Penyakit Kulit Vitiligo Turunkan Kepercayaan Diri dan Bikin Stres

Senin, 25 November 2019 - 16:29 WIB
Penyakit Kulit Vitiligo Turunkan Kepercayaan Diri dan Bikin Stres
Penyakit Kulit Vitiligo Turunkan Kepercayaan Diri dan Bikin Stres
A A A
JAKARTA - Penyakit kulit vitiligo memang tidak menular dan berbahaya, tetapi dapat mengakibatkan menurunnya kepercayaan diri dan stres yang berkepanjangan, serta menurunkan kualitas hidup penderitanya.

Vitiligo merupakan penyakit hilangnya warna kulit yang berbentuk bercak-bercak warna putih susu. Luas dan keparahan kehilangan warna kulit dari Vitiligo tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di bagian mana pun dari kulit tubuh, termasuk rambut dan selaput lendir pada bagian dalam mulut.

"Warna rambut dan kulit ditentukan oleh melanin, vitiligo terjadi ketika sel-sel yang memproduksi melanin yaitu melanosit mati atau berhenti berfungsi. Biasanya, perubahan warna pertama kali terlihat pada area yang terpapar sinar matahari, seperti tangan, kaki, lengan, wajah dan bibir," kata dr. Dian Pratiwi, SpKK, FINSDV, FAADV.

Masyarakat dihimbau untuk segera berkonsultasi kepada dokter kulit jika menemukan gejala penyakit ini. Pada kondisi normal, warna kulit, rambut, dan mata ditentukan oleh suatu pigmen yang disebut melanin. Pada vitiligo, sel-sel yang membentuk melanin tersebut berhenti fungsi atau mati. Hingga saat ini, penyebab pasti vitiligo masih belum sepenuhnya dipahami.

Namun, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa berbagai mekanisme seperti, kelainan metabolik, stres oksidatif, respons autoimun, dan faktor genetik berkontribusi pada timbulnya vitiligo. Meskipun tidak mengancam jiwa, tidak menular dan tidak ada gejala yang dirasakan oleh pasien, efek vitiligo dapat mengganggu secara kosmetik dan psikologis, seperti kurang percaya diri, citra tubuh yang buruk, stress dan efek negatif lainnya.

“Prevalensi Vitiligo berkisar 0,5% hingga 2% dari populasi di seluruh dunia, dan prevalensinya sama antara pria dan wanita. Vitiligo dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi sering muncul sebelum usia 20 tahun,” tambahnya.

Dengan kemajuan dan perkembangan ilmu kedokteran kulit dan kelamin, penyakit vitiligo dapat ditangani dengan baik sehingga kualitas hidup penderitanya dapat dipertahankan. Sementara, keberhasilan pengobatan atau terapi vitiligo tergantung pada kerja sama antara pengalaman dokter dan kedisiplinan pasiennya.

“Meskipun dokter sudah memberikan kombinasi terapi terbaik, hasilnya tidak akan maksimal jika pasien tidak berobat teratur atau tidak comply terhadap intruksi pasien. Kadang ada saja pasien yang menghilang di tengah proses pengobatan dan hal itu sangat disayangkan. Menjalani proses terapi Vitiligo memang perlu kesabaran karena lamanya pengobatan tidak bisa ditentukan,” kata dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1062 seconds (0.1#10.140)