Jangan Takut ke Dokter, Ini Manfaat Periksa Payudara Sendiri

Selasa, 22 Oktober 2019 - 05:35 WIB
Jangan Takut ke Dokter, Ini Manfaat Periksa Payudara Sendiri
Jangan Takut ke Dokter, Ini Manfaat Periksa Payudara Sendiri
A A A
JAKARTA - Kanker Payudara menjadi momok bagi perempuan pada saat ini. Tingginya angka kematian yang disebabkan kanker, terutama kanker payudara membuat seorang wanita harus dapat melakukan sendiri deteksi dini melalui SADARI (periksa payudara sendiri) dengan tujuan diketahuinya secara cepat jika terjadi kelainan pada payudara yang mengarah pada gejala kanker payudara.

Ketua pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat, dr Abdul Rachman SpB(K) Onk mengatakan bahwa angka kejadian kanker payudara masih yang tertinggi pada perempuan di Indonesia. Untuk itu sosialisasi SADARI sangat penting guna menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut.

Saat ini berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais (RSKD) sebagai Pusat Rujukan Kanker Nasional, diketahui bahwa 56 persen pasien yang ditangani RSKD adalah pasien kanker payudara. "Di mana 70 persennya diketahui dalam kondisi stadium lanjut," tandas dr Abdul yang sehari-harinya praktik di RSUD Kabupaten Tangerang.

Menaggapi hal ini, Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) yang diwakili Titien Pamudji mengimbau agar pasien kanker payudara bersifat terbuka dan tidak takut memeriksakan dirinya ke dokter. Menurut Titien, pasien kanker payudara hendaknya jangan menutup diri.

"Saya seorang survivor, Ketua YKPI Ibu Linda Agum juga survivor, tapi kami bisa sehat sampai sekarang dan masih beraktivitas. Karena kami memeriksakan diri dari awal. Tidak menundanya. Saya harap ibu-ibu juga demikian," seru Titien.

Seperti halnya yang dilakukan dua srikandi asal Kabupaten Tenggarong, Kalimantan Timur, Sri (43) dan Kartini (56) mendalami SADARI kendati sudah divonis kanker payudara dan rela kehilangan satu payudaranya di meja operasi.

Sri dengan penuh semangat kini pun turut aktif mensosialisasikan pentingnya SADARI ke sesama rekannya. "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Saya sekarang mau bawel ke ibu-ibu. Jangan takut ke dokter, mari kita SADARI," ujar Sri.

"Apalagi rumah saya dekat puskesmas. Kalau lihat mereka saya pasti kabur, lemas dan deg-degan. Saya takut karena pernah divonis dokter usianya hanya tersisa 3 bulan karena kanker payudara," tambahnya.

Kini, Sri dan Kartini rajin mengajak ibu-ibu yang terserang kanker payudara untuk tidak menunda pemeriksaan medis. "Karena berobat ke alternatif enggak sembuh, malah uang habis banyak, ujung-ujungnya ke dokter juga. Dulu kita takut banget sama dokter, sekarang kita jadi sahabat dokter," papar Kartini.

Bersama sekitar 100 peserta sosialisasi deteksi dini kanker payudara dan TOT (Training of Trainer) SADARI yang diselenggarakan YKPI bekerjasama dengan PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia), Sri dan Kartini mengaku sosialisasi dini kanker payudara penting dan berkomitmen akan disebarluaskan pada anggota keluarga dan warga sekitar.

Sementara itu Vira (20) dan Wida (20), keduanya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur mewakili peserta dari kalangan anak muda mengaku senang sekali dapat dilibatkan dalam TOT. "Ini kali pertama kami ikut TOT SADARI. Senang sekali karena tahu lebih awal soal kanker payudara, pentingnya deteksi dini dan praktek bagaimana cara SADARI," ujar Vira.

TOT SADARI yang dipimpin dr Hardinah Sabrida MARS ini disambut antusias peserta. Sebelumnya, dr Hardinah menerangkan seputar kanker payudara, penyebab hingga faktor risikonya. "Jika setiap bulan kita rutin melakukan SADARI kita akan mengetahui ada tidaknya kelainan di payudara kita. Kelainan di payudara itu belum tentu kanker. Jangan panik dan segera periksakan diri ke dokter," beber dr Hardinas.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6688 seconds (0.1#10.140)