Cegah Stunting, Kalangan Remaja Perlu Diedukasi Pengetahuan Gizi

Rabu, 23 Oktober 2019 - 22:32 WIB
Cegah Stunting, Kalangan...
Cegah Stunting, Kalangan Remaja Perlu Diedukasi Pengetahuan Gizi
A A A
JAKARTA - Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan kesehatan, termasuk tingginya angka kematian ibu dan anak. Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan angka pernikahan dini tertinggi kedua di ASEAN.

Ketidaksiapan secara fisik dan mental pada ibu yang hamil pada usia muda mengakibatkan berbagai tantangan selama proses kehamilan hingga melahirkan. Dalam jangka panjang, terbatasnya pengetahuan ibu tentang pentingnya persiapan gizi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan juga meningkatkan risiko anak mengalami gangguan pertumbuhan hingga stunting.

Melihat pentingnya edukasi dan persiapan terkait gizi sejak dini, Sarihusada sebagai bagian dari Danone Specialized Nutrition bekerjasama dengan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB) mengembangkan Modul Pelatihan Cegah Stunting untuk Usia Remaja.

Sustainable Development Director Danone, Karyanto Wibowo mengungkapkan bahwa misi pihaknya adalah untuk membawa kesehatan ke sebanyak mungkin orang di dunia. "Untuk itu, kami melakukan berbagai upaya edukasi tentang pentingnya pemenuhan gizi di masa-masa penting kehidupan termasuk dalam masa seribu hari pertama sebagai investasi penting kesehatan ibu dan anak di masa depan," terang Karyanto di Jakarta, Rabu (23/10).

Dekan FEMA IPB, Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan Msc menyampaikan, walau ekonomi terus tumbuh, di bidang gizi dan kesehatan kita masih dihadapkan dengan berbagai tantangan termasuk stunting. "Saya meyakini edukasi remaja adalah sebuah terobosan karena peningkatkan pengetahuan gizi sebelum memulai keluarga akan berkontribusi pada kesadaran akan kesehatan ibu dan anak di masa penting dalam kehidupannya, termasuk memutus rantai persoalan stunting," paparnya.

Dalam masa pertumbuhan, anak-anak usia remaja mengalami perubahan fisik, fungsi reproduksi, psikis dan sosial. Sayangnya, sebagaimana dalam data WHO, selama masa transisi itu, masih banyak remaja yang mengalami kekurangan gizi. Data Studi Diet Total (2014) menunjukkan bahwa remaja di Indonesia usia 13-18 tahun mengalami defisiensi protein dan energi.

Ketua tim ahli yang mengembangkan modul cegah stunting, Prof. Dr Id. Sri Anna Marliyati, MSi. menuturkan, 53 persen remaja mengalami defisiensi energi berat dan 48 persen defisiensi protein berat. "Risiko lebih besar terjadi pada remaja putri, para calon ibu, di mana defisiensi gizi akan berdampak pada kesehatan ibu dan buah hati selama masa kehamilan dan melahirkan, seperti anak lahir dengan berat badan lahir rendah," ungkapnya.

Sebelumnya, dari 2017, Danone telah bekerjasama dengan IPB untuk mengembangkan modul pelatihan Isi Piringku, sebuah panduan edukasi gizi seimbang untuk anak usia 4-6 tahun. Program edukasi anak usia dini ini telah diimplementasikan kepada 14.400 anak dan 1400 guru di 360 PAUD di 11 kota dan kabupaten di Indonesia.

Ditargetkan selesai pada akhir tahun ini, Modul Panduan Edukasi Gizi dan Kesehatan untuk remaja akan mulai diujicoba dalam pilot project kepada 400 pelajar dan 40 guru di 10 sekolah SLTP dan SLTA di Jabodetabek di tahun 2020.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7326 seconds (0.1#10.140)