Tingkatkan Kembali Pariwisata Bali dengan Lindungi Sungai dari Sampah
A
A
A
DENPASAR - Tahun lalu, Bali menyumbangkan USD7,6 miliar (Rp100 triliun) atau sekitar 40 persen pendapatan negara dari sektor pariwisata. Sayangnya, dengan dikunjungi hampir 16 juta wisatawan setiap tahunnya, Bali pada 2019 ini mengalami penurunan drastis.
Penurunan jumlah pengunjung di tahun ini pun mempengaruhi belanja pariwisata di Bali yang turun sekitar 8 persen. Dan, ironisnya salah satu alasan utama turis asing tidak kembali ke Bali adalah sampah. Bali tercatat menghasilkan sekitar 1,6 juta ton sampah per tahun dan 20 persennya adalah sampah plastik.
Guna menanggulangi permasalahan tersebut, PT Multi Bintang bersama aktivis lingkungan yang juga pendiri Make A Change World, Gary Bencheghib meluncurkan kampanye memperkenalkan budaya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk melindungi Bali.
Kampanye ini juga akan mencakup pemasangan 100 trash booms di sekitar Bali, solusi teknologi terjangkau untuk jebakan sampah yang dikembangkan perusahaan startup lingkungan asal Jerman, Plastic Fisher. Trash booms secara efektif dapat menghentikan sampah masuk ke sungai, saluran air, dan pantai Bali.
"Setiap orang yang mengunjungi Bali akan selalu senang memiliki pengalaman bersama kami. Ini adalah komitmen kami untuk mendukung pariwisata Indonesia dan memastikan Bali terus menjadi tujuan bintang. Kami percaya cara terbaik untuk mencegah sampah ke pantai dan laut dimulai dari budaya perilaku kelola sampah yang bertanggung jawab dan mencegah sampah ke sungai," ujar Marketing Director PT Multi Bintang Indonesia Niaga, Mariska van Drooge dalam pernyataannya, Selasa (5/11).
Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Safri Burhanuddin mengungkapkan bahwa pihaknya sangat senang Multi Bintang bisa ikut terlibat, dan seluruh pihak lainnya diharapkan bisa turut terlibat. "Kami sangat menghargai usaha masyarakat yang didukung oleh swasta seperti ini," imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Gary Bencheghib juga mengutarakan jika dalam 10 tahun terakhir, pihaknya telah meluncurkan ekspedisi di beberapa sungai paling tercemar di dunia dan telah melihat sendiri perlunya tindakan sesegera mungkin. "Jadi, untuk merayakan sepuluh tahun berdiri, kami sangat senang untuk berkontribusi ke tempat awal semuanya dimulai yaitu Bali," ungkapnya.
Sebagai permulaan, akan terdapat tiga trash booms sungai di anak-anak Sungai Ayung, jalur air terpenting di Bali. Trash booms pertama telah dipasang di Sungai Ye Poh di Desa Kerobokan Kelod. Sedangkan, trash booms yang lain akan dipasang beberapa minggu mendatang dan selanjutnya akan diikuti kampanye edukasi interaktif soal tata kelola sampah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya untuk tidak membuang sampah di sungai.
"Kami menciptakan trash booms yang efektif dan terbuat dari bahan-bahan lokal untuk memberikan solusi pengumpulan sampah di sungai yang sederhana dan efisien sesegera mungkin. Alat ini mudah dirakit dan dirawat. Sebelumnya, kami telah berhasil mengimplementasikan ini di Sungai Citarum," kata Leading Engineer Plastic Fischer, Moritz Schulz.
Guna melacak perkembangan dan keefektifan kegiatan ini, sebuah platform online bernama River Watch diaktifkan untuk memantau kondisi sungai dan memberikan edukasi publik. Platform online ini diharapkan menjadi platform sungai bersih di seluruh dunia.
Penurunan jumlah pengunjung di tahun ini pun mempengaruhi belanja pariwisata di Bali yang turun sekitar 8 persen. Dan, ironisnya salah satu alasan utama turis asing tidak kembali ke Bali adalah sampah. Bali tercatat menghasilkan sekitar 1,6 juta ton sampah per tahun dan 20 persennya adalah sampah plastik.
Guna menanggulangi permasalahan tersebut, PT Multi Bintang bersama aktivis lingkungan yang juga pendiri Make A Change World, Gary Bencheghib meluncurkan kampanye memperkenalkan budaya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk melindungi Bali.
Kampanye ini juga akan mencakup pemasangan 100 trash booms di sekitar Bali, solusi teknologi terjangkau untuk jebakan sampah yang dikembangkan perusahaan startup lingkungan asal Jerman, Plastic Fisher. Trash booms secara efektif dapat menghentikan sampah masuk ke sungai, saluran air, dan pantai Bali.
"Setiap orang yang mengunjungi Bali akan selalu senang memiliki pengalaman bersama kami. Ini adalah komitmen kami untuk mendukung pariwisata Indonesia dan memastikan Bali terus menjadi tujuan bintang. Kami percaya cara terbaik untuk mencegah sampah ke pantai dan laut dimulai dari budaya perilaku kelola sampah yang bertanggung jawab dan mencegah sampah ke sungai," ujar Marketing Director PT Multi Bintang Indonesia Niaga, Mariska van Drooge dalam pernyataannya, Selasa (5/11).
Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Safri Burhanuddin mengungkapkan bahwa pihaknya sangat senang Multi Bintang bisa ikut terlibat, dan seluruh pihak lainnya diharapkan bisa turut terlibat. "Kami sangat menghargai usaha masyarakat yang didukung oleh swasta seperti ini," imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Gary Bencheghib juga mengutarakan jika dalam 10 tahun terakhir, pihaknya telah meluncurkan ekspedisi di beberapa sungai paling tercemar di dunia dan telah melihat sendiri perlunya tindakan sesegera mungkin. "Jadi, untuk merayakan sepuluh tahun berdiri, kami sangat senang untuk berkontribusi ke tempat awal semuanya dimulai yaitu Bali," ungkapnya.
Sebagai permulaan, akan terdapat tiga trash booms sungai di anak-anak Sungai Ayung, jalur air terpenting di Bali. Trash booms pertama telah dipasang di Sungai Ye Poh di Desa Kerobokan Kelod. Sedangkan, trash booms yang lain akan dipasang beberapa minggu mendatang dan selanjutnya akan diikuti kampanye edukasi interaktif soal tata kelola sampah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya untuk tidak membuang sampah di sungai.
"Kami menciptakan trash booms yang efektif dan terbuat dari bahan-bahan lokal untuk memberikan solusi pengumpulan sampah di sungai yang sederhana dan efisien sesegera mungkin. Alat ini mudah dirakit dan dirawat. Sebelumnya, kami telah berhasil mengimplementasikan ini di Sungai Citarum," kata Leading Engineer Plastic Fischer, Moritz Schulz.
Guna melacak perkembangan dan keefektifan kegiatan ini, sebuah platform online bernama River Watch diaktifkan untuk memantau kondisi sungai dan memberikan edukasi publik. Platform online ini diharapkan menjadi platform sungai bersih di seluruh dunia.
(nug)