Perankan Polwan di Film Hanya Manusia, Prisia Nasution Dilema
A
A
A
JAKARTA - Prisia Nasution kembali didapuk untuk memerankan tokoh polisi wanita (polwan) di film yang dia bintangi. Di film Hanya Manusia, Pia—begitu dia akrab disapa—memerankan polwan bernama Annisa yang bertugas di kesatuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Metro Jakarta Utara. Di film ini, Pia harus terlibat aksi baku hantam dan menggunakan senjata api (pistol).
Peran polwan di Hanya Manusia ini jelas berbeda dengan peran-peran polwan yang pernah dia jalani sebelumnya. Pia pernah memerankan polisi yang merupakan anggota Interpol di Comic 8 dan polisi masa depan di 3 Alif dan Lamin. Meski begitu, Pia mengaku tidak menghadapi kesulitan dalam perannya kali ini.
“Ada adegan baku hantam dan pegang senjata tapi gak ada masalah. Kalo dari pihak kepolisian persiapan sangat cepat banget jadi kemarin gak ada pelatihan khusus senjata jadi latihan sendiri sebelumnya suka nembak jadi sama senjata gak terlalu asing. Persiapan gak terlalu panjang sudah ada perbekalan sedikit dan punya beladiri sebelumnya,” ujarnya kepada SINDOnews di sela Gala Premier Hanya Manusia di XXI Epicentrum, Kuningan, belum lama ini.
Menurut aktris kelahiran 1 Juni 1984 ini, kesulitan justru bukan datang dari sosok yang dia perankan di film tersebut. Namun, dia merasa kesulitan ketika harus memotong rambutnya pendek seperti polwan sungguhan.
"Jadi sebelumnya dikasih pilhan sama penulis, Monty Tiwa juga. Tapi dia mintanya rambutnya dipotong pendek. Wah, agak dilema juga, ya. Meski begitu, ketika kita memainkan peran atau karakter seluruh badan dan serambut-rambutnya bukan milik kita lagi. Jadi, semua dikasih meski terakhir aku potong pendek itu pas SMP," ucapnya.
Selain itu, bagi istri Iedil Putra ini, hal yang menantang dari memerankan polwan adalah gesture atau kalimat yang kalau diungkapkan atau digerakkan orang awam terlibat dibuat-buat dan tidak natural. Ini yang membuat Pia berjuang keras untuk bisa membuat gerak gerik dan kalimat yang dia ucapkan bisa terlihat natural. Oleh karenannya, dia banyak mendapatkan pelatihan dan pakem-pakem yang harus dilakukan dari divisi humas Polri.
“Kalau sebelumnya Interpol dan genre komedi pernah mainin polisi di FTV, lalu di 3 Alif Lamin, waktu itu polisi masa depan, jadi lebih bebas gak ada pakem dari Polwan yang sekarang. Kalau yang ini karena memang ada pakemnya dan divisi humas Polri sendiri yang membuat, itu harus benar dan dilakukan gak bisa ditawar tawar,” papar Pia.
Peraih penghargaan aktris Utama Terbaik di Festival Film Indonesia 2011 lewat Sang Penari ini pun ingin film tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik. Hanya Manusia dibuat untuk menghibur sekaligus mengedukasi penonton mengenai peran tugas dan fungsi polisi yang juga berperan menanggulangi kejahatan perdagangan manusia.
“Aku kadang gemes juga karena kita sendiri nggak tahu, saya sendiri nggak tahu polisi tugasnya apa saja. Yang deket sama kita memang polisi lalu lintas. Atau saat mengurus kehilangan KTP, kartu ATM kadang bingung harus lapor pak RT, satpam atau siapa. Lewat film ini, kita ingin menunjukkan fungsi peran dan tugas polisi yang ada bagian untuk mengurus masalah perdagangan manusia (human trafficking),” ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan, dipilihnya tema perdagangan manusia di film ini karena sudah menjadi hal yang harus disoroti bersama. "Film ini sengaja mengambil tema perdagangan orang karena aksi perdagangan orang luar biasa saat ini. Sengaja kita ambil tema ini untuk membuka masyarakat dan stakeholder, bahwa bukan hanya polisi tapi juga masyarakat dan stakeholder buat bertindak," kata Iqbal.
Film Hanya Manusia menceritakan kisah seorang Perwira Muda bernama Annisa (Prisia Nasution) yang bergabung dalam satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara. Di bawah pimpinan Kompol Angga (Yama Carlos), Annisa bersama itu Ario (Lian Firman) ditugaskan mengusut sebuah kasus penculikan dan perdagangan manusia. Film ini juga dibintangi Tegar Satrya, Verdi Solaeman, Soleh Solihun, Shakila, dan Shenina Cinamon. Hanya Manusia akan tayang pada 7 November 2019.
Peran polwan di Hanya Manusia ini jelas berbeda dengan peran-peran polwan yang pernah dia jalani sebelumnya. Pia pernah memerankan polisi yang merupakan anggota Interpol di Comic 8 dan polisi masa depan di 3 Alif dan Lamin. Meski begitu, Pia mengaku tidak menghadapi kesulitan dalam perannya kali ini.
“Ada adegan baku hantam dan pegang senjata tapi gak ada masalah. Kalo dari pihak kepolisian persiapan sangat cepat banget jadi kemarin gak ada pelatihan khusus senjata jadi latihan sendiri sebelumnya suka nembak jadi sama senjata gak terlalu asing. Persiapan gak terlalu panjang sudah ada perbekalan sedikit dan punya beladiri sebelumnya,” ujarnya kepada SINDOnews di sela Gala Premier Hanya Manusia di XXI Epicentrum, Kuningan, belum lama ini.
Menurut aktris kelahiran 1 Juni 1984 ini, kesulitan justru bukan datang dari sosok yang dia perankan di film tersebut. Namun, dia merasa kesulitan ketika harus memotong rambutnya pendek seperti polwan sungguhan.
"Jadi sebelumnya dikasih pilhan sama penulis, Monty Tiwa juga. Tapi dia mintanya rambutnya dipotong pendek. Wah, agak dilema juga, ya. Meski begitu, ketika kita memainkan peran atau karakter seluruh badan dan serambut-rambutnya bukan milik kita lagi. Jadi, semua dikasih meski terakhir aku potong pendek itu pas SMP," ucapnya.
Selain itu, bagi istri Iedil Putra ini, hal yang menantang dari memerankan polwan adalah gesture atau kalimat yang kalau diungkapkan atau digerakkan orang awam terlibat dibuat-buat dan tidak natural. Ini yang membuat Pia berjuang keras untuk bisa membuat gerak gerik dan kalimat yang dia ucapkan bisa terlihat natural. Oleh karenannya, dia banyak mendapatkan pelatihan dan pakem-pakem yang harus dilakukan dari divisi humas Polri.
“Kalau sebelumnya Interpol dan genre komedi pernah mainin polisi di FTV, lalu di 3 Alif Lamin, waktu itu polisi masa depan, jadi lebih bebas gak ada pakem dari Polwan yang sekarang. Kalau yang ini karena memang ada pakemnya dan divisi humas Polri sendiri yang membuat, itu harus benar dan dilakukan gak bisa ditawar tawar,” papar Pia.
Peraih penghargaan aktris Utama Terbaik di Festival Film Indonesia 2011 lewat Sang Penari ini pun ingin film tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik. Hanya Manusia dibuat untuk menghibur sekaligus mengedukasi penonton mengenai peran tugas dan fungsi polisi yang juga berperan menanggulangi kejahatan perdagangan manusia.
“Aku kadang gemes juga karena kita sendiri nggak tahu, saya sendiri nggak tahu polisi tugasnya apa saja. Yang deket sama kita memang polisi lalu lintas. Atau saat mengurus kehilangan KTP, kartu ATM kadang bingung harus lapor pak RT, satpam atau siapa. Lewat film ini, kita ingin menunjukkan fungsi peran dan tugas polisi yang ada bagian untuk mengurus masalah perdagangan manusia (human trafficking),” ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan, dipilihnya tema perdagangan manusia di film ini karena sudah menjadi hal yang harus disoroti bersama. "Film ini sengaja mengambil tema perdagangan orang karena aksi perdagangan orang luar biasa saat ini. Sengaja kita ambil tema ini untuk membuka masyarakat dan stakeholder, bahwa bukan hanya polisi tapi juga masyarakat dan stakeholder buat bertindak," kata Iqbal.
Film Hanya Manusia menceritakan kisah seorang Perwira Muda bernama Annisa (Prisia Nasution) yang bergabung dalam satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara. Di bawah pimpinan Kompol Angga (Yama Carlos), Annisa bersama itu Ario (Lian Firman) ditugaskan mengusut sebuah kasus penculikan dan perdagangan manusia. Film ini juga dibintangi Tegar Satrya, Verdi Solaeman, Soleh Solihun, Shakila, dan Shenina Cinamon. Hanya Manusia akan tayang pada 7 November 2019.
(alv)