Menikmati Sensasi Memancing di Laut
A
A
A
JAKARTA - Akitivitas mancing di laut lepas sepintas tampak seperti memuaskan hobi belaka. Padahal bila jeli, mancing di laut tak sekadar memberi kesenangan dan melepas penat, tapi juga membuka peluang usaha.
Memancing di laut dalam memberi keasyikan tersendiri. Jangan heran bila klub mancing di laut dalam tak pernah sepi penggemar. Bagi penggemarnya mancing di laut dalam merupakan satu jenis olahraga yang menyegarkan dan mampu memberi perasaan rileks, bahkan terapi.
“Memancing di laut lepas pantai tujuannya bukan sekadar mendapatkan ikan. Yang paling menyenangkan bisa bercanda dan ngobrol dengan teman-teman yang memiliki hobi sama. Jadi nyambung,” kata Chandra, pehobi mancing di laut dalam, Kamis 1 Agustus 2019.
Chandra yang juga ketua Komunitas Mancing Jangkar Squad, Jakarta Barat, ini memang selalu bersama komunitasnya bila pergi memancing jauh ke lepas pantai. “Kami menyewa kapal besar berkapasitas 20-an orang,” kata Chandra yang sehari-hari bekerja di perusahaan perminyakan ini.
Sewa kapal untuk mancil bisa mencapai 20-an juta sehari semalam. Biaya tersebut ditanggung ramai-ramai sehingga lebih ringan. Laut yang kadang penuh gelombang pun jadi tantangan yang menyenangkan.
Didi Kristianto, salah seorang anggota Komunitas Mancing Jangkar Squad, menuturkan, Jangkar Squad lebih dari sekadar komunitas mancing, “Anggota kami dari berbagai etnik sudah seperti saudara, saling membantu. Bahkan kami menggalang dana untuk korban bencana gempa di Palu,” kata Didi yang pernah mancing hingga ke perairan Aceh. Mancing bagi Didi selain untuk penyegaran, bermanfaat untuk terapi.
Bila Chandra dan Didi mancing di laut tak ubahnya rekreasi dan terapi, bagi Djody Setiawan, ketua harian dan anggota Marlin Fishing Club (MFC) Surabaya, mancing di laut juga sarana untuk memacu adrenalin. "Kami mempunyai moto, memancing di kolam itu kurang seru. Masak ikan dipelihara, kok dipancing. Ikan di laut memiliki kekuatan tarikan yang gila dan berat karena masih hidup di alam bebas," kata Djody seperti dikutip suarasurabaya.net.
MFC terbentuk pada 1993 oleh sejumlah pehobi mancing. Kini, lebih dari 50 penggila mancing yang rata-rata pengusaha di Surabaya, Sidoarjo hingga Jakarta, bergabung menjadi anggotanya.Menurut Jimmy Tanajaya, Ketua Harian MFC, perekrutan anggota baru biasanya dari rekomendasi anggota. MFC tidak sembarangan menerima anggota baru karena, menurut Jimmy,MFC memiliki spot mancing atau rumpon rahasia.
MFC mengenakan biaya keanggotaan lumayan mahal. Bila Sahabat ingin bergabung akan dikenai biaya masuk Rp25 juta danmembayar iuran bulanan Rp300 ribu.
“Dengan membayar iuran tersebut, anggota memiliki hak menggunakan speedboat milik MFC untuk memancing. Jumlah tersebut lebih terjangkau daripada harus membeli speedboat sendiri yang harganya sudah mencapai lebih Rp500 juta sampai Rp10 miliar,” terang Jimmy."Uang itu biaya maintenance dua speedboat milik MFC, biaya parkir dan menggaji anak buah kapal," imbuh Jimmy.
Dua sampai tiga kali setahun, anggota MFC merencanakan trip memancing bersama. Setiap perjalanan harus direncanakan secara matang dengan melihat cuaca, angin, mempersiapkan nahkoda, anak buah kapal, sampai mengumpulkan anggota agar biaya perjalanan yang besar dapat ditanggung bersama.
"Diperlukan 500 sampai 600 liter Pertamax untuk sekali perjalanan karena kami memancing ke luar Pulau Jawa. Kalau memancing di perairan sekitar Surabaya, persiapannya tidak serumit itu. Kalau berangkat pagi bisa pulang sore hari. Sedangkan kalau ke luar Pulau Jawa, paling cepat lima sampai tujuh hari," kata Jimmy.
Pengalaman dramatis
Memancing di laut dalam selain menuntut biaya tak kecil, juga memiliki risiko. Seperti pengalaman Jimmy dan Djodi Setiawan. Jukung yang ditumpangi Jimmy saat memancing di perairan antara Bali dan Ambon, terseret ikan sampai dua kilometer dari bibir pantai. Ikan kuwe gerong atau belitong (charanx ignobilis) yang menarik kail pancing Jimmy waktu itu memiliki bobot 42 kg.
"Nelayan yang mengantar saya waktu itu sampai ketakutan, apalagi saat itu malam hari. Kapalnya itu kapal Jukung, kapal kecil yang hanya muat dua orang saja," cerita Jimmy.
Pengalaman yang tak kalah seru dan tidak terlupakan juga dialami Djodi. Beberapa tahun lalu ia bersama delapan orang kawannya mengalami kejadian buruk saat memancing di perairan Karang Jamuang, Jawa Timur. Ombak yang tinggi membuat kapalnya terbalik sehingga semua pemancing tercebur ke laut.
Djodi bersama kawan-kawannya terapung di laut selama tujuh jam, mulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB, sebelum diselamatkan oleh awak kapal pengebor tambang minyak bumi lepas pantai di dekat lokasi tersebut. Pengalaman dramatis itu toh tak membuat jera pria yang mengaku pernah menangkap ikan Marlin seberat 52 kg.
Selain itu, kata Djodi, memancing di Raja Ampat, yang merupakan spot favoritnya, juga selalu meninggalkan kesan. "Kami bermalam di pulau tanpa penghuni. Wah, rasanya nikmat sekali. Sampai lupa semua masalah," kata Djodi, disusul gelak tawa.
Bagi pehobi mancing di laut seperti Jimmy, Jody, Chandra dan Didi, soal perolehan ikan bukan tujuan utama. “Kalau mau itung-itungan, effort yang kita keluarkan jauh lebih besar dari ikan yang kita dapatkan. Tujuan utama kita mincing itu lebih pada kepuasan,” aku Chandra.
Chandra, Didi, Jimmy, dan Djody hanya segelintir dari begitu banyak penggemar mancing di laut. Klub-klub mancing pun tumbuh di mana-mana, baik berdasarkan wilayah seperti Jakarta Fishing Club, dan Surabaya Mancing Komunitas.Tapi juga perusahaan-perusahaan besar memiliki klub mancing. Sebutlah di antaranya,Allianz Fishing Club, Damri Fishing Club, Telkom Fishing Club, dan Kimia Farma Fishing Club.
Besarnya pasar penggemar mancing di laut menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan menjual jasa paket mancing. Sebutlah Pulau Seribu Resort yang menawarkan paketmancing dilaut. Mulai dari dari kapal hingga peralatan mancing yang canggih, seperti finder fish didukung kapten kapal berpengalaman, fishing guide, umpan untuk kebutuhanmancing, hingga makanan dan minuman.
Mancing di laut tak hanya tentang hobi yang menyenangkan, tapi juga peluang bagi Sahabat yang berminat di bidang ini.
Memancing di laut dalam memberi keasyikan tersendiri. Jangan heran bila klub mancing di laut dalam tak pernah sepi penggemar. Bagi penggemarnya mancing di laut dalam merupakan satu jenis olahraga yang menyegarkan dan mampu memberi perasaan rileks, bahkan terapi.
“Memancing di laut lepas pantai tujuannya bukan sekadar mendapatkan ikan. Yang paling menyenangkan bisa bercanda dan ngobrol dengan teman-teman yang memiliki hobi sama. Jadi nyambung,” kata Chandra, pehobi mancing di laut dalam, Kamis 1 Agustus 2019.
Chandra yang juga ketua Komunitas Mancing Jangkar Squad, Jakarta Barat, ini memang selalu bersama komunitasnya bila pergi memancing jauh ke lepas pantai. “Kami menyewa kapal besar berkapasitas 20-an orang,” kata Chandra yang sehari-hari bekerja di perusahaan perminyakan ini.
Sewa kapal untuk mancil bisa mencapai 20-an juta sehari semalam. Biaya tersebut ditanggung ramai-ramai sehingga lebih ringan. Laut yang kadang penuh gelombang pun jadi tantangan yang menyenangkan.
Didi Kristianto, salah seorang anggota Komunitas Mancing Jangkar Squad, menuturkan, Jangkar Squad lebih dari sekadar komunitas mancing, “Anggota kami dari berbagai etnik sudah seperti saudara, saling membantu. Bahkan kami menggalang dana untuk korban bencana gempa di Palu,” kata Didi yang pernah mancing hingga ke perairan Aceh. Mancing bagi Didi selain untuk penyegaran, bermanfaat untuk terapi.
Bila Chandra dan Didi mancing di laut tak ubahnya rekreasi dan terapi, bagi Djody Setiawan, ketua harian dan anggota Marlin Fishing Club (MFC) Surabaya, mancing di laut juga sarana untuk memacu adrenalin. "Kami mempunyai moto, memancing di kolam itu kurang seru. Masak ikan dipelihara, kok dipancing. Ikan di laut memiliki kekuatan tarikan yang gila dan berat karena masih hidup di alam bebas," kata Djody seperti dikutip suarasurabaya.net.
MFC terbentuk pada 1993 oleh sejumlah pehobi mancing. Kini, lebih dari 50 penggila mancing yang rata-rata pengusaha di Surabaya, Sidoarjo hingga Jakarta, bergabung menjadi anggotanya.Menurut Jimmy Tanajaya, Ketua Harian MFC, perekrutan anggota baru biasanya dari rekomendasi anggota. MFC tidak sembarangan menerima anggota baru karena, menurut Jimmy,MFC memiliki spot mancing atau rumpon rahasia.
MFC mengenakan biaya keanggotaan lumayan mahal. Bila Sahabat ingin bergabung akan dikenai biaya masuk Rp25 juta danmembayar iuran bulanan Rp300 ribu.
“Dengan membayar iuran tersebut, anggota memiliki hak menggunakan speedboat milik MFC untuk memancing. Jumlah tersebut lebih terjangkau daripada harus membeli speedboat sendiri yang harganya sudah mencapai lebih Rp500 juta sampai Rp10 miliar,” terang Jimmy."Uang itu biaya maintenance dua speedboat milik MFC, biaya parkir dan menggaji anak buah kapal," imbuh Jimmy.
Dua sampai tiga kali setahun, anggota MFC merencanakan trip memancing bersama. Setiap perjalanan harus direncanakan secara matang dengan melihat cuaca, angin, mempersiapkan nahkoda, anak buah kapal, sampai mengumpulkan anggota agar biaya perjalanan yang besar dapat ditanggung bersama.
"Diperlukan 500 sampai 600 liter Pertamax untuk sekali perjalanan karena kami memancing ke luar Pulau Jawa. Kalau memancing di perairan sekitar Surabaya, persiapannya tidak serumit itu. Kalau berangkat pagi bisa pulang sore hari. Sedangkan kalau ke luar Pulau Jawa, paling cepat lima sampai tujuh hari," kata Jimmy.
Pengalaman dramatis
Memancing di laut dalam selain menuntut biaya tak kecil, juga memiliki risiko. Seperti pengalaman Jimmy dan Djodi Setiawan. Jukung yang ditumpangi Jimmy saat memancing di perairan antara Bali dan Ambon, terseret ikan sampai dua kilometer dari bibir pantai. Ikan kuwe gerong atau belitong (charanx ignobilis) yang menarik kail pancing Jimmy waktu itu memiliki bobot 42 kg.
"Nelayan yang mengantar saya waktu itu sampai ketakutan, apalagi saat itu malam hari. Kapalnya itu kapal Jukung, kapal kecil yang hanya muat dua orang saja," cerita Jimmy.
Pengalaman yang tak kalah seru dan tidak terlupakan juga dialami Djodi. Beberapa tahun lalu ia bersama delapan orang kawannya mengalami kejadian buruk saat memancing di perairan Karang Jamuang, Jawa Timur. Ombak yang tinggi membuat kapalnya terbalik sehingga semua pemancing tercebur ke laut.
Djodi bersama kawan-kawannya terapung di laut selama tujuh jam, mulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB, sebelum diselamatkan oleh awak kapal pengebor tambang minyak bumi lepas pantai di dekat lokasi tersebut. Pengalaman dramatis itu toh tak membuat jera pria yang mengaku pernah menangkap ikan Marlin seberat 52 kg.
Selain itu, kata Djodi, memancing di Raja Ampat, yang merupakan spot favoritnya, juga selalu meninggalkan kesan. "Kami bermalam di pulau tanpa penghuni. Wah, rasanya nikmat sekali. Sampai lupa semua masalah," kata Djodi, disusul gelak tawa.
Bagi pehobi mancing di laut seperti Jimmy, Jody, Chandra dan Didi, soal perolehan ikan bukan tujuan utama. “Kalau mau itung-itungan, effort yang kita keluarkan jauh lebih besar dari ikan yang kita dapatkan. Tujuan utama kita mincing itu lebih pada kepuasan,” aku Chandra.
Chandra, Didi, Jimmy, dan Djody hanya segelintir dari begitu banyak penggemar mancing di laut. Klub-klub mancing pun tumbuh di mana-mana, baik berdasarkan wilayah seperti Jakarta Fishing Club, dan Surabaya Mancing Komunitas.Tapi juga perusahaan-perusahaan besar memiliki klub mancing. Sebutlah di antaranya,Allianz Fishing Club, Damri Fishing Club, Telkom Fishing Club, dan Kimia Farma Fishing Club.
Besarnya pasar penggemar mancing di laut menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan menjual jasa paket mancing. Sebutlah Pulau Seribu Resort yang menawarkan paketmancing dilaut. Mulai dari dari kapal hingga peralatan mancing yang canggih, seperti finder fish didukung kapten kapal berpengalaman, fishing guide, umpan untuk kebutuhanmancing, hingga makanan dan minuman.
Mancing di laut tak hanya tentang hobi yang menyenangkan, tapi juga peluang bagi Sahabat yang berminat di bidang ini.
(akn)