Pasien Kanker Payudara Meningkat, YKPI dan PERABOI Serukan Deteksi Dini
A
A
A
JAKARTA - Jumlah pasien dan angka kematian kanker di seluruh dunia terus meningkat signifikan. Penambahan ini seiring dengan populasi warga dunia yang kian bertambah.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 185 negara dengan melihat lebih dalam pada 36 jenis kanker, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kanker akan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia pada akhir abad ini jika dibandingkan dengan stroke atau jantung yang di banyak negara semakin menurun.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi kanker dan tumor yakni 1,79 per 1000 penduduk dibandingkan tahun 2013 yaitu 1,4 per 1000 penduduk.
Angka kejadian kanker di Indonesia terjadi pada 136,6 per 100.000 penduduk, berada pada urutan ke-8 se-Asia Tenggara dan ke-23 di Asia. Untuk jenis kanker yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia berbeda pada tiap jenis kelamin. Untuk laki-laki, kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk. Kemudian diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk.
Sementara, angka kejadian perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yakni 42,1 per 100.000 penduduk dan kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk. Ketua PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) dr Walta Gautama SpB(K) Onk menegaskan kendati angka kejadian kanker payudara tinggi, tapi tingkat kesembuhannya juga tinggi. Bahkan bisa mencapai 90%.
“Tentunya angka kesembuhan itu didapat jika pasien datang berobat pada stadium nol. Semakin tinggi stadiumnya maka semakin banyak pula modalitas terapi yang dibutuhkan dan semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan,” papar dr Walta. (Baca juga: Singkirkan Marvin dan Nia, Suci Rebut Mahkota KDI 2019 ).
Menyikapi hal ini, Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) semakin termotivasi untuk lebih giat berupaya mendukung program pemerintah dalam menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut di Indonesia melalui program kerjanya. Ketua sekaligus pendiri YKPI, Linda Agum Gumelar, mengatakan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi pentingnya deteksi dini hingga pelosok Tanah Air.
Bertepatan dengan Oktober sebagai bulan peduli kanker payudara internasional, lanjut Linda, YKPI menjemput bola kegiatan pengabdian masyarakat dari PERABOI yang dilakukan di Samarinda dan Tenggarong untuk membangun kesadaran masyarakat atas kejadian kanker payudara stadium lanjut.
“Sekaligus mendukung mereka yang tengah berjuang mengalahkan kanker payudara agar tetap semangat dan optimis,” kata Linda.
Linda mengungkapkan, bahwa kepedulian masyarakat dan dukungan kepada para penyintas kanker payudara dapat menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut. Hal ini dirasakan sendiri oleh Linda yang sempat berjuang melawan kanker payudaranya.
“Saya pernah divonis menderita kanker payudara tahun 1996. Tentunya saat itu saya tidak bisa menerima, sedih, marah karena hanya kematian yang terbayang. Namun, dukungan, semangat dan rasa sayang dari keluarga, teman, dan semua orang yang peduli ternyata dapat menjadi obat paling ampuh dalam menemani masa-masa sulit berjuang melawan kanker dan menjalani semua tahapan pengobatan dokter. Tanpa itu semua, saya tidak akan berada di sini,” jelas Linda.
Sejak didirikan pada 19 Agustus 2003, YKPI menurut Linda lebih fokus pada upaya-upaya preventif, salah satunya dengan cara sosialisasi pentingnya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan mengoperasikan satu-satunya Unit Mobl Mammografi di Indoensia, didukung oleh Tim Medis RS Kanker Dharmais sejak 2015.
Linda juga menyadari penyebaran informasi tentang kanker payudara di Indonesia belum merata, bahkan masih ada mitos-mitos di kelompok masyarakat yang mendorong maraknya pengobatan non medis. Ada juga sekelompok orang yang masih merasa malu divonis kanker payudara meski baru stadium awal dan memilih mengurung dirinya serta menunda pengobatan medis. (Baca juga: 6 Film Terlaris Sepanjang Sejarah ).
“Hal inilah yang juga memicu angka kejadian kanker payudara stadium lanjut tinggi. Untuk itu ayo lakukan SADARI di rumah secara rutin, caranya bisa dilihat di website atau sosial media YKPI seperti Instagram atau Facebook dan segera periksakan ke dokter jika ada kelainan pada payudara. Misalnya terasa ada benjolan atau perubahan pada puting. Karena kanker ini tidak ada gejala dan kita tidak akan merasakan sakit pada awalnya, jadi deteksi dini itu penting,” imbau Linda.
Sebelumnya di RSUD Aji Muhammad Parikesit di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, diselenggarakan pula sosialisasi deteksi kanker payudara dan TOT SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Ketua pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat, dr Abdul Rachman SpB(K) Onk mengatakan acara sosialisasi tersebut dihadiri 100 peserta perwakilan organisasi dan institusi wanita di Tenggarong.
“PERABOI bekerjasama dengan YKPI berharap agar kegiatan ini nantinya akan terus berlanjut, ditularkan pada ibu-ibu dan organisasi lainnya sehingga informasi tentang kanker payudara akan merata,” ujar dr Abdul.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 185 negara dengan melihat lebih dalam pada 36 jenis kanker, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kanker akan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia pada akhir abad ini jika dibandingkan dengan stroke atau jantung yang di banyak negara semakin menurun.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi kanker dan tumor yakni 1,79 per 1000 penduduk dibandingkan tahun 2013 yaitu 1,4 per 1000 penduduk.
Angka kejadian kanker di Indonesia terjadi pada 136,6 per 100.000 penduduk, berada pada urutan ke-8 se-Asia Tenggara dan ke-23 di Asia. Untuk jenis kanker yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia berbeda pada tiap jenis kelamin. Untuk laki-laki, kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk. Kemudian diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk.
Sementara, angka kejadian perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yakni 42,1 per 100.000 penduduk dan kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk. Ketua PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) dr Walta Gautama SpB(K) Onk menegaskan kendati angka kejadian kanker payudara tinggi, tapi tingkat kesembuhannya juga tinggi. Bahkan bisa mencapai 90%.
“Tentunya angka kesembuhan itu didapat jika pasien datang berobat pada stadium nol. Semakin tinggi stadiumnya maka semakin banyak pula modalitas terapi yang dibutuhkan dan semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan,” papar dr Walta. (Baca juga: Singkirkan Marvin dan Nia, Suci Rebut Mahkota KDI 2019 ).
Menyikapi hal ini, Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) semakin termotivasi untuk lebih giat berupaya mendukung program pemerintah dalam menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut di Indonesia melalui program kerjanya. Ketua sekaligus pendiri YKPI, Linda Agum Gumelar, mengatakan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi pentingnya deteksi dini hingga pelosok Tanah Air.
Bertepatan dengan Oktober sebagai bulan peduli kanker payudara internasional, lanjut Linda, YKPI menjemput bola kegiatan pengabdian masyarakat dari PERABOI yang dilakukan di Samarinda dan Tenggarong untuk membangun kesadaran masyarakat atas kejadian kanker payudara stadium lanjut.
“Sekaligus mendukung mereka yang tengah berjuang mengalahkan kanker payudara agar tetap semangat dan optimis,” kata Linda.
Linda mengungkapkan, bahwa kepedulian masyarakat dan dukungan kepada para penyintas kanker payudara dapat menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut. Hal ini dirasakan sendiri oleh Linda yang sempat berjuang melawan kanker payudaranya.
“Saya pernah divonis menderita kanker payudara tahun 1996. Tentunya saat itu saya tidak bisa menerima, sedih, marah karena hanya kematian yang terbayang. Namun, dukungan, semangat dan rasa sayang dari keluarga, teman, dan semua orang yang peduli ternyata dapat menjadi obat paling ampuh dalam menemani masa-masa sulit berjuang melawan kanker dan menjalani semua tahapan pengobatan dokter. Tanpa itu semua, saya tidak akan berada di sini,” jelas Linda.
Sejak didirikan pada 19 Agustus 2003, YKPI menurut Linda lebih fokus pada upaya-upaya preventif, salah satunya dengan cara sosialisasi pentingnya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan mengoperasikan satu-satunya Unit Mobl Mammografi di Indoensia, didukung oleh Tim Medis RS Kanker Dharmais sejak 2015.
Linda juga menyadari penyebaran informasi tentang kanker payudara di Indonesia belum merata, bahkan masih ada mitos-mitos di kelompok masyarakat yang mendorong maraknya pengobatan non medis. Ada juga sekelompok orang yang masih merasa malu divonis kanker payudara meski baru stadium awal dan memilih mengurung dirinya serta menunda pengobatan medis. (Baca juga: 6 Film Terlaris Sepanjang Sejarah ).
“Hal inilah yang juga memicu angka kejadian kanker payudara stadium lanjut tinggi. Untuk itu ayo lakukan SADARI di rumah secara rutin, caranya bisa dilihat di website atau sosial media YKPI seperti Instagram atau Facebook dan segera periksakan ke dokter jika ada kelainan pada payudara. Misalnya terasa ada benjolan atau perubahan pada puting. Karena kanker ini tidak ada gejala dan kita tidak akan merasakan sakit pada awalnya, jadi deteksi dini itu penting,” imbau Linda.
Sebelumnya di RSUD Aji Muhammad Parikesit di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, diselenggarakan pula sosialisasi deteksi kanker payudara dan TOT SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Ketua pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat, dr Abdul Rachman SpB(K) Onk mengatakan acara sosialisasi tersebut dihadiri 100 peserta perwakilan organisasi dan institusi wanita di Tenggarong.
“PERABOI bekerjasama dengan YKPI berharap agar kegiatan ini nantinya akan terus berlanjut, ditularkan pada ibu-ibu dan organisasi lainnya sehingga informasi tentang kanker payudara akan merata,” ujar dr Abdul.
(tdy)