MII 2019 Berperan Menyosialisasikan Literasi Digital
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sukses menggelar ajang Miss Internet Indonesia (MII) 2019 pada akhir bulan lalu. Dari 20 finalis yang bersaing di kompetisi tersebut, terpilih Ni Luh Putu Diah dari Denpasar, Bali.
Bukan sekadar ajang pencarian bakat, kompetisi ini juga dijadikan sebuah gerakan moral yang digagas untuk membantu penetrasi dan pemanfaatan internet secara bijak. Miss Internet Indonesia yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air merupakan wanita milenial terbaik terpilih dari ratusan wanita Indonesia melalui audisi.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga APJII, Eva Marlina mengatakan, MII memiliki tiga nilai penting, yaitu smart, charm, and digital lovers. Alhasil, MII memiliki peran sebagai pendidik, panutan, dan penghubung antara pemerintah dan masyarakat.
"Kami berharap pada pemilihan MII 2019 bisa mendukung kegiatan pemerintah dalam sosialisasi literasi digital. Dikarenakan akses internet sekarang sudah bisa terkoneksi dari Sabang sampai Merauke berkat program Palapa Ring yang dikerjakan oleh BAKTI Kementerian Kominfo," terang Eva dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (14/10).
Karena itu, lanjut dia, Sobat Cyber Indonesia (SCI) dan APJII fokus dalam melakukan gerakan Miss Internet Indonesia untuk membuat internet dan konten-konten di internet yang positif.
Sejumlah pakar dan pembicara memberikan bekal sekaligus wawasan kepada para finalis, di antaranya Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Sylvia Sumarlin, dan desainer terkenal Amy Atmanto.
Kedua pembicara itu memberikan pengetahuan tentang bagaimana wanita harus punya peranan dalam era industri 4.0. "Wanita terkadang mendapatkan tempat yang tidak lebih tinggi dari pria sehingga sebagai wanita kita harus membuktikan diri," tegas Sylvia.
Sylvia mengungkapkan bahwa wanita harus berani bertarung menggunakan ilmu dan kemampuannya dalam menghadapi perkembangan jaman industri seperti di era 4.0 ini. "Tapi fondasi semua itu berawal dari keluarga. Saya yakin wanita bisa, khususnya para finalis Miss Internet ini," sambungnya.
Senada dengan Sylvia, Amy juga memiliki keyakinan yang sama. "Sebagai wanita, kita harus membekali diri kita dengan pengetahuan dan ilmu tentang cara menghadapi era industri 4.0 yang sudah di depan mata," ujarnya.
Terlebih generasi muda di Indonesia, khususnya wanita yang harus memiliki bekal untuk menjadi wanita tangguh. Tak hanya sebagai ibu dan istri, tetapi wanita juga harus mampu berbuat bagi bangsa dan negara ini. "Oleh sebab itu, wanita juga harus punya passion dan berani melihat peluang untuk menghadapi era informasi yang canggih ini. Jangan sampai wanita hanya jadi pelengkap era industri ini," papar Amy.
Dia berharap wanita-wanita yang menjadi finalis MII akan menjadi generasi-generasi muda yang berbakat dan punya pengaruh yang besar bagi kemajuan bangsa ini terlebih dalam menghadapi era industri 4.0.
Bukan sekadar ajang pencarian bakat, kompetisi ini juga dijadikan sebuah gerakan moral yang digagas untuk membantu penetrasi dan pemanfaatan internet secara bijak. Miss Internet Indonesia yang berasal dari berbagai daerah di Tanah Air merupakan wanita milenial terbaik terpilih dari ratusan wanita Indonesia melalui audisi.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga APJII, Eva Marlina mengatakan, MII memiliki tiga nilai penting, yaitu smart, charm, and digital lovers. Alhasil, MII memiliki peran sebagai pendidik, panutan, dan penghubung antara pemerintah dan masyarakat.
"Kami berharap pada pemilihan MII 2019 bisa mendukung kegiatan pemerintah dalam sosialisasi literasi digital. Dikarenakan akses internet sekarang sudah bisa terkoneksi dari Sabang sampai Merauke berkat program Palapa Ring yang dikerjakan oleh BAKTI Kementerian Kominfo," terang Eva dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (14/10).
Karena itu, lanjut dia, Sobat Cyber Indonesia (SCI) dan APJII fokus dalam melakukan gerakan Miss Internet Indonesia untuk membuat internet dan konten-konten di internet yang positif.
Sejumlah pakar dan pembicara memberikan bekal sekaligus wawasan kepada para finalis, di antaranya Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Sylvia Sumarlin, dan desainer terkenal Amy Atmanto.
Kedua pembicara itu memberikan pengetahuan tentang bagaimana wanita harus punya peranan dalam era industri 4.0. "Wanita terkadang mendapatkan tempat yang tidak lebih tinggi dari pria sehingga sebagai wanita kita harus membuktikan diri," tegas Sylvia.
Sylvia mengungkapkan bahwa wanita harus berani bertarung menggunakan ilmu dan kemampuannya dalam menghadapi perkembangan jaman industri seperti di era 4.0 ini. "Tapi fondasi semua itu berawal dari keluarga. Saya yakin wanita bisa, khususnya para finalis Miss Internet ini," sambungnya.
Senada dengan Sylvia, Amy juga memiliki keyakinan yang sama. "Sebagai wanita, kita harus membekali diri kita dengan pengetahuan dan ilmu tentang cara menghadapi era industri 4.0 yang sudah di depan mata," ujarnya.
Terlebih generasi muda di Indonesia, khususnya wanita yang harus memiliki bekal untuk menjadi wanita tangguh. Tak hanya sebagai ibu dan istri, tetapi wanita juga harus mampu berbuat bagi bangsa dan negara ini. "Oleh sebab itu, wanita juga harus punya passion dan berani melihat peluang untuk menghadapi era informasi yang canggih ini. Jangan sampai wanita hanya jadi pelengkap era industri ini," papar Amy.
Dia berharap wanita-wanita yang menjadi finalis MII akan menjadi generasi-generasi muda yang berbakat dan punya pengaruh yang besar bagi kemajuan bangsa ini terlebih dalam menghadapi era industri 4.0.
(nug)