meningkat, para peneliti menduga faktor lingkungan seperti infeksi dan paparan bahan kimia atau pelarut juga mungkin menjadi salah satu faktor risiko. Diet Barat merupakan faktor risiko lain yang dicurigai mengembangkan penyakit autoimun. Makan makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan olahan diduga terkait dengan peradangan yang mungkin memicu respons kekebalan. Namun, ini belum terbukti.

Sebuah studi tahun 2015 berfokus pada teori lain yang disebut hipotesis kebersihan. Karena vaksin dan antiseptik, anak-anak saat ini tidak terkena kuman sebanyak di masa lalu. Namun, kurangnya paparan bisa membuat sistem kekebalan tubuh mereka cenderung bereaksi berlebihan terhadap zat-zat yang tidak berbahaya.

Temui dokter jika Anda memiliki gejala penyakit autoimun. Anda mungkin perlu mengunjungi spesialis, tergantung pada jenis penyakit autoimun yang diidap. Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis sebagian besar penyakit autoimun. Dokter akan menggunakan kombinasi tes dan ulasan gejala dan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis.

Perawatan tidak dapat menyembuhkan penyakit autoimun, tetapi dapat mengontrol respon imun yang terlalu aktif dan menurunkan peradangan atau setidaknya mengurangi rasa sakit dan peradangan. Obat yang digunakan untuk mengobati kondisi ini meliputi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), ibuprofen (Motrin, Advil) dan naproxen (Naprosyn) serta obat penekan kekebalan tubuh.

Perawatan juga tersedia untuk meredakan gejala seperti rasa sakit, bengkak, kelelahan, dan ruam kulit. Makan makanan yang seimbang dan berolahraga teratur juga dapat membantu pasien merasa lebih baik.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4623 seconds (0.1#10.140)