Asma Bisa Menjadi Masalah yang Mengganggu Aktivitas Harian
A
A
A
JAKARTA - Asma merupakan suatu kondisi di mana saluran udara menyempit dan membengkak serta menghasilkan lendir ekstra. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami kesulitan bernapas dan memicu batuk, mengi hingga sesak napas.
Bagi sebagian orang, asma adalah gangguan ringan. Bagi yang lain, itu bisa menjadi masalah besar yang mengganggu kegiatan sehari-hari dan dapat menyebabkan serangan asma yang mengancam jiwa.
"Asma disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari. Penyakit ini disebabkan oleh polusi udara dan asap rokok," kata dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA selaku Kepala Subdirektorat Penyakit Paru dan Gangguan Imunologi, Kementerian Kesehatan saat jumpa pers di Mandarin Oriental Jakarta, Senin (14/10/2019).
Asma tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikendalikan. Pasalnya, asma sering berubah dari waktu ke waktu sehingga penting bagi pasien untuk bekerja dengan dokter untuk melacak tanda dan gejala serta menyesuaikan perawatan yang diperlukan.
"Hanya sepertiga penderita yang tahu dirinya sakit. Sepertiganya itu yang mau berobat, lainnya nggak mau ngapa-ngapain," kata dia.
Sementara, sejumlah 4,5% dari populasi di Indonesia menderita penyakit asma dengan jumlah kumulatif kasus sekitar 11.179.032 penderita. Sementara itu, Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan tahun 2005 mencatat bahwa penyakit paru-paru kronis adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di Indonesia.
"Berdasarkan Riskesdas, asma 2,4%, global 4,3. Berarti sekitar 4 juta orang kena asma. Di Indonesia cukup tinggi karena rokok, stres dan polusi udara serta lingkungan kerja. Sekali orang kena asma cenderung bertahan, kalau anak-anak akan sembuh," ujar dia.
Bagi sebagian orang, asma adalah gangguan ringan. Bagi yang lain, itu bisa menjadi masalah besar yang mengganggu kegiatan sehari-hari dan dapat menyebabkan serangan asma yang mengancam jiwa.
"Asma disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari. Penyakit ini disebabkan oleh polusi udara dan asap rokok," kata dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA selaku Kepala Subdirektorat Penyakit Paru dan Gangguan Imunologi, Kementerian Kesehatan saat jumpa pers di Mandarin Oriental Jakarta, Senin (14/10/2019).
Asma tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikendalikan. Pasalnya, asma sering berubah dari waktu ke waktu sehingga penting bagi pasien untuk bekerja dengan dokter untuk melacak tanda dan gejala serta menyesuaikan perawatan yang diperlukan.
"Hanya sepertiga penderita yang tahu dirinya sakit. Sepertiganya itu yang mau berobat, lainnya nggak mau ngapa-ngapain," kata dia.
Sementara, sejumlah 4,5% dari populasi di Indonesia menderita penyakit asma dengan jumlah kumulatif kasus sekitar 11.179.032 penderita. Sementara itu, Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan tahun 2005 mencatat bahwa penyakit paru-paru kronis adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di Indonesia.
"Berdasarkan Riskesdas, asma 2,4%, global 4,3. Berarti sekitar 4 juta orang kena asma. Di Indonesia cukup tinggi karena rokok, stres dan polusi udara serta lingkungan kerja. Sekali orang kena asma cenderung bertahan, kalau anak-anak akan sembuh," ujar dia.
(alv)